Pemodelan Regresi Berganda pada Faktor Produksi Perusahaan Mesin Pendingin terhadap Kualitas Produksi

Lyfia Indah Maulia

Mei 2022

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

        Seiring berkembangnya zaman semakin banyak pembangunan gedung-gedung dan semakin tinggi pula suhu yang ada, hal ini menjadikan peluang terbuka lebar untuk industri mesin pendingin. Untuk menghasilkan produk agar dapat memenuhi permintaan konsumen maka diperlukan peramalan kemungkinan yang tepat dalam pengambilan keputusan dalam proses produksi. Peramalan produksi merupakan bentuk pembuatan keputusan yang dijadikan sebagai landasan dibanyak industri manufaktur dan industri pelayanan.Peramalan juga dapat menjadi langkah antisipatif untuk melihat perkembangan pada tahun-tahun sebelumnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa peramalan produksi yang akurat sangatlah penting dalam proses produksi (Nasution,2003).
         Pada penelitian ini ingin diketahui hubungan antara dua faktor produksi dengan hasil produksi. Sehingga metode yang tepat untuk digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi berganda karena metode regresi linier berganda merupakan teknik analisis yang mencoba menjelaskan hubungan antara dua peubah atau lebih khususnya antara peubah-peubah yang mengandung sebab akibat disebut analisis regresi.

1.2 Statistika Deskriptif

        Statistika deskriptif merupakan statistika yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis data hasil penelitian tetapi tidak untuk mengambil kesimpulan yang lebih luas terhadap ciri-ciri populasi (generalisasi/inferensial). Statistik deskriptif hanya berhubungan dengan hal menguraikan atau memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu data atau keadaan atau fenomena. Dengan kata statistik deskriptif berfungsi menerangkan keadaan, gejala, atau persoalan.

1.3 Analisis Regresi Linear Berganda

\[ Y = β_0 + β_1 X_1+β_2X_2+...+β_kX_k+ε \]

      Analisis Regresi Linear Berganda merupakan model persamaan yang menjelaskan hubungan satu variabel tak bebas / respons (Y) dengan dua atau lebih variabel bebas / predictor (X1x2,…,Xn). Analisis ini digunakan untuk memprediksi nilai variabel tak bebas / respons (Y) apabila nilai-nilai variabel bebasnya diketahui. Selain itu juga untuk dapat mengetahui bagaimanakah arah hubungan variabel tak bebas dengan variabel-variabel bebasnya.
      Asumsi klasik pada regresi linear berganda antara lain: Data interval atau rasio, linearitas, normalitas pada residual, non outlier atau tanpa adanya data pencilan (data extreme), homoskedastisitas (Non Heteroskedastisitas), non multikolinearitas dan non autokorelasi.
       Pada analisis regresi linear terdapat 2 uji signifikansi, diantaranya yaitu uji f / uji simultan dan uji t / parsial. Menurut Kuncoro (2009), uji F digunakan untuk menguji signifikan tidaknya pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat. Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel, jika F hitung > dari F tabel, (Ho di tolak) maka model signifikan atau bisa dilihat dalam kolom signifikansi pada Anova. Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen (Widjarjono, 2010). Uji ini dapat dilakukan dengan mambandingkan t hitung dengan t tabel atau dengan melihat kolom signifikansi pada masing-masing t hitung, jika t hitung > dari t tabel, (H0 ditolak) maka model berpengaruh signifikan.

1.4 Uji Asumsi

1.4.1 Asumsi Normalitas

        Menurut Rukmana (2017) uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual dalam persamaan regresi berdistribusi normal atau tidak. Uji Normalitas berguna untuk menentukan data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Berdasarkan pengelompokkan uji normalitas dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu analisis secara visual dan analisis secara statistik.
        Analisis secara visual antara lain menggunakan grafik normal PP, Normal QQ, Histogram, Stem Leaf, Box Plot, dll. Sedangkan secara statistik dapat diuji menggunakan uji Kolmogorov Smirnov, Shapiro Wilk, Shapiro Francia, Andersen Darling, Ryan Joiner, Skewness Kurtosis Test, Jarque Bera, dll.

1.4.2 Asumsi Homogenitas

      Uji homogenitas adalah suatu prosedur uji statistik yang bertujuan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel yang telah diambil berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama. Dengan kata lain, uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui bahwa himpunan data yang sedang diteliti memiliki karakteristik yang sama atau tidak.

1.4.3 Asumsi Non Autokorelasi

      Uji Autokorelasi adalah sebuah analisis statistik yang dilakukan untuk mengetahui adakah korelasi variabel yang ada di dalam model prediksi dengan perubahan waktu. Pengujian yang umum digunakan untuk mengetahui adanya autokorelasi dan telah dikembangkan oleh Durbin dan Watson yang dihitung berdasarkan jumlah selisih kuadrat nilai-nilai taksiran faktor-faktor gangguan, jika nilai DW positfberarti bahwa tidak terjadi autokorelasi, atau model regresi memenuhi persyaratan asumsi klasik, sebaliknya jika DWnegatuf berarti bahwa akan terjadi autokorelasi, atau model regresi tidak memenuhi persyaratan asumsi klasik.

1.4.4 Asumsi Multikolinearitas

      Uji asumsi multikolinearitas adalah untuk menguji apakah pada model regresi terdapat korelasi antar variabel independen. Suatu model regresi yang baik seharusnya bebas dari masalah multikolinearitas dan tidak terdapat korelasi antar variabel independen. Selain itu dapat diketahui melalui besar VIF dan tolerance, dimana jika nilai VIF dan tolerance berada di sekitar angka < 10 maka model regresi bebas multikolinearitas dalam penelitian ini tidak terjadi hubungan diantara variabel-variabel independen. Dengan demikian, asumsi multikolinearitas terpenuhi (bebas dari multikolinearitas).

1.5 Data

    Menurut Webster New World Dictionary, data adalah sesuatu yang sudah diketahui atau yang sudah terjadi dan berupa fakta (bukti) yang dapat menggambarkan tentang suatu keadaan atau persoalan. Data dapat juga dikatakan sebagai sekumpulan informasi atau nilai yang diperoleh dari pengamatan /(observasi) suatu obyek. Data biasanya digunakan sebagai dasar yang obyektif di dalam proses pembuatan keputusan-keputusan/kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam rangka untuk memecahkan persoalan oleh pengambil keputusan.Terdapat 2 (dua) cara dalam pengambilan data, yakni data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang pertama kali dicetuskan oleh peneliti melalui usaha dan pengalaman langsung, khusus untuk tujuan menjawab masalah penelitiannya. Sedangkan, Data sekunder menyiratkan informasi bekas yang sudah dikumpulkan dan dicatat oleh orang lain selain pengguna untuk suatu tujuan, tidak terkait dengan masalah penelitian saat ini.
    Data yang digunakan pada pemodelan ini merupakan data dari sebuah perusahaan mesin pendingin yang dipilih secara acak yang mana diperoleh data total hasil produksi (Y), Jumlah Kerusakan Mesin (X1), dan Jumlah Tenaga Kerja (X2). Data yang digunakan pada pemodelan ini merupakan jenis data primer.

2 SOURCE CODE

2.1 Library yang Dibutuhkan

>   # Library (readxl)
>   # Library (rmarkdown)
>   # Library (dplyr)
>   # Library (tidyr)
>   # Library (lmtest)
>   # Library

2.2 Data Hasil Pengukuran

>   library(readxl)
>   Dataset <- read_excel("C:/Users/Sakhira Nova/Downloads/Data Survey.xlsx")
     Kode perintah diatas merupakan kode perintah untuk menginput data yang diperoleh dari file excel yang bernama ‘Data Survey’ dengan menggunakan function read_excel yang ada pada library readxl.
>   library(rmarkdown)
>   paged_table(as.data.frame(Dataset))
      Kode perintah diatas merupakan kode perintah untuk menampilkan data yang telah diimport dari file excel seelumnya dengan menggunakan function ‘paged_table’ yang ada pada library ‘rmarkdown’.

2.3 Analisis Regresi

2.3.1 Perhitungan

Mendefinsikan Setiap Variabel

>   X1 <- Dataset$'Jumlah Kerusakan Mesin'
>   X2 <- Dataset$'Jumlah Tenaga Kerja'
>   Y  <- Dataset$'Total Produksi'
>   df <- data.frame(X1,X2,Y)
>   df
   X1 X2    Y
1  24 48 1390
2  20 24 1217
3  27 50 2058
4  23 38 1165
5  23 55 1409
6  24 60 1383
7  13 24 1076
8  25 43 1259
9  28 66 1627
10 25 60 1682
11 22 36 2149
>   
>   totX1 <- sum(X1)
>   totX2 <- sum(X2)
>   totY  <- sum(Y)
>   totX1; totX2; totY;
[1] 254
[1] 504
[1] 16415
     Berikut ini merupakan kode perintah untuk melakukan analisis regresi dimulai dari mendefinisikan X1, X2,dan Y yang diekstrak dari Dataset secara berturut-turut ‘Jumlah Kerusakan Mesin’,‘Jumlah Tenaga Kerja’,dan ‘Total Produksi’ dengan menggunakan simbol$. Dan membuat data frame dengan function ‘data.frame’ diikuti ketiga variabel didalamnya. Lalu menjumlahkan masing-masing variabel dengan menggunakan function ‘sum’.

Menguadratkan Setiap variabel

>   X1_kuadrat <- X1^2
>   X2_kuadrat <- X2^2
>   Y_kuadrat <- Y^2
>   X1_kuadrat; X2_kuadrat; Y_kuadrat;
 [1] 576 400 729 529 529 576 169 625 784 625 484
 [1] 2304  576 2500 1444 3025 3600  576 1849 4356 3600 1296
 [1] 1932100 1481089 4235364 1357225 1985281 1912689 1157776 1585081 2647129
[10] 2829124 4618201
> 
>   totX1_kuadrat <- sum(X1_kuadrat)
>   totX2_kuadrat <- sum(X2_kuadrat)
>   totY_kuadrat <- sum(Y_kuadrat)
>   totX1_kuadrat; totX2_kuadrat; totY_kuadrat;
[1] 6026
[1] 25126
[1] 25741059
     Pada bagian ini merupakan kode perintah untuk mendefinisikan hasil penguadratan dari masing-masing variabel dengan menggunakan simbol ‘^’. Lalu menjumlahkan hasil penguadratan dari masing-masing variabel dengan menggunakan function ‘sum’.

Menghitung Pengalian antar Variabel

>   X1Y <- X1*Y
>   X2Y <- X2*Y
>   X1X2 <- X1*X2
>   X1Y; X2Y; X1X2
 [1] 33360 24340 55566 26795 32407 33192 13988 31475 45556 42050 47278
 [1]  66720  29208 102900  44270  77495  82980  25824  54137 107382 100920
[11]  77364
 [1] 1152  480 1350  874 1265 1440  312 1075 1848 1500  792
> 
>   totX1Y <- sum(X1Y)
>   totX2Y <- sum(X2Y)
>   totX1X2 <- sum(X1X2)
>   totX1Y; totX2Y; totX1X2;
[1] 386007
[1] 769200
[1] 12088
     Pada bagian inipun merupakan kode perintah yang digunakan untuk mendefinisikan, yakni mendefinisikan hasil dari pengalian antar variabel dengan menggunakan simbol ’*‘. Lalu menjumlahkan hasil pengalian dari masing-masing variabel dengan menggunakan function ’sum’.

Menghitung Nilai n

>   n <- dim(Dataset)[1]
>   n
[1] 11
      Lalu langkah selanjutnya adalah menghitung nilai n dengan menggunakan function ‘dim’ yang merupakan hasil dari ‘\(total~perlakuan\)’.

Menghitung Rata-rata dan Jumlah Kuadrat

>   X1_bar <- totX1_kuadrat/n
>   X2_bar <- totX2_kuadrat/n
>   Y_bar <- totY_kuadrat/n
>   X1_bar; X2_bar; Y_bar;
[1] 547.8182
[1] 2284.182
[1] 2340096
> 
>   SX1_kuadrat <- totX1_kuadrat-((totX1^2)/n)
>   SX2_kuadrat <- totX2_kuadrat-((totX2^2)/n)
>   SY_kuadrat <- totY_kuadrat-((totY^2)/n)
>   SX1Y <- totX1Y-((totX1*totY)/n)
>   SX2Y <- totX2Y-((totX2*totY)/n)
>   SX1X2 <- totX1X2-((totX1*totX2)/n)
>   
>   SX1_kuadrat; SX2_kuadrat; SY_kuadrat; 
[1] 160.9091
[1] 2033.636
[1] 1245402
>   SX1Y; SX2Y; SX1X2;
[1] 6969.727
[1] 17094.55
[1] 450.1818
     Penghitungan rata-rata dilakukan dengan cara pembagian antara total penguadratan masing-masing variabel dan dibagi dengan banyaknya data masing-masing variabel. Lalu menghitung atau mendefinisikan SX1^2, SX2^2, dan SY^2 dengan cara total dari masing-masing penguadratan dikurangi dengan total masing-masing variabel dibagi n. Dan juga menghitung atau mendefinisikan SX1Y, SX2Y, dan SX1X2 dengan total perkalian antar variabel dikurangi perkalian total masing-masing variabel dibagi n.

2.3.2 Menghitung Parameter-parameter Populasi

>   b1 <- ((SX2_kuadrat*SX1Y)-(SX2Y*SX1X2))/((SX1_kuadrat*SX2_kuadrat)-(SX1X2^2))
>   b2 <- ((SX1_kuadrat*SX2Y)-(SX1Y*SX1X2))/((SX1_kuadrat*SX2_kuadrat)-(SX1X2^2)) 
>   b0 <- Y_bar-(b1*X1_bar)-(b2*X2_bar)
>   b0; b1; b2;
[1] 2318702
[1] 52.00609
[1] -3.106577
     Untuk menemukan persamaan regresinya maka dilakukan pendefinisian b0, b1, dan b2 sesuai dengan rumusnya pada regresi linear berganda.

2.3.3 Uji Simultan (Uji F)

>   JKR <- b1*SX1Y+(b2*SX2Y)
>   JKT <- SY_kuadrat
>   JKG <- JKT-JKR
>   JKR; JKG; JKT;
[1] 309362.7
[1] 936039.5
[1] 1245402
>   
>   db_R <- dim(Dataset)[2] - 1
>   db_G <- n-(dim(Dataset)[2])
>   db_T <- n-1
>   db_R; db_G; db_T;
[1] 2
[1] 8
[1] 10
> 
>   KTR <- JKR/db_R
>   KTG <- JKG/db_G
>   KTR; KTG;
[1] 154681.4
[1] 117004.9
>   
>   Fhit <- KTR/KTG
>   Ftab <- qf(0.05, 2, 8, lower.tail = F, log.p = F)
>   P_value <- pf(Fhit,db_R,db_G,lower.tail=F)
>   Fhit; Ftab; P_value;
[1] 1.322007
[1] 4.45897
[1] 0.3191084
      Untuk melakukan uji simultan maka diperlukan pendefinian Jumlah kuadrat (JK), derajat bebas (DB), dan Kuadrat Tengah (KT) masing-masing variabel. JKR didefinisikan dengan penjumlahan antara pengalian b1 dikali SX1Y dengan b2 dikali SX2Y, JKT didefinisikan dengan SY^2, dan JKG didefinisikan dengan pengurangan antara JKT dengan JKR. Derajat bebas perlakuan (DBp) merupakan hasil dari \(total~perlakuan - 1\). Derajat bebas galat (DBg) merupakan hasil dari \(total~pengamatan - total~perlakuan\). Derajat bebas total (DBt) merupakan hasil dari \(total~pengamatan - 1\). Lalu KTR merupakan hasil dari pembagian Jumlah Kuadrat Regresi dengan db Regresi, dan KTG merupakan hasil dari pembagian Jumlah Kuadrat Galat dengan db Galat.

2.3.4 Uji Parsial (Uji T)

-Untuk b1

>   Sb1_kuadrat <- KTG*(SX2_kuadrat/((SX1_kuadrat*SX2_kuadrat)-(SX1X2^2)))
>   t1_hit <- b1/Sb1_kuadrat
>   t_tab <- qt(0.025, 8, lower.tail = F, log.p = F)
>   t1_hit; t_tab;
[1] 0.02722572
[1] 2.306004
      Source Code ini untuk mendefinisikan nilai dari t hitung dengan nama t1_hit dengan rumus seperti rumusnya pada regresi linear berganda. Lalu mendefinisikan variabel untuk menentukan nilai t tabel dengan nama t_tab dan kemudian dilanjutkan dengan pemanggilan t_tab.

-Untuk b2

>   Sb2_kuadrat <- KTG*(SX1_kuadrat/((SX1_kuadrat*SX2_kuadrat)-(SX1X2^2)))
>   t2_hit <- b2/Sb2_kuadrat
>   t_tab <- qt(0.025, 8, lower.tail = F, log.p = F)
>   t2_hit; t_tab;
[1] -0.02055418
[1] 2.306004
      Source Code ini untuk mendefinisikan nilai dari t hitung dengan nama t2_hit dengan rumus seperti rumusnya pada regresi linear berganda. Lalu mendefinisikan variabel untuk menentukan nilai t tabel dengan nama t_tab dan kemudian dilanjutkan dengan pemanggilan t_tab.

2.3.5 Koefisien Determinasi

>   R_kuadrat <- JKR/JKT
>   R_kuadrat 
[1] 0.2484039

Untuk mendefinisikan R kuadrat dengan pembagian JKR dengan JKT.

2.4 Membentuk Tabel ANOVA

>   SK    <- c("Perlakuan", "Galat", "Total")
>   DB    <- c(db_R,db_G,db_T) 
>   JK    <- c(JKR,JKG,JKT)
>   KT    <- c(KTR,KTG,NA)  
>   Fhit  <- c(Fhit,NA,NA)  
>   P_value <- c(P_value,NA,NA)  
>   paged_table(data.frame(SK,DB,JK,KT,Fhit,P_value))
      Menyusun hasil perhitungan kedalam bentuk tabel ANOVA dengan mendefinisikan masing-masing vektor SK, DB, JK, KT, Fhit, dan \(p-value\) dengan menggunakan function ‘paged_table’ dengan argument dataframe dari SK,DB,JK,KT,Fhit, dan \(p-value\) disertakan NA agar pembentukkan dataframe tidak eror karena dimensi yang berbeda. Function paged_table untuk membentuk tabel dengan argument.

##Uji Asumsi ### Asumsi Normalitas

>   lm.fit <- lm(Y~X1+X2,data=df)
>   lm.fit$residuals
         1          2          3          4          5          6          7 
-142.77300 -182.30651  375.42190 -346.83269  -50.02087 -112.49407   40.73608 
         8          9         10         11 
-341.31197  -57.87895  134.49984  682.96024 
>   qqnorm(lm.fit$residuals,col="brown")
>   qqline(lm.fit$residuals)

| Untuk melakukan asumsi normalitas maka diperlukan menggunakan fungsi lm terlebih dahulu untuk mendapatkan residual dari hasil perhitungannya. Lalu mengekstrak dengan menggunakan simbol s. Untuk menampilkan QQ-Plot normality dapat dengan menggunakan function qqnorm() sebagai persebaran titik-titik data dan qqline() sebagai garis linear. Argumen yang digunakan adalah ekstrak Hasil.Ujian lm.fit$residuals.

2.4.1 Asumsi Homogenitas

> library(lmtest)
> bptest(lm.fit)

    studentized Breusch-Pagan test

data:  lm.fit
BP = 2.7859, df = 2, p-value = 0.2483
        Untuk melakukan uji homogenitas ragam galat, digunakan fungsi bptest yang berasal dari packages lmtest yang dalam hal ini bp sendiri adalah singkatan dari Breusch Pagan.

2.4.2 Asumsi Non Autokorelasi

>   dwtest(lm.fit)

    Durbin-Watson test

data:  lm.fit
DW = 1.6173, p-value = 0.2522
alternative hypothesis: true autocorrelation is greater than 0
      Untuk menguji non autokorelasi galat, digunakan uji Durbin Watson dengan fungsi dwtest untuk mengetahui apakah terdapat autokorelasi atau tidak.

2.4.3 Asumsi Multikolinieritas

>   library(car)
>   vif(lm.fit)
      X1       X2 
2.626946 2.626946 
      Untuk melakukan uji asumsi multikolinieritas digunakan fungsi vif yang berasal dari packages car.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Variabel Prediktor dan Variabel Respon

     Berdasarkan Data yang digunakan, diperoleh variabel prediktornya adalah Jumlah Kerusakan Mesin dan Jumlah Tenaga Kerja. Sedangkan, untuk variabel responnya adalah Total Produksi. Dikarenakan Jumlah Kerusakan Mesin dan Jumlah Tenaga Kerjalah yang mempengaruhi Total Produksi.

3.2 Persamaan Regresi Linear Berganda

     Berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya maka didapatkan persamaan regresi untuk data ini adalah sebagai berikut.

\[ \widehat Y=\beta_0+\beta_1X+\beta_2X \] Interpretasi :
\(\beta_0=2318702\)
Hal ini berarti jika variabel X1 dan X2 konstan, maka nilai Y akan berubah dengan sendirinya sebesar 2318702 \(\beta_1=52.00609\)
Hal ini berarti jika variabel lain bernilai konstan, maka nilai Y akan berubah sebesar 52.00609 X1 satuan. \(\beta_2=-3.106577\)
Hal ini berarti jika variabel lain bernilai konstan, maka nilai Y akan berubah sebesar -3.106577 X2 satuan.

3.3 Uji Simultan

Hipotesis :
H~0 : Tidak ada hubungan antara Jumlah Kerusakan Mesin dan Jumlah Tenaga Kerja dengan Total Produksi
H~1 : Ada hubungan antara Jumlah Kerusakan Mesin dan Jumlah Tenaga Kerja dengan Total Produksi

Statistik Uji
Jumlah Kuadrat Regresi (JKR)
\(JKR=\beta_1S_X1Y+\beta_2S_X2Y=309362.7\)
Jumlah Kuadrat Tengah (JKT)
\(JKT=S_X2Y=1245402\)
Jumlah Kuadrat Galat (JKG)
\(JKG=JKT-JKR=1245402-309362.7=936039.5\)

Keputusan Karena Fhit(1.322007) < Ftab(4.45897) maka terima H0

Kesimpulan Dengan taraf nyata 5% dapat disimpulkan bahwa secara simultan tidak terdapat hubungan antara Jumlah Kerusakan Mesin dan Jumlah Tenaga Kerja dengan Total Produksi.

3.4 Uji Parsial

-untuk b1 Hipotesis
H~0 : Tidak ada hubungan antara Jumlah Kerusakan Mesin dengan Total Produksi H~1 : Ada hubungan antara Jumlah Kerusakan Mesin dengan Total Produksi

Statistik Uji
untuk b1
\(t_1hit=\frac{\beta_1}{\sqrt{KTG(\frac{SX2^2}{\frac{SX1^2SX2^2}{(SX1X2)^2}})}}=0.02722572\)
untuk b2
\(t_2hit=\frac{\beta_2}{\sqrt{KTG(\frac{SX1^2}{\frac{SX1^2SX2^2}{(SX1X2)^2}})}}=-0.02055418\)

Keputusan Karena t1_hit(0.02722572) < t_tab(2.306004) maka terima H0

Kesimpulan Dengan taraf nyata 5% dapat disimpulkan bahwa secara parsial Tidak terdapat hubungan antara Jumlah Kerusakan Mesin dengan Total Produksi

-untuk b2 Hipotesis
H~0 : Tidak ada hubungan antara Jumlah Tenaga Kerja dengan Total Produksi H~1 : Ada hubungan antara Jumlah Tenaga Kerja dengan Total Produksi

Keputusan Karena t2_hit(-0.02055418) < t_tab(2.306004) maka terima H0

Kesimpulan Dengan taraf nyata 5% dapat disimpulkan bahwa secara parsial Tidak terdapat hubungan antara Jumlah Tenaga Kerja dengan Total Produksi

3.5 Koefisien Determinasi

\(R^2=\frac{JKR}{JKT}=\frac{309362.7}{936039.5}=0.2484039\)
Interpretasi :
| Variabel Jumlah Kerusakan Mesin dan Jumlah Tenaga Kerja menjelaskan hubungan terhadap Total Produksi sebesar 24,84%, sisanya yaitu 75,16% dipengaruhi variabel lain diluar model.

3.6 Uji Asumsi

3.6.1 Asumsi Normalitas

Hasil Q-Q Plot dari kasus ini adalah sebagai berikut.

>   qqnorm(lm.fit$residuals,col="brown")
>   qqline(lm.fit$residuals)

Interpretasi : | Berdasarkan hasil pada Q-Q Plot didapatkan bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data menyebar secara normal. Akan tetapi, terdapat 3 (tiga) outlier pada data yang mana berarti terdapat data yang berbeda jauh dari pola data lainnya. Dalam penelitian ini tetap menggunakan data outlier tersebut dikarenakan dapat mempengaruhi hasil dan keputusan.

3.6.2 Asumsi Homogenitas

Hipotesis
H~0 : Residual berdistribusi normal
H~` : Residual tidak berdistribusi normal

Keputusan Karena p-value(0.2483) > \(\alpha\)(0.05) maka terima H0

*Kesimpulan** Dengan peluang kesalahan 5% dapat disimpulkan bahwa residual berdistribusi normal.

3.6.3 Asumsi Non Autokorelasi

Hipotesis
H~0 : \(\rho\)=0 (Tidak terjadi autokorelasi) H~` : \(\rho\)≠0 (Terjadi Autokorelasi)

Keputusan Karena p-value(0.2522) > \(\alpha\)(0.05) maka terima H0

*Kesimpulan** Dengan peluang kesalahan 5% dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi sehingga asumsi terpenuhi.

3.6.4 Asumsi Multikolinieritas

Interpretasi : Karena nilai vif < 10, maka asumsi non-multikolinieritas sudah terpenuhi.

4 KESIMPULAN

      Berdasarkan hasil perhitungan simultan dan parsial dapat disimpulkan bahwa antara Jumlah Kerusakan Mesin dan Jumlah Tenaga Kerja tidak berpengaruh signifikan. Sehingga, tidak perlu dilakukan uji lanjut untuk mengetahui faktor yang mana yang memiliki pengaruh lebih besar.

5 DAFTAR PUSTAKA

Davis, B. G. (2005). Pengertian data.
Kuncoro.(2013).“Mudah Memahami dan Menganalisis Indikator Ekonomi”.Yogyakarta:UPP STIM YKPN.
Nalim, N., & Salafudin, S. (2012). Statistika deskriptif.
Nasution, L. M. (2020). Statistik Deskriptif. Hikmah, 14(1), 49-55.
Rukmana, R. 2017. Perbandingan Regresi Stepwise dengan Newstepwise dalam Menentukan Model Terbaik pada Kasus Multikolinieritas. [Skripsi thesis, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau].Institutional Repository
Tjeleni, I. E. (2013). Kepemilikan manajerial dan institusional pengaruhnya terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 1(3).
Widjarjono, A. (2010). Analisis Statistika Multivariat Terapan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Yuliara, I. M. (2016). Regresi Linier Berganda. Denpasar: Universitas Udayana.