PERAMALAN JUMLAH PENDUDUK BEKERJA DI INDONESIA DENGAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT

Mutiara Anesye Malakha

5/22/2022

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

    Jumlah penduduk di Indonesia semakin hari semakin bertambah. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia. Dengan adanya peningkatan tersebut, dikhawatirkan akan menyebabkan peningkatan jumlah pengangguran apabila tidak ada lapangan pekerjaan yang memadai. Tingkat pengangguran yang tinggi akan menganggu stabilitas nasional negara (Septiatin, A., et al, 2016). Tingkat pengangguran berhubungan dengan permasalahan ekonomi makro, yang membuat pemerintah harus berhati-hati dalam memilih dan menetapkan suatu kebijakan.
    Menurut Septiatin, A., et al, (2016), terdapat pengaruh yang negatif antara pengangguran dan pertumbuhan ekonomi dan juga sebaliknya pertumbuhan ekonomi dan pengangguran. Pendapat tersebut dapat diinterpretasikan yakni jika tingkat pengangguran tinggi maka tingkat pertumbuhan ekonomi rendah, begitu pula sebaliknya. Salah satu kebijakan pemerintah yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yakni dengan meramal jumlah penduduk bekerja pada waktu yang akan datang. Dengan mengetahui kisaran jumlah penduduk yang bekerja di masa yang akan datang, pemerintah dapat mengambil langkah untuk memperbanyak lapangan pekerjaan yang memadai. Ada banyak sekali metode untuk peramalan, salah satunya adalah Exponential Smoothing (Pemulusan Eksponensial). Metode Exponential Smoothing digunakan karena data jumlah penduduk bekerja di Indonesia merupakan data time series yang diamati dalam satuan tahun. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fejriani, F., et al, (2020) mengenai Forecasting Peningkatan Jumlah Penduduk di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) berdasarkan Jenis Kelamin menggunakan Metode ARIMA berhasil membuktikan bahwa terjadi peningkatan jumlah penduduk. Pada penelitian ini akan diuji lebih lanjut mengenai jumlah penduduk bekerja di Indonesia. Metode Double Exponential Smoothing Holt tepat digunakan karena data jumlah penduduk bekerja di Indonesia memiliki pola trend, sedangkan pada metode ARIMA cenderung mengikuti pola data yang ada (tidak spesifik).
    Adapun data yang digunakan ialah data sekunder yang terambil dari website resmi Badan Pusat Statistik (BPS) yakni data jumlah penduduk bekerja di Indonesia pada bulan Agustus Tahun 2011-2021. Dengan adanya peramalan jumlah penduduk bekerja di Indonesia dengan Metode Double Exponential Smoothing Holt, diharapkan memberikan informasi penting bagi masyarakat dan pemerintah agar dapat membentuk lapangan pekerjaan dalam skala yang lebih besar, sehingga bisa menekan tingkat pengangguran di Indonesia.

1.2 Peramalan (Forecasting)

    Dalam melakukan analisis ekonomi baik dalam skala mikro maupun makro, haruslah memperkirakan apa yang terjadi di masa depan, baik dalam jangka waktu pendek, jangka waktu menengah, maupun jangka waktu panjang. Upaya tersebut merupakan upaya untuk memperkirakan pengaruh situasi dan kondisi saat ini terhadap perkembangan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Kegiatan tersebut disebut peramalan (forecasting). Menurut Alfarisi, S. (2017), dengan adanya peramalan, manajemen dapat segera menyiapkan langkah paling baik dalam mengatasi permasalahan dan dapat bersiap-siap memanfaatkan situasi jika terjadi perkembangan yang lebih baik dalam peramalan. Andini & Auristandi (2016) dalam penelitiannya mengatakan bahwa keberhasilan dari suatu peramalan, sangat ditentukan oleh:
  1. Pengetahuan teknik tentang pengumpulan informasi (data) masa lalu, data ataupun informasi tersebut bersifat kuantitatif.
  2. Teknik dan metode yang tepat dan sesuai dengan pola data yang dikumpulkan.
    Dalam peramalan, teknik yang digunakan terbagi atas dua kategori utama yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif (Pramita, W., & Tanuwijaya, H., 2015). Pada metode peramalan kualitatif, tidak digunakan perhitungan-perhitungan secara matematik dan statistik yang pasti melainkan berasal dari pendapat berbagai pihak yang dikumpulkan dan kemudian dianalisis. Sedangkan pada metode kuantitatif dikelompokan menjadi dua jenis yaitu analisis sebab-akibat (Causal Methods) yang didasarkan atas pengguna analisa pola hubungan antara variabel yang akan diperkirakan dengan variabel lain yang mempengaruhinya dan analisa deret berkala (Time Series) yang pada umumnya selalu berdasarkan atas penggunaan analisa pola hubungan antara variabel yang akan diperkirakan dengan variabel waktu (Alfarisi, S., 2017). Di dalam sebuah peramalan data, sering kali data yang diuji ialah data time series karena berbagai metode peramalan memerlukan data yang lalu sebagai bahan untuk meramal. Maricar, M. A. (2019) berpendapat bahwa time series merupakan serangkaian atau sekumpulan data yang tercatat dalam periode tertentu, seperti harian, mingguan, bulanan, maupun tahunan. Menurut Raharja, A., et al, (2010), langkah penting dalam memilih model time series yang tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode yang paling tepat dengan pola tersebut dapat diuji.
    Menurut Alfarisi, S. (2017), ada 3 (tiga) metode untuk menghitung deret berkala terdiri dari: metode rata-rata bergerak (Moving Average), rata-rata bergerak tertimbang (Weight Average), dan penghalusan eksponensial (Exponential Smoothing).
  1. Metode Rata-Rata Bergerak (Moving Average)
    Metode rata-rata bergerak mengembangkan suatu model berdasarkan hasil perhitungan rata-rata dari sebagian besar penelitian dengan menggunakan persamaan (Alfarisi, S., 2017): \[ F_t = \frac {A_{t-1}+A_{t-2}+\dots+A_{t-n}} {n} \tag{1} \] dengan:
    Ft = Hasil peramalan untuk periode t
    A{t-1} + A{t-2} + … + A{t-n} = Data aktual sebelum periode t
    n = Jumlah data penelitian

  2. Metode Rata-Rata Bergerak Tertimbang (Weight Average)
    Metode rata-rata bergerak tertimbang sama dengan rata-rata bergerak, tetapi nilai terbaru dalam deret berkala diberikan beban lebih besar untuk menghitung peramalan (Alfarisi, S., 2017). Berikut persamaan matematisnya:
    \[ rata-rata~bergerak~tertimbang = w_nA_{t-n} + w_{n-1}A_{t-(n-1)} + \dots + w_1A_{t-1} \tag{2} \] di mana:
    wn = Bobot yang diberikan pada nilai terbaru
    A{t-1} = Nilai aktual pada periode t-1

  3. Metode Penghalusan Eksponensial (Exponential Smoothing)
    Metode Exponential Smoothing merupakan teknik peramalan yang digunakan secara umum untuk analisis time series, karena kesederhanaan dan kemudahan dalam prosedur peramalan yang otomatis (Maricar, M. A., 2019). Metode ini merupakan pengembangan dari metode Moving Average. Namun menurut Rachman, R. (2018), tidak seperti Moving Average, Exponential Smoothing memberikan penekanan yang lebih besar kepada time series saat ini melalui penggunaan sebuah konstanta smoothing (penghalus). Dalam pemulusan eksponensial atau exponential smoothing, terdapat satu atau lebih parameter pemulusan yang ditentukan secara eksplisit, dan hasil ini menentukan bobot yang dikenakan pada nilai observasi (Raharja, A., et al, 2010). Setiap data diberi bobot, di mana bobot yang digunakan disimbolkan dengan alpha. Simbol alpha bisa ditentukan secara bebas, yang mengurangi forecast error (Maricar, M. A., 2019). Metode Exponential Smoothing dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu Single Exponential Smoothing, Double Exponential Smoothing, dan Triple Exponential Smoothing. Pada penerapannya, metode Single Exponential Smoothing digunakan pada data yang memiliki pola horizontal, sedangkan metode Double Exponential Smoothing digunakan pada data yang memiliki trend, dan metode Triple Exponential Smoothing digunakan pada data yang memiliki pola trend dan juga musiman.

1.3 Double Exponential Smoothing

1.3.1 Metode Double Exponential Smoothing Holt

    Metode Double Exponential Smoothing Holt pada prinsipnya serupa dengan Brown namun metode Holt tidak menggunakan rumus pemulusan berganda secara langsung. Sebagai gantinya, Holt memutuskan nilai trend dengan parameter yang berbeda dari dua parameter yang digunakan pada deret yang asli (Ariyanto, R., et al, 2017). Menurut Ariyanto, R., et al (2017), berdasarkan perbandingan dari berbagai metode pemulusan (Smoothing) menunjukkan bahwa tingkat keakurasian metode Double Exponential Smoothing dari Holt lebih tinggi dari pada metode Double Exponential Smoothing dari Brown. Ramalan dari pemulusan eksponensial linier Holt didapat dengan menggunakan tiga persamaan, yaitu (Ariyanto, R., et al, 2017):

\[ S_{t}^{'} = \alpha X_t + (1-\alpha)(S_{t-1}^{'} + t_{t-1}) \tag{3} \] \[ t_t = \beta (S_{t}^{'} - S_{t-1}^{'}) + (1-\beta)t_{t-1} \tag{4} \] \[ F_{t+m} = S_{t}^{'} + t_tm \tag{5} \] Inisialisasi: \[ S_{1}^{1} = X_1 \tag{6} \] \[ t_1 = \frac {(X_2 - X_1)+(X_4 - X_3)}{2} \tag{7} \] di mana:
Xt = Data demand pada periode ke-t
St = Nilai Single Exponential Smoothing
tt = Nilai trend pada periode ke-t
\(\alpha\),\(\beta\) = Parameter pemulusan antara 0-1
F{t+m} = Ramalan m periode yang akan diramalkan
m = Jumlah periode ke muka yang akan diramalkan

1.3.2 Akurasi Peramalan

    Dalam meramal suatu data, pasti terdapat derajat ketidakpastian, karena peneliti hanya bisa memprediksi sesuai data yang relevan di masa lalu. Maka dari itu perlu mengukur akurasi hasil peramalan berdasarkan nilai error. Tiga ukuran yang paling terkenal adalah Mean Absolute Percentage Error (MAPE), Mean Absolute Deviation (MAD), dan Mean Square Deviation (MSD). Berikut merupakan persamaannya (Makridakis, 1999).

Rumus untuk perhitungan MAPE adalah sebagai berikut: \[ MAPE=(\frac{100}{n}) \sum^{n}_{t=1}|\frac{X_t - \hat{X_t}}{X_t}| \tag{8} \]
Rumus untuk perhitungan MAD adalah sebagai berikut:
\[ MAD=\frac{\sum^{n}_{t=1}|\frac{X_t - \hat{X_t}}{X_t}|}{n} \tag{9} \]

di mana:
Xt = Data demand pada periode ke-t
\(\hat{X}\)t = Nilai peramalan untuk periode ke-t
n = Jumlah data penelitian

1.4 Peramalan Jumlah Penduduk Bekerja di Indonesia

    Di era globalisasi sekarang ini perkembangan zaman semakin maju dengan pesat, seiring dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Jika dikaitkan dengan logika sederhana, apabila jumlah penduduk meningkat maka jumlah penduduk yang bekerja atau mencari pekerjaan juga meningkat. Meningkatnya jumlah penduduk bekerja menimbulkan pertanyaan, apakah lapangan pekerjaan yang ada sekarang cukup untuk menampung pekerja di masa depan? Pertanyaan tersebut menjadi permasalahan yang serius apabila tidak segera diatasi. Yang menjadi kekhawatiran adalah apabila ternyata lapangan pekerjaan yang ada tidak cukup untuk menampung pekerja yang semakin meningkat, akibatnya banyak penduduk yang menganggur. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dalam indikator ketenagakerjaan, pengangguran merupakan penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja. Tingkat pengangguran yang tinggi menjadi masalah bagi suatu negara, karena mengindikasikan tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah.
    Pengangguran berhubungan juga dengan ketersediaan lapangan pekerjaan, ketersediaan lapangan kerja berhubungan dengan investasi, sedangkan investasi didapat dari akumulasi tabungan, tabungan adalah sisa dari pendapatan yang tidak dikomsumsi (Septiatin, A., et al, 2016). Masalah pengangguran dapat diatasi atau setidaknya dapat dikurangi dengan memperbanyak lapangan pekerjaan. Namun, timbul pertanyaan lagi yaitu seberapa banyak lapangan pekerjaan yang harus diciptakan? Kita dapat mengetahui jumlah lapangan pekerjaan yang ingin diciptakan apabila mengetahui jumlah penduduk yang akan bekerja di masa yang akan datang. Oleh sebab itu perlu untuk meramal jumlah penduduk bekerja di Indonesia. Dengan adanya peramalan tersebut, diharapkan memberikan informasi penting bagi pemerintah maupun masyarakat agar dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan ramalan jumlah penduduk bekerja di Indonesia, sehingga bisa menekan tingkat pengangguran di Indonesia.

1.5 Sumber Data

    Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari website resmi Badan Pusat Statistik (BPS) (www.bps.go.id). Data yang digunakan merupakan data time series yaitu data jumlah penduduk bekerja di Indonesia dari tahun 2011 hingga tahun 2021, dapat dilihat pada Lampiran 1. Data diamati pada setiap bulan Agustus dari tahun 2011 hingga tahun 2021. Variabel penelitian yang digunakan adalah Jumlah Penduduk Bekerja di Indonesia dalam satuan ribu orang. Berikut data yang digunakan.
> #Pemanggilan Data
> library(readxl)
> JPenduduk_Bekerja <- read_excel("JPenduduk Bekerja.xlsx")
> jpb <- ts(JPenduduk_Bekerja[,2],start=2011)
> jpb
Time Series:
Start = 2011 
End = 2021 
Frequency = 1 
      Jumlah Penduduk Bekerja
 [1,]                107416.3
 [2,]                112504.9
 [3,]                112761.1
 [4,]                114628.0
 [5,]                114819.2
 [6,]                118412.0
 [7,]                121022.4
 [8,]                126282.2
 [9,]                128755.3
[10,]                128454.2
[11,]                131050.5

2 SOURCE CODE

2.1 Library yang Dibutuhkan

Library:

> # install.packages("knitr")
> # install.packages("rmarkdown")
> # install.packages("openssl")
> # install.packages("packrat")
> # install.packages("rsconnect")
> # install.packages("Forecast")

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pola Data

    Karakteristik data jumlah penduduk bekerja di Indonesia pada tahun 2011 hingga 2021 dapat dilihat secara grafik pada gambar berikut.
> ts.plot(jpb)

    Pada grafik di atas, terlihat bahwa jumlah penduduk bekerja di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan sejak tahun 2011 hingga tahun 2021. Peningkatan yang signifikan tersebut dapat diartikan bahwa data memiliki trend naik. Dalam kurun tahun 2011 hingga 2021, jumlah penduduk bekerja di Indonesia terendah berada pada tahun 2011 dengan jumlah 107416,31 ribu orang atau sekitar 107 juta orang. Sedangkan jumlah penduduk bekerja di Indonesia tertinggi berada pada tahun 2021 dengan jumlah 131050,52 ribu orang atau sekitar 131 juta orang. Jika dilihat lebih teliti, terdapat penurunan jumlah penduduk bekerja di Indonesia sebanyak 301,09 ribu orang pada tahun 2019 hingga 2020. Pada tahun 2019, jumlah penduduk bekerja di Indonesia sebanyak 128755,27 ribu orang kemudian pada tahun 2020 jumlah penduduk bekerja di Indonesia turun menjadi 128454,18 ribu orang.
    Penurunan jumlah penduduk bekerja di Indonesia pada tahun 2019 hingga 2020 tersebut terjadi karena adanya faktor pandemi. Pada awal tahun 2020 tepatnya bulan Maret, COVID-19 mulai menjangkit penduduk Indonesia. Dengan adanya pandemi tersebut, banyak sekali kerugian yang ada, mulai dari bidang ekonomi, pendidikan, hingga sosial budaya. COVID-19 merupakan virus yang berbahaya. Tingkat kematian yang tinggi menjadi salah satu hal yang ditakutkan dari COVID-19. Banyak penduduk Indonesia yang mati karena terkena virus tersebut, sehingga jumlah penduduk di Indonesia terus berkurang. Karena ekonomi global juga terdampak pandemi, banyak perusahaan yang membatasi jumlah karyawan karena produksi yang menurun. Hal ini mengakibatkan terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di beberapa perusahaan, karena perusahaan tersebut tidak mampu membiayai karyawan dan terus mengalami kerugian yang signifikan.
    Berdasarkan keadaan dan uraian tersebut, jumlah penduduk bekerja di Indonesia dari tahun 2019 hingga 2020 mengalami penurunan akibat pandemi. Yang pertama karena tingkat kematian yang tinggi mengakibatkan jumlah penduduk di Indonesia berkurang. Yang kedua, faktor Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) disebabkan oleh kerugian ekonomi yang dirasakan oleh banyak perusahaan. Sedangkan pada tahun 2021, jumlah penduduk bekerja di Indonesia kembali meningkat, karena Indonesia dan banyak negara di dunia berhasil melewati masa kritis akibat pandemi. Salah satu kebijakan dunia yang ada yaitu dengan vaksinasi yang efektif untuk meningkatkan imun tubuh terhadap virus corona. Dengan adanya kebijakan tersebut, perekonomian dan bidang lainnya mulai pulih perlahan. Beberapa perusahaan telah membuka lapangan kerja baru dan merekrut penduduk untuk menjadi karyawan.

3.2 Peramalan Jumlah Penduduk Bekerja di Indonesia dengan Metode Double Ekponential Smoothing Holt Menggunakan R-Studio

> #Metode Holt
> ramal <- HoltWinters(jpb,gamma=FALSE)
> ramal
Holt-Winters exponential smoothing with trend and without seasonal component.

Call:
HoltWinters(x = jpb, gamma = FALSE)

Smoothing parameters:
 alpha: 1
 beta : 0.3777574
 gamma: FALSE

Coefficients:
        [,1]
a 131050.520
b   2127.859
    Dari hasil di atas, didapatkan Konstanta pemulusan yaitu \(\alpha\)=1 dan \(\beta\)=0.377. Konstanta pemulusan tersebut dapat digunakan untuk membentuk persamaan data pemulusan (3) dan juga persamaan trend pemulusan (4). Selanjutnya, dengan bantuan R-Studio, didapatkan data pemulusan dan trend pemulusan sebagai berikut.
> #FITTED VALUE
> ramal$fitted
Time Series:
Start = 2013 
End = 2021 
Frequency = 1 
         xhat    level    trend
2013 117593.4 112504.9 5088.560
2014 116024.2 112761.1 3263.100
2015 117363.7 114628.0 2735.698
2016 116593.7 114819.2 1774.483
2017 120873.3 118412.0 2461.355
2018 123540.1 121022.4 2517.677
2019 129835.7 126282.2 3553.523
2020 131900.6 128755.3 3145.377
2021 130297.6 128454.2 1843.449
    Setelah memperoleh data pemulusan (St) dan trend pemulusan (tt) pada tahun 2011 hingga 2021, maka dapat dilakukan peramalan terhadap jumlah penduduk bekerja di Indonesia dengan menggunakan persamaan (5). Karena ingin diramal jumlah penduduk bekerja pada tahun 2022 hingga 2026, maka m atau jumlah periode peramalan yang digunakan ialah 5 tahun. Berikut merupakan model terbaik dari Double Exponential Smoothing Holt untuk meramal jumlah penduduk bekerja di Indonesia pada tahun 2022 hingga 2026.

\[ F_{t+5} = S_{t}^{'}+5t_t \]

    Berdasarkan model ramalan terbaik yang telah didapatkan, maka diperoleh hasil perhitungan ramalan jumlah penduduk bekerja di Indonesia sebagai berikut.
> #meramalkan 5 tahun ke depan
> meramal <- predict(ramal,5)
> meramal
Time Series:
Start = 2022 
End = 2026 
Frequency = 1 
          fit
[1,] 133178.4
[2,] 135306.2
[3,] 137434.1
[4,] 139562.0
[5,] 141689.8
    Berdasarkan model terbaik dengan metode Double Exponential Smoothing Holt dan menggunakan bantuan R-Studio, didapatkan peramalan jumlah penduduk bekerja di Indonesia pada tahun 2022 hingga 2026. Ramalan jumlah penduduk bekerja di Indonesia untuk tahun 2022 adalah 133178 ribu orang. Ramalan jumlah penduduk bekerja di Indonesia untuk tahun 2023 adalah 135306 ribu orang. Ramalan jumlah penduduk bekerja di Indonesia untuk tahun 2024 adalah 137434 ribu orang. Ramalan jumlah penduduk bekerja di Indonesia untuk tahun 2025 adalah 139562 ribu orang. Dan ramalan jumlah penduduk bekerja di Indonesia untuk tahun 2026 adalah 141689 ribu orang. Peramalan pada tahun 2022 hingga 2026 membuktikan bahwa jumlah penduduk bekerja di Indonesia memiliki trend naik. Selanjutnya, untuk mmengukur akurasi hasil peramalan berdasarkan nilai error, digunakan perhitung MAPE dan MAD sebagai berikut.
> #AKURASI PERAMALAN
> mape <- mean(abs((jpb-ramal$fitted[,1])/jpb),na.rm=TRUE)*100
> mape
[1] 1.738491
> mad <- mean(abs((jpb-ramal$fitted[,1])/jpb),na.rm=TRUE)
> mad
[1] 0.01738491
    Dari hasil di atas, didapatkan nilai MAPE sebesar 1.738 dan nilai MAD sebesar 0.017. Kedua nilai error tersebut sangat kecil dan mendekati 0, sehingga dapat dikatakan bahwa hasil peramalan menggunakan metode Double Exponential Holt cukup akurat.

4 DAFTAR PUSTAKA

Alfarisi, S. (2017). Sistem Prediksi Penjualan Gamis Toko QITAZ Menggunakan Metode Single Exponential Smoothing. JABE (Journal of Applied Business and Economic), 4(1), 80-95.
Andini, T. D., & Auristandi, P. (2016). Peramalan Jumlah Stok Alat Tulis Kantor di UD Achmad Jaya menggunakan Metode Double Exponential Smoothing. Jurnal Ilmiah Teknologi Informasi Asia, 10(1), 1-10.
Ariyanto, R., Puspitasari, D., & Ericawati, F. (2017). Penerapan Metode Double Exponential Smoothing pada Peramalan Produksi Tanaman Pangan. Jurnal Informatika Polinema, 4(1), 57-57.
Fejriani, F., Hendrawansyah, M., Muharni, L., Handayani, S. F., & Syaharuddin, S. (2020). Forecasting Peningkatan Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin menggunakan Metode ARIMA. GEOGRAPHY: Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, 8(1), 27-36.
Maricar, M. A. (2019). Analisa Perbandingan Nilai Akurasi Moving Average dan Exponential Smoothing untuk Sistem Peramalan Pendapatan pada Perusahaan XYZ. Jurnal Sistem dan Informatika (JSI), 13(2), 36-45.
Pramita, W., & Tanuwijaya, H. (2015, July). Penerapan Metode Exponential Smoothing Winter dalam Sistem Informasi Pengendalian Persediaan Produk dan Bahan Baku Sebuah Cafe. In Seminar Nasional Informatika (SEMNASIF) (Vol. 1, No. 5). Program Studi Statistika UII.“Exponential Smoothing dengan R”. Youtube, 18 Oktober 2021, https://www.youtube.com/watch?v=Nl5-AgvNRiA. Putro, B., Furqon, M. T., & Wijoyo, S. H. (2018). Prediksi Jumlah Kebutuhan Pemakaian Air menggunakan Metode Exponential Smoothing (Studi Kasus: PDAM Kota Malang). Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-ISSN, 2548, 964X.
Rachman, R. (2018). Penerapan Metode Moving Average dan Exponential Smoothing pada Peramalan Produksi Industri Garment. Jurnal Informatika, 5(2), 211-220.
Raharja, A., Angraeni, W., & Vinarti, R. A. (2010). Penerapan Metode Exponential Smoothing untuk Peramalan Penggunaan Waktu Telepon di PT. Telkomsel Divre3 Surabaya. Jurnal Sistem Informasi.
Septiatin, A. A., Mawardi, M. M., & Rizki, M. A. K. (2016). Pengaruh Inflasi Dan Tingkat Pengangguran Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia. I-Economics: A Research Journal On Islamic Economics, 2(1), 50-65.