R memiliki library visualisasi yang sangat beragam, baik yang merupakan fungsi dasar pada R maupun dari sumber lain seperti ggplot dan lattice. Seluruh library visualisasi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Pada chapter ini kita tidak akan membahas seluruh library tersebut. Kita akab fokus pada fungsi visualisasi dasar bawaan dari R. kita akan mempelajari mengenai jenis visualisasi data sampai dengan melakukan kustomisasi pada parameter grafik yang kita buat.
3.1 Visualisasi Data Menggunakan Fungsi plot() Fungsi plot()merupakan fungsi umum yang digunakan untuk membuat plot pada R. Format dasarnya adalah sebagai berikut:
#plot(x, y, type="p")
#Catatan:
#x dan y : titik koordinat plot Berrupa variabel dengan panjang atau jumlah observasi yang sama.
#type : jenis grafik yang hendak dibuat. Nilai yang dapat dimasukkan antara lain:
#type=“p” : membuat plot titik atau scatterplot. Nilai ini merupakan default pada fungsi plot().
#type=“l” : membuat plot garis.
#type=“b” : membuat plot titik yang terhubung dengan garis.
#type=“o” : membuat plot titik yang ditimpa oleh garis.
#type=“h” : membuat plot garis vertikal dari titik ke garis y=0.
#type=“s” : membuat fungsi tangga.
#type=“n” : tidak membuat grafik plot sama sekali, kecuali plot dari axis. Dapat digunakan untuk mengatur tampilan suatu plot utama yang diikuti oleh sekelompok plot tambahan.
Untuk lebih memahaminya berikut penulis akan menyajikan contoh untuk masing-masing grafik tersebut. Berikut adalah contoh sintaks dan hasil plot yang disajikan pada Gambar 3.1 :
# membuat vektor data
x <- c(1:10); y <- x^2
# membagi jendela grafik menajdi 2 baris dan 4 kolom
par(mfrow=c(2,4))
# loop
type <- c("p","l","b","o","h","s","n")
for (i in type){
plot(x,y, type= i,
main= paste("type=", i))
}
Pada contoh selanjutnya kita akan mencoba membuat kembali data yang akan kita plotkan. Data pada contoh kali ini merupakan data suatu fungsi matematika. Berikut adalah sintaks yang digunakan:
#Plot fungsi matematika
set.seed(123)
x <- seq(from=0, to=10, by=0.1)
y <- x^2*exp(-x/2)*(1+rnorm(n=length(x), mean=0, sd=0.05))
par(mfrow=c(1,2),
# mengatur margin grafik
mar=c(4,4,1.5,1.5),
# mengatur margin sumbu
mex=0.8,
# arah tick sumbu koordinat
tcl=0.3)
plot(x, y, type="l")
plot(x, y, type="o")
Fungsi lain yang dapat digunakan untuk membuat kurva suatu barang matematis adalah fungsi curve(). Berbeda dengan fungsi plot()yang perlu menspesifikasi objek pada sumbu x dan y, fungsi curve()hanya perlu menspesifikasi objek sumbu x saja. Format fungsi curve()adalah sebagai berikut:
#curve(expr, from = NULL, to = NULL, add = FALSE)
#Catatan:
# expr : jual matematika
#dari dan ke : nilai awal dan akhir (maksimum atau yminimum)
# add : nilai logika yang menentukan apakah kurva perlu ditambahkan ke dalam kurva sebelumnya.
Berikut adalah contoh visualisasi menggunakan fungsi curve():
par(mfrow=c(1,2),
# mengatur margin grafik
mar=c(4,4,1.5,1.5),
# mengatur margin sumbu
mex=0.8,
# arah tick sumbu koordinat
tcl=0.3)
# Grafik kiri
curve(expr=x^2*exp(-x/2),
from=0, to=10)
# Grafik kanan
plot(x, y, pch=19, cex=0.7,
xlab="Waktu (detik)",
ylab="Sinyal Intensitas")
curve(expr=x^2*exp(-x/2),
from=0, to=10, add=TRUE)
3.2 Visualisasi Lainnya Visualisasi lainnya yang sering digunakan antara
lain: histogram, density plot, bar plot, dan box plot. 3.2.1 Petak
Batang Barplot pada Rdapat dibuat menggunakan fungsi barplot(). Untuk
lebih memahaminya berikut disajikan contoh barplot menggunakan dataset
VADeaths. Untuk memuatnya, jalankan sintaks berikut:
VADeaths
## Rural Male Rural Female Urban Male Urban Female
## 50-54 11.7 8.7 15.4 8.4
## 55-59 18.1 11.7 24.3 13.6
## 60-64 26.9 20.3 37.0 19.3
## 65-69 41.0 30.9 54.6 35.1
## 70-74 66.0 54.3 71.1 50.0
#PLOT VARIABEL RURAL MALE
par(mfrow=c(1,2))
#a. batang petak vertikal
barplot(VADeaths[, "Rural Male"], main="a")
#. petak batang mendatar
barplot(VADeaths[, "Rural Male"], main="b", horiz=TRUE)
par(mfrow=c(1,1))
Kita dapat mengubah warna pada bar masing-masing, baik outline bar maupun box pada bar. Selain itu kita juga dapat mengubah nama grup yang telah dihasilkan sebelumnya.
#Kustomisasi bar plot
barplot(VADeaths[, "Rural Male"],
# ubah warna ouline menjadi steelblue
border="steelblue",
# ubah wana box
col= c("grey", "black", "steelblue", "green", "orange"),
# ubah nama grup dari A sampai E
names.arg = LETTERS[1:5],
# ubah orientasi menajadi horizontal
horiz=TRUE)
Untuk bar plot dengan multiple group , tersedia dua pengaturan posisi yaitu stacked bar plot (menunjukkan proporsi penyusun pada masing-masing grup) dan grouped bar plot (melihat perbedaan individual pada masing-masing grup).
#Stacked bar plot
# staked
barplot(VADeaths,
col = c("lightblue", "mistyrose", "lightcyan",
"lavender", "cornsilk"),
legend = rownames(VADeaths))
#Petak batang yang dikelompokkan
# grouped
barplot(VADeaths,
col = c("lightblue", "mistyrose", "lightcyan",
"lavender", "cornsilk"),
legend = rownames(VADeaths), beside = TRUE)
3.2.2 Histogram dan Plot Kepadatan Fungsi hist()dapat digunakan untuk membuat histogram pada R. Secara sederhana fungsi tersebut didefinisikan sebagai berikut:
hist(x, breaks="Sturges")
#Catatan:
#x : numerik numerik
#break : breakpoint antar sel histogram
Pada dataset treesakan dibuat histogram variabel Height. Untuk menginstal jalankan sintaks berikut:
hist(trees$Height)
Kepadatan plot pada Rdapat dibuat menggunakan fungsi density(). Berbeda dengan fungsi hist(), fungsi ini tidak langsung menghasilkan kepadatan grafik. Fungsi density()hanya menghitung densitas kernel pada data. Kepadatan yang telah dihitung selanjutnya diplotkan menggunakan fungsi plot().
#Plot kepadatan
# menghitung kernel density
dens <- density(trees$Height)
# plot densitas dengan outline merah
plot(dens,col="red")
Kita juga dapat menambahkan densitas grafik pada histogram sehingga
mempermudah pembacaan pada histogram. Untuk melakukannya kita perlu
mengubah kernel histigram dari frekuensi menjadi density dengan
menambahkan argument freq=FALSEpada fungsi hist(). Selanjutnya tambahkan
fungsi polygon()untuk memplotkan kepadatan grafik.
#Density plot dan histogram
# menghitung kernel density
dens <- density(trees$Height)
# histogram
hist(trees$Height, freq=FALSE, col="steelblue")
# tambahkan density plot
polygon(dens, border="red")
3.2.3 Plot kotak Box plot pada Rdapat dibuat menggunakan fungsi
boxplot(). Berikut adalah sintaks untuk membuat variabel boxplot
Sepal.Lenghtpada dataset irisdan output yang dihasilkan
#Variabel Boxplot Sepal.Length
boxplot(iris$Sepal.Length)
Boxplot juga dapat dibuat berdasarkan faktor variabel. Hal ini berguna untuk melihat perbedaan ditribusi data pada masing-masing grup. Pada sintaks berikut dibuat boxplot berdasarkan variabel Species.
#Boxplot berdasarkan variabel spesies
boxplot(iris$Sepal.Length~iris$Species)
Kita juga dapat mengubah warna outline dan box pada boxplot.
#Boxplot dengan warna berdasarkan spesies
boxplot(iris$Sepal.Length~iris$Species,
# ubah warna outline menjadi steelblue
border = "steelblue",
# ubah warna box berdasarkan grup
col= c("#999999", "#E69F00", "#56B4E9"))
Kita juga dapat membuat boxplot pada multiple group . Data yang
digunakan untuk contoh tersebut adalah dataset ToothGrowth.
# ubah variable dose menjadi factor
ToothGrowth$dose <- as.factor(ToothGrowth$dose)
# print
head(ToothGrowth)
## len supp dose
## 1 4.2 VC 0.5
## 2 11.5 VC 0.5
## 3 7.3 VC 0.5
## 4 5.8 VC 0.5
## 5 6.4 VC 0.5
## 6 10.0 VC 0.5
#Boxplot multiple group
boxplot(len ~ supp*dose, data = ToothGrowth,
col = c("white", "steelblue"))
3.3 Grafik Parameter Kustomisasi Pada bagian ini penulis akan menjelaskan cara untuk kustomisasi parameter grafik seperti: menambahkan judul, legenda, teks, sumbu, dan garis. mengubah skala sumbu, simbol plot, jenis garis, dan warna. 3.3.1 Menambahkan Judul Pada grafik di R, kita dapat menambahkan judul dengan dua cara, yaitu: pada plot melalui parameter dan melalui fungsi plot(). Kedua cara tersebut tidak berbeda satu sama lain pada input parameter. Untuk menambahkan judul pada plot secara langsung, kita dapat menggunakan argumen tambahan sebagai berikut: main : teks untuk judul. xlab : teks untuk keterangan axis X. ylab : teks untuk keterangan axis y. sub : teks untuk sub-judul.
# menambahkan judul
barplot(c(2,5), main="Main title",
xlab="X axis title",
ylab="Y axis title",
sub="Sub-title")
kita juga dapat melakukan kustomisasi pada warna, font style , dan
ukuran font judul. Untuk melakukan kustomisasi pada warna pada judul,
kita dapat menambahkan argumen sebagai berikut: col.main : warna untuk
judul. col.lab : warna untuk keterangan axis. col.sub : warna untuk
sub-judul
Untuk kustomisasi font judul, kita dapat menambahkan argumen berikut: font.main : gaya font untuk judul. font.lab : gaya font untuk keterangan axis. font.sub : gaya font untuk sub-judul.
Penting!!! Nilai yang dapat dimasukkan antara lain: 1 : untuk teks normal. 2 : untuk teks cetak tebal. 3 : untuk teks cetak miring. 4 : untuk teks cetak tebal dan miring. 5 : untuk simbol font.
Sedangkan untuk ukuran font, kita dapat menambahkan variabel berikut: cex.main : ukuran teks judul. cex.lab : ukuran teks keterangan axis. cex.sub : ukuran teks sub-judul.
# menambahkan judul
barplot(c(2,5),
# menambahkan judul
main="penjualan tahun 2022",
xlab="barang",
ylab="frekuensi",
sub="sembako",
# kustomisasi warna font
col.main="red",
col.lab="blue",
col.sub="black",
# kustomisasi font style
font.main=4,
font.lab=4,
font.sub=4,
# kustomisasi ukuran font
cex.main=2,
cex.lab=1.7,
cex.sub=1.2)
Kita telah belajar bagaimana menambahkan judul langsung pada fungsi plot. Selain cara tersebut, telah penulis jelaskan bahwa kita dapat menambahkan judul melalui fungsi title(). argument yang dimasukkan pada dasarnya tidak berbeda dengan ketika kita menambahkan judul secara langsung pada plot.
# menambahkan judul
barplot(c(2,5,8))
# menambahkan judul
title(main="Main title",
xlab="X axis title",
ylab="Y axis title",
sub="Sub-title",
# kustomisasi warna font
col.main="red",
col.lab="blue",
col.sub="black",
# kustomisasi font style
font.main=4,
font.lab=4,
font.sub=4,
# kustomisasi ukuran font
cex.main=2,
cex.lab=1.7,
cex.sub=1.2)
3.3.2 Menambahkan Legenda Fungsi legend()pada Rdapat digunakan untuk
menambahkan legend pada grafik. Format sederhananya adalah sebagai
berikut:
#legend(x, y=NULL, legend, fill, col, bg)
#Catatan:
#x dan y : koordinat yang digunakan untuk legenda posisi.
#legenda : teks pada legenda
#isi : warna yang digunakan untuk mengisi kotak disamping legenda teks.
#col : warna garis dan titik disamping legenda teks.
#bg : warna latar belakang legend box.
# membuat vektor numerik
#Berikut adalah contoh sintaks dan ouput penerapan argumen
x <- c(1:10)
y <- x^2
z <- x*2
# membuat line plot
plot(x,y, type="o", col="red", lty=1)
# menambahkan line plot
lines(x,z, type="o", col="blue", lty=2)
# menambahkan legend
legend(1, 95, legend=c("Line 1", "Line 2"),
col=c("red", "blue"), lty=1:2, cex=0.8)
Kita dapat menambahkan judul, merubah font, dan merubah warna backgroud
pada legend. Argumen yang ditambahkan pada legend adalah sebagai
berikut:
# membuat line plot
plot(x,y, type="o", col="red", lty=1)
# menambahkan line plot
lines(x,z, type="o", col="blue", lty=2)
# menambahkan legend
legend(1, 95, legend=c("Line 1", "Line 2"),
col=c("red", "blue"), lty=1:2, cex=0.8,
title="Line types", text.font=4, bg='lightblue')
Kita dapat melakukan kustomisasi pada border dari legenda melalui
argumen box.lty=(jenis garis), box.lwd=(ukuran garis), dan
box.col=(kotak warna). Berikut adalah penerapan argumen tersebut beserta
output yang dihasilkan
# membuat line plot
plot(x,y, type="o", col="red", lty=1)
# menambahkan line plot
lines(x,z, type="o", col="blue", lty=2)
# menambahkan legend
legend(1, 95, legend=c("Line 1", "Line 2"),
col=c("red", "blue"), lty=1:2, cex=0.8,
title="Line types", text.font=4, bg='white',
box.lty=2, box.lwd=2, box.col="steelblue")
Selain menggunakan koordinat, kita juga dapat melakukan kustomisasi posisi legend menggunakan keyword seperti: bottomright“,”bottom“,”bottomleft“,”left“,”topleft“,”top“,”topright“,”right” and “center”. Sejumlah kustomisasi legenda berdasarkan kata kunci yang disajikan
# plot
plot(x,y, type = "n")
# posisi kiri atas, inset =0.05
legend("topleft",
legend = "(x,y)",
title = "topleft, inset = .05",
inset = 0.05)
# posisi atas
legend("top",
legend = "(x,y)",
title = "top")
# posisi kanan atas inset = .02
legend("topright",
legend = "(x,y)",
title = "topright, inset = .02",
inset = 0.02)
# posisi kiri
legend("left",
legend = "(x,y)",
title = "left")
# posisi tengah
legend("center",
legend = "(x,y)",
title = "center")
# posisi kanan
legend("right",
legend = "(x,y)",
title = "right")
# posisi kiri bawah
legend("bottomleft",
legend = "(x,y)",
title = "bottomleft")
# posisi bawah
legend("bottom",
legend = "(x,y)",
title = "bottom")
# posisi kanan bawah
legend("bottomright",
legend = "(x,y)",
title = "bottomright")
3.3.3 Menambahkan Teks Pada Grafik Teks pada grafik dapat kita tambahkan baik sebagai keterangan yang menunjukkan label suatu observasi, keterangan tambahan disekitar bingkai grafik, maupun sebuah penjualan yang ada pada bidang grafik. Untuk menambahkannya kita dapat menggunakan dua buah fungsi yaitu: text()dan mtext().
Fungsi text()berguna untuk menambahkan teks di dalam bidang grafik seperti label titik observasi dan persamaan di dalam bidang grafik. Format yang digunakan adalah sebagai berikut:
#text(x, y, labels)
#Catatan:
#x dan y : numerik numerik yang menunjukkan koordinat posisi teks.
#labels : vektor karakter yang menunjukkan teks yang hendak ditulis.
Berikut adalah contoh sintaks untuk memberi label pada sejumlah data yang memiliki fitur yang kita inginkan dan output yang dihasilkan
# tandai observasi yang memiliki nilai
# mpg < 15 dan wt > 5
d <- mtcars[mtcars$wt >= 5 & mtcars$mpg <= 15, ]
# plot
plot(mtcars$wt, mtcars$mpg, main="Milage vs. Car Weight",
xlab="Weight", ylab="Miles/(US) gallon")
# menambahkan text
text(d$wt, d$mpg, row.names(d),
cex=0.65, pos=3,col="red")
Sedangkan sintaks berikut adalah contoh bagaimana menambahkan jual beli
ke dalam bidang grafik dan output yang dihasilkan
plot(1:10, 1:10,
main="text(...) examples\n~~~~~~~~~~~")
text(4, 9, expression(hat(beta) == (X^t * X)^{-1} * X^t * y))
text(7, 4, expression(bar(x) == sum(frac(x[i], n), i==1, n)))
Fungsinya mtext()berguna untuk menambahkan teks pada frame sekitar
bidang grafik. Format yang digunakan adalah sebagai berikut:
#mtext(text, side=3)
#Catatan:
#teks : teks yang akan ditulis.
#side : integer yang menunjukkan lokasi teks yang akan ditulis. Nilai yang dapat dimasukkan antara lain:
#1: bawah
#2: kiri
#3: atas
#4: kanan.
Berikut adalah contoh penerapan dan keluaran yang dihasilkan
plot(1:10, 1:10,
main="mtext(...) examples\n~~~~~~~~~~~")
mtext("Magic function", side=3)
3.3.4 Menambahkan Garis Pada Plot Fungsi abline()dapat digunakan untuk
menamabahkan garis pada plot. Garis yang ditambahkan dapat berupa garis
vertikal, horizontal, maupun garis regresi. Format yang digunakan adalah
sebagi berikut:
#abline(v=y)
#Berikut adalah contoh sintaks bagaimana menambahkan garis pada sebuah plot dan output yang dihasilkan disajikan
# membuat plot
plot(mtcars$wt, mtcars$mpg, main="Milage vs. Car Weight",
xlab="Weight", ylab="Miles/(US) gallon")
# menambahkan garis vertikal di titik rata-rata weight
abline(v=mean(mtcars$wt), col="red", lwd=3, lty=2)
# menambahkan garis horizontal di titik rata-rata mpg
abline(h=mean(mtcars$mpg), col="blue", lwd=3, lty=3)
# menambahkan garis regresi
abline(lm(mpg~wt, data=mtcars), lwd=4, lty=4)
3.3.5 Plot Merubah Simbol dan Jenis Garis Simbol plot (jenis titik)
dapat diubah dengan menambahkan argumen pch=pada plot. Nilai yang
dimasukkan pada argumen tersebut adalah bilangan bulat dengan
kemungkinan nilai sebagai berikut:
pch = 0,kuadrat pch = 1,lingkaran (default) pch = 2, titik segitiga ke atas pch = 3, ditambah pch = 4, silang pch = 5, intan pch = 6, titik segitiga ke bawah pch = 7,persilangan persegi pch = 8, bintang pch = 9, berlian ditambah pch = 10, lingkari tambah pch = 11, segitiga atas bawah pch = 12, kuadrat tambah pch = 13,silang lingkaran pch = 14, persegi dan segitiga ke bawah pch = 15, diisi persegi pch = 16, isi lingkaran pch = 17, diisi titik segitiga ke atas pch = 18, berlian yang diisi pch = 19, lingkaran padat pch = 20,peluru (lingkaran lebih kecil) pch = 21, diisi lingkaran biru pch = 22, diisi kotak biru pch = 23, diisi berlian biru pch = 24, diisi segitiga berujung biru pch = 25, diisi segitiga titik bawah biru
Untuk lebih memahami bentuk simbol tersebut, penulis akan menyajikan sintaks yang menampilkan seluruh simbol tersebut pada satu grafik. Output yang dihasilkan disajikan
generateRPointShapes<-function(){
# menentukan parameter plot
oldPar<-par()
par(font=2, mar=c(0.5,0,0,0))
# produksi titik axis
y=rev(c(rep(1,6),rep(2,5), rep(3,5), rep(4,5), rep(5,5)))
x=c(rep(1:5,5),6)
# plot seluruh titik dan label
plot(x, y, pch = 0:25, cex=1.5, ylim=c(1,5.5), xlim=c(1,6.5),
axes=FALSE, xlab="", ylab="", bg="blue")
text(x, y, labels=0:25, pos=3)
par(mar=oldPar$mar,font=oldPar$font )
}
# Print
generateRPointShapes()
Pada Rkita juga dapat mengatur jenis garis yang akan ditampilkan pada
plot dengan menambahkan argument lty=( line type ) pada fungsi plot.
Nilai yang dapat dimasukkan adalah nilai bilangan bulat. Keterangan
masing-masing nilai tersebut adalah sebagai berikut: lty = 0, kosong lty
= 1, padat (default) lty = 2, putus-putus lty = 3, bertitik lty = 4,
dotdash lty = 5, longdash lty = 6, dua garis
Untuk lebih memahaminya, pada sintaks berikut disajikan plot seluruh jenis garis tersebut beserta output yang dihasilkannya
generateRLineTypes<-function(){
oldPar<-par()
par(font=2, mar=c(0,0,0,0))
plot(1, pch="", ylim=c(0,6), xlim=c(0,0.7), axes = FALSE ,xlab="", ylab="")
for(i in 0:6) lines(c(0.3,0.7), c(i,i), lty=i, lwd=3)
text(rep(0.1,6), 0:6,
labels=c("0.'blank'", "1.'solid'", "2.'dashed'", "3.'dotted'",
"4.'dotdash'", "5.'longdash'", "6.'twodash'"))
par(mar=oldPar$mar,font=oldPar$font )
}
generateRLineTypes()
3.3.6 memelihara Axis Plot Kita dapat melakukan pengaturan lebih jauh
terhadap sumbu, seperti: menambahkan sumbu tambahan pada bingkai atas
dan bawah, mengubah rentang nilai sumbu, serta kustomisasi tanda centang
pada sumbu nilai. Hal ini diperlukan karena fungsi grafik dasar Rtidak
dapat mengatur sumbu secara otomatis apabila plot baru ditambahkan pada
plot pertama dan rentang nilai plot baru lebih besar dibandingkan plot
pertama, sehingga sebagian nilai plot baru tidak ditampilkan pada hasil
akhir. Untuk menambahkan axis pada Rkita dapat menambahkan fungsi
axis()setelah plot dilakukan. Format yang digunakan adalah sebagai
berikut:
#axis(side, at=NULL, labels=TRUE)
#Catatan:
#side : nilai bilangan bulat yang mengidikasikan posisi axix yang hendak ditambahkan. Nilai yang dapat dimasukkan adalah sebagai berikut:
#1: bawah
#2: kiri
#3: atas
#4: kanan.
#at : dimana tick-mark hendak digambarkan. Nilai yang dapat dimasukkan sama dengan side.
#labels : Label teks tanda centang . Dapat juga secara logis menentukan apakah anotasi harus dibuat pada tanda centang .
Berikut contoh sintaks penerapan fungsi tersebut dan output yang dihasilkan
# membuat vektor numerik
x <- c(1:4)
y <- x^2
# plot
plot(x, y, pch=18, col="red", type="b",
frame=FALSE, xaxt="n") # Remove x axis
# menambahkan axis
# bawah
axis(1, 1:4, LETTERS[1:4], col.axis="blue")
# atas
axis(3, col = "darkgreen", lty = 2, lwd = 0.5)
# kanan
axis(4, col = "violet", col.axis = "dark violet", lwd = 2)
Kita dapat mengubah rentang nilai pada sumbu menggunakan fungsi
xlim()dan ylim()yang menyatakan vektor nilai maksimum dan rentang
minimum. Selain itu kita juga dapat melakukan transaksi baik pada sumbu
x dan sumbu y. Berikut adalah argumen yang dapat ditambahkan pada fungsi
grafik: xlim : limit nilai sumbu x dengan format: xlim(min, max). ylim :
limit nilai sumbu x dengan format: ylim(min, max). Untuk
mentransformasikan skala log, kita dapat menambahkan argumen berikut:
log=“x” : transformasi log sumbu x. log=“y” : transformasi log sumbu y.
log=“xy” : transformasi log sumbu x dan y. Berikut adalah contoh sintaks
penerapan argumen tersebut beserta output yang dihasilkan
# membagi jendela grafik menjadi 1 baris dan 3 kolom
par(mfrow=c(1,3))
# membuat vektor numerik
x<-c(1:10); y<-x*x
# simple plot
plot(x, y)
# plot dengan pengaturan rentang skala
plot(x, y, xlim=c(1,15), ylim=c(1,150))
# plot dengan transformasi skala log
plot(x, y, log="y")
Kita dapat melakukan kustomisasi pada tanda centang . Kustomisasi yang
dapat dilakukan adalah merubah warna, gaya font , ukuran font,
orientasi, serta menyembunyikan tanda centang .
Argumen yang ditambahkan adalah sebagai berikut:
col.axis : tanda centang warna . font.axis : integer yang menunjukkan font style . Sama dengan pengaturan judul. cex.axis : pengaturan ukuran tanda centang . las : mengatur organisir tanda tik . Nilai yang dapat dimasukkan adalah sebagai berikut:
0 : paralel terhadap sumbu posisi (default) 1 : selalu mendatar 2 : selalu tegak lurus dengan sumbu posisi 3 : selalu vertikal xaxt dan yaxt : karakter untuk menunjukkan apakah axis akan ditampilkan atau tidak. nilai dapat berupa “n”(sembunyika) dan “s”(tampilkan).
Berikut adalah contoh penerapan argumen tersebut beserta output:
# membuat vektor numerik
x<-c(1:10); y<-x*x
# plot
plot(x,y,
# warna
col.axis="red",
# font style
font.axis=2,
# ukuran
cex=1.5,
# orientasi
las=3,
# sembunyikan sumbu x
xaxt="n")
3.3.7 Warna Pada fungsi dasar R, warna dapat diatur dengan mengetikkan
nama warna maupun kode heksadesimal. Selain itu kita juga dapat
menambahkan warna lain melalui library lain yang tidak dijelaskan pada
bab ini.
Untuk penggunaan warna hexadesima kita perlu mengetikkan “#” yang diukuti oleh 6 kode warna. Untuk memperlajari kode-kode dan warna yang dihasilkan, silahkan pembaca mengunjungi situs http://www.visibone.com/ .
Pada sintaks berikut disajikan visualisasi nama-nama warna bawaan yang ada pada R. Output yang dihasilkan disajikan
showCols <- function(cl=colors(), bg = "grey",
cex = 0.75, rot = 30) {
m <- ceiling(sqrt(n <-length(cl)))
length(cl) <- m*m; cm <- matrix(cl, m)
require("grid")
grid.newpage(); vp <- viewport(w = .92, h = .92)
grid.rect(gp=gpar(fill=bg))
grid.text(cm, x = col(cm)/m, y = rev(row(cm))/m, rot = rot,
vp=vp, gp=gpar(cex = cex, col = cm))
}
# print 60 nama warna pertama
showCols(bg="gray20", cl=colors()[1:60], rot=30, cex=0.9)
## Loading required package: grid
3.4 Plot Dua dan Tiga Dimensi R dapat digunakan untuk memproduksi
visualisasi pada skala 2 dan 3 dimensi. Untuk proyeksi 2 dimensi, fungsi
yang digunakan adalah image()atau contour(). Untuk informasi lebih
lanjut terkait fungsi tersebut pembaca dapat mengakses menu bantuan.
Pada sintak berikut diberikan contoh bagaimana cara memproduksi
visualisasi dua dimensi menggunakan kedua fungsi tersebut:
n <- 1:20
x <- sin(n)
y <- cos(n)*exp(-n/3)
z <- outer(x,y)
par(mar=c(3,3,1.5,1.5), mex=0.8, mgp=c(2,0.5,0), tcl=0.3)
par(mfrow=c(1,2))
# plot pertama
image(z, col=gray(1:10/10))
# plot kedua
contour(z)
par(mfrow=c(1,1))
#Proyeksi 3 dimensi dapat dilakukan menggunakan fungsi persp(). Sudut penglihatan dapat diatur melalui argumen theta(sudut) dan phi()(rotasi). Sintaks berikut merupakan contoh bagaimana cara menghasilkan visualisasi 3 dimensi dari data yang telah diproduksi sebelumnya:
par(mar=c(3,3,1.5,1.5), mex=0.8, mgp=c(2,0.5,0), tcl=0.3)
par(mfrow=c(1,2))
# plot pertama
persp(n,n,z, theta=45, phi=20)
# plot kedua
persp(n,n,z, theta=45, phi=20, shade=0.5)
par(mfrow=c(1,1))
REFERENSI: 1. Maindonald, JH 2008. Menggunakan R untuk Analisis Data dan Pendahuluan Grafik, Kode dan Komentar . Pusat Matematika dan Aplikasinya Australian National University. 2. Scherber, C. 2007. Pengantar analisis data statistik menggunakan R . R_Manual Goettingen. 3. STHDA. Grafik Dasar R . http://www.sthda.com/english/wiki/r-base-graphs 4. Venables, WN Smith DM dan R Core Team. 2018. Pengantar R . Manual R. 5. https://bookdown.org/moh_rosidi2610/Metode_Numerik/dataviz.html