Pengaruh Rata-rata Lama Sekolah (RLS), Pengeluaran Perkapita yang Disesuaikan (PPP) terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di kabupaten Bojonegoro pada Tahun 2010-2021 dengan Analisis Regresi Linier Berganda

Rico Ade Pebriawan

22 Mei 2022


1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

       Pembangunan adalah suatu proses perubahan menuju ke arah yang lebih baik dan terus menerus untuk mencapai tujuan yakni mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkeadilan, berdaya saing, maju, dan sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Saat ini, sejak pemberlakuan otonomi daerah, wewenang untuk mengelola pembangunan daerah diberikan kepada pemerintah daerah. Hal ini menyebabkan kebutuhan data mendetail tentang kondisi daerah meningkat. Data yang diperoleh, digunakan untuk mengevaluasi dan mengetahui hasil pembangunan, serta sebagai acuan dalam merumuskan kebijakan pembangunan (Kahar,2018). Pembangunan harus diarahkan sedemikian rupa sehingga setiap tahap semakin mendekati tujuan. Salah satu data yang digunakan daerah untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia dengan beberapa komponen dasar kualitas hidup adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) (Kahar,2018). IPM terdiri atas tiga dimensi dasar, yaitu umur panjang dan hidup sehat (alongandhealthylife), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent standard of living) (BPS,2020).
       Umur Harapan Hidup (UHH) merupakan indicator dari dimensi umur panjang dan hidup sehat. Umur Harapan Hidup (UHH) merupakan jumlah tahun yang diharapkan dapat dicapai oleh bayi yang baru lahir untuk mampu bertahan hidup (BPS,2020). Rata–rata Lama Sekolah dan Harapan Lama Sekolah merupakan indicator dari dimensi pengetahuan. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) merupakan rata-rata lamanya (tahun) pendidikan formal yang ditempuh oleh penduduk usia 25 tahun keatas. Sedangkan Harapan Lama Sekolah (HLS) dijabarkan sebagai lamanya (tahun) pendidikan formal yang diharapkan akan ditempuh oleh anak pada umur tertentu dimasa yang akan dating (BPS,2020). Standar hidup layak diukur dari nilai pengeluaran perkapita dan disesuaikan dengan penguluaran perkapita yang disesuaikan (PPP= Purhasing Power Parity) (BPS,2020).
       Menurut Badan Pusat Statistik, angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibagi menjadi 4 kategori. Angka Indeks Pembangunan Manusia disuatu daerah dikatakan rendah jika <60, sedang 60≤IPM<70, tinggi 70≤IPM<80, dan ≥80 sangat tinggi (BPS,2014). Angka tersebut dapat berbeda-beda antara wilayah yang satu dengan yang lain, karena pembangunan diIndonesia yang belum merata.
       Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bojonegoro, nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2021 dari Kabupaten Bojonegoro adalah 69,59. Ini menunjukan angka Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten bojonegoro berada dalam kategori sedang. Hal ini menunjukan peningkatan dari tahun sebelumnya (2020) yaitu sebesar 69.04. hal ini menjunjukan peningkatan sebesar 0,51 dari tahun 2020 ke 2021.
       Pada penelitian sebelumnya, azhar (2017) yang meneliti juga mengenai Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Penelitian tersebut membahas pengaruh komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap kemiskinan di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010 sampai dengan 2016. Pengaruh jumlah penduduk, angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah, dan PDRB perkapita terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali di bahas pada tahun 2016 (Handayani et al., 2016). Mahya dan Widowati (2021) juga meneliti mengenai pengaruh angka harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah, dan pengeluaran per kapita terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Jawa Tengah.
       Dari pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh dari beberapa komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pada penelitian ini akan berfokus untuk meneliti pengaruh rata-rata lama sekolah (RLS) dan pengeluaran per kapita yang disesuaikan (PPP) terhadap angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Bojonegoro dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2021

1.2 Tinjauan Pustaka

1.2.1 Analisis Regresi Linier Berganda

      Regresi linier adalah suatu metode yang digunakan untuk menyatakan pola hubungan antara variabel respo dengan variabel prediktor. Bila variabel prediktor berjumlah lebih dari satu sehingga digunakan analisis regresi linier berganda. Pengamatan sebanyak n dengan variabel prediktor (x) sebanyak p maka model regresi dituliskan sebagai berikut (Walpole & Myers, 1995) :

\[ Y_i= \beta_0+\beta_1X_1+\beta_2X_2+...+\beta_kX_k \] Pada pemodelan regresi terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu dengan memenuhi uji multikolinearitas dan uji asumsi residual yakni uji normalitas, uji homokedastisitas, dan uji autokorelasi.

1.2.2 Asumsi Analisis Regresi

  • Sisaan

Menurut Levine, dkk (2003) sisaan (eijk) merupakan selisih antara nilai pengamatan (Yijk) dengan nilai dugaan (Ytopiijk). Nilai sisaan secara umum dirumuskan sebagai berikut: \[ e_{ijk}=Y_{ijk}-\bar Y_{ijk} \] Plot yang terbentuk dari nilai sisaan (eijk) terhadap hi disebut sebagai plot peluang normal (normal probability plot). Plot tersebut digunakan untuk mendeteksi apakah galat menyebar secara normal atau tidak. Persamaan hi diatas merupakan hasil perkalian dari akar Kuadrat Tengah Galat dengan normal score (skor normal).

  • Multikolinieritas
  Asumsi Multikolinearitas adalah asumsi yang menunjukkan adanya hubungan linier yang kuat antara beberapa variabel prediktor dalam suatu model regresi linier berganda. Model regresi yang baik memiliki variabel-variabel prediktor yang independen atau tidak berkorelasi. Pada pengujian asumsi ini, diharapkan asumsi multikolinieritas tidak terpenuhi.
  Gujarati menuliskan bahwa masalah multikolinieritas dapat diketahui dengan menggunakan nilai Tolerance (TOL) dan Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai TOL kurang dari 0,1 atau nilai VIF lebih besar dari 10 maka dapat dikatakan bahwa terdapat masalah multikoliniritas, dengan nilai TOL dan VIF adalah sebagai berikut [Gujarati, 2004] :

\[ VIF = \frac{1}{1-R_{Yj1}^2} \] dengan \[ R_{Yj1}^2=\frac{r_{yj}^2+r_{y1}^2+2r_{y1}r_{yj}}{1-r_{j1}^2} \]

  • Normalitas
  Asumsi normal digunakan untuk mengetahui apakah residual berdistribusi normal. Jika asumsi kenormalan tidak terpenuhi, estimasi OLS tidak dapat digunakan. Beberapa pengujian yang dapat dilakukan untuk asumsi distribusi normal adalah Anderson Darling, Kolmogorov- Smirnov, shapiro test, Jarque-Bera test, dan Skewnes Kurtosis. Hipotesis untuk uji Jarque-Bera test dan shapiro test adalah sebagai berikut

H0 : residual mengikuti distribusi normal

H1 : residual tidak mengikuti distribusi normal

Statistik uji untuk uji Jarque-Bera test : \[ JB=\frac{n}{6}(S^2+\frac{(K-3)^2}{4}) \] sedangkan Statistik uji untuk shapiro test yaitu: \[ T_3=\frac{1}{D}[\Sigma^k_{i=1}a_i(X_{(n-i+1)}-X_i]^2 \]

  • Heterokedastisitas
  Asumsi penting dalam model regresi linier adalah nilai residual yang muncul dalam fungsi regresi populasi mempunyai varians yang sama atau homoskedastik. (Gujarati, 1997).
  Pendeteksian penyimpangan asumsi homoskedastisitas ini dapat dilihat dari grafik plot nilai kuadrat residual. Jika nilai kuadrat residual membentuk pola yang sistematis maka dapat dikatakan terjadi heteroskedastisitas. Selain itu dapat juga dilakukan dengan pengujian Glejser DAN Breusch-Pagan. Uji Glejser dilakukan dengan cara meregresikan nilai absolute residual 𝜇𝑖 dari regresi kuadrat terkecil biasa terhadap variabel X (Gujarati, 1997).

Hipotesis uji Breusch-Pagan

H0 : tidak terjadi masalah heterokedastisitas

H1 : terjadi masalah heterokedastisitas

Rumus Uji Breusch-Pagan sebagai berikut: \[ LM=\frac{NT}{2(t-1)}[\frac{\Sigma_{i=1}^N(\Sigma_{i=1}^Tu_{it})^2}{\Sigma_{i=1}^N\Sigma_{i=1}^T u_{it}^it}-1] \]

   Keputusan tolak 𝐻0 jika p-value < α. Apabila H0 ditolak untuk setiap parameter maka dapat disimpulkan terjadi masalah heteroskedastisitas pada model yang dihasilkan.
  • Autokorelasi
   Autokorelasi adalah terjadinya korelasi antara satu variabel error dengan variabel error yang lain. Autokorelasi seringkali terjadi pada data time series dan dapat juga terjadi pada data cross section tetapi jarang (Widarjono, 2005).
   Hal yang dilakukan untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam model regresi linier berganda adalah menggunakan metode Durbin-Watson. Durbin-Watson telah berhasil mengembangkan suatu metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya masalah autokorelasi dalam model regresi linier berganda menggunakan pengujian hipotesis dengan statistik uji yang cukup popular.
   berikut Rumus dari uji Durbin-Watson:

\[ d=\frac{\Sigma_{i=2}^n(e_i-e_{i-1})^2}{\Sigma^n_{i=1}e_i^2} \]

1.3 Data

Data yang digunakan adalah data real. Data ini diambil dari dari website Badan Pusat Statistik (BPS) yang diupload pada tanggal 31 Januari 2022 dengan judul “Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Bojonegoro Tahun 2021”.

2 SOURCE CODE

2.1 Library yang Dibutuhkan

> # Library(rmarkdown)
> # Library(markdown)
> # Library(prettydoc)
> # Library(tinytex)
> # Library(readr)
> # Library(equtiomatic)
> # Library(car)
> # Library(tseries)
> # Library(lmtest)

2.2 Import Data Csv

> #Data IPM Kabupaten Bojonegoro 
> library(readr)
> DATA <- read.csv("C:/Users/asus/Downloads/Data IPM Kab Bojonegoro.csv", header = TRUE, sep = ",")

2.3 Membangkitkan Dataset

> #Data IPM Kabupaten Bojonegoro
> View(DATA)

2.4 Melihat Dataset

> #Data IPM Kabupaten Bojonegoro
> DATA
   TAHUN     Y   X1    X2
1   2010 62.19 5.51  8087
2   2011 63.22 5.70  8413
3   2012 64.20 5.80  8809
4   2013 64.85 5.90  8934
5   2014 65.27 6.14  8964
6   2015 66.17 6.64  8993
7   2016 66.73 6.65  9420
8   2017 67.28 6.71  9553
9   2018 67.85 6.77  9926
10  2019 68.75 7.09 10265
11  2020 69.04 7.33 10121
12  2021 69.59 7.38 10221

2.5 Analisis Regresi

> #Analisis regresi dengan fungsi lm
> REGRESI<-lm(Y~X1+X2,data=DATA)
> summary(REGRESI)

Call:
lm(formula = Y ~ X1 + X2, data = DATA)

Residuals:
     Min       1Q   Median       3Q      Max 
-0.26285 -0.13783  0.00161  0.13466  0.26057 

Coefficients:
             Estimate Std. Error t value Pr(>|t|)    
(Intercept) 3.877e+01  8.556e-01  45.318  6.2e-12 ***
X1          1.836e+00  2.862e-01   6.415 0.000123 ***
X2          1.677e-03  2.546e-04   6.588 0.000101 ***
---
Signif. codes:  0 '***' 0.001 '**' 0.01 '*' 0.05 '.' 0.1 ' ' 1

Residual standard error: 0.1953 on 9 degrees of freedom
Multiple R-squared:  0.9944,    Adjusted R-squared:  0.9932 
F-statistic: 805.8 on 2 and 9 DF,  p-value: 7.088e-11

REGRESI<-lm(Y~X1+X2,data=DATA)

Perintah untuk analisis regresi dengan fungsi lm, Y sebagai respons, X1 dan X2 prediktor dan data yang digunakan pada obyek DATA dan disimpan pada obyek REGRESI.

summary(REGRESI)

Perintah untuk menampilkan hasil analisis regresi

2.6 Uji Asumsi Sisaan

> #Pemeriksaan sisaan
> par(mfrow=c(2,2))
> plot(REGRESI)

par(mfrow=c(2,2))

Perintah untuk menamilkan semua plot dalam satu layar, yang mengatur tampilan gambar pada dua baris, masing-masing baris berisi dua gambar

plot(REGRESI)

untuk membuat plot dari objek REGRESI

2.7 Uji Asumsi Multikolinieritas

> #Pendeteksian Multikolinieritas
> library(car)
> vif(REGRESI)
      X1       X2 
9.788321 9.788321 

library(car)

Mengaktifkan packages car

vif(REGRESI)

Digunakan fungsi vif untuk mendeteksi multikolinieritas

2.8 Uji Asumsi Normalitas

> #uji normalitas galat
> sisa<-residuals(REGRESI)
> library(tseries)
> jarque.bera.test(sisa)

    Jarque Bera Test

data:  sisa
X-squared = 0.8216, df = 2, p-value = 0.6631
> shapiro.test(sisa)

    Shapiro-Wilk normality test

data:  sisa
W = 0.94301, p-value = 0.5381

sisa<-residuals(REGRESI)

Perintah untuk memperoleh sisaan dengan fungsi residuals dari obyek REGRESI dan disimpan ke obyek sisa

library(tseries)

Mengaktifkan packages tseries

jarque.bera.test(sisa)

Melakukan uji jarque bera pada obyek sisa

shapiro.test(sisa)

Melakukan uji shapiro pada obyek sisa

2.9 Uji Asumsi Homogenitas

> #uji Heterokedastisitas ragam galat
> library(lmtest)
> bptest(REGRESI)

    studentized Breusch-Pagan test

data:  REGRESI
BP = 0.76957, df = 2, p-value = 0.6806

library(lmtest)

Mengaktifkan packages lmtest

bptest(REGRESI)

untuk uji Breusch Pagan pada obyek REGRESI

2.10 Uji Asumsi Autokorelasi

> #uji non autokorelasi galat
> dwtest(REGRESI)

    Durbin-Watson test

data:  REGRESI
DW = 1.0894, p-value = 0.01517
alternative hypothesis: true autocorrelation is greater than 0

dwtest(REGRESI)

Perintah untuk uji Durbin Watson pada obyek REGRESI

2.11 Membuat Plot

> #Plot Analisis Regresi
> plot(REGRESI)

plot(REGRESI)

untuk membuat plot dari objek REGRESI

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Uji Asumsi Regresi

3.1.1 Uji Asumsi Sisaan

> par(mfrow=c(2,2))
> plot(REGRESI)

Dari plot Residuals vs Fitted, Plot Normal Q-Q, dan Plot Scale-location menunjukan tidak adanaya pelanggaran normalitas

Sedangkan dari Plot Residuals vs Reverage terdapat titik 1 yang diberi “warning” sebagai amatan berpengaruh karena sedikit dibawah jarak cook. sehingga dapat dipastikan dengan membentuk regresi tanpa titik tersebut

3.1.2 Hasil Uji Asumsi Multikolinieritas

suatu data dikatakan terdapat multikolinieritas jika nilai: \[ vif>10\]

sedangkan, suatu data dikatakan tidak terdapat multikolinieritas jika nilai : \[vif<10\]

Dari perhitungan manual maupun perhitungan Rstudio menunjukan hasil:

\[ x_1 : vif= 9.788 \] \[ x_2 : vif= 9.788 \] karena nilai vif dari x1 dan x2 < 10, maka dapat dikatakan bahwa data tersebut tidak terdapat multikolinieritas

3.1.3 Hasil Uji Asumsi Normalitas

1. jarque bera test

Hipotesis

H0 : residual mengikuti distribusi normal

H1 : residual tidak mengikuti distribusi normal

tingkat signifikansi: \[ \alpha = 0.05 \] Statistik Uji : \[ X^2 = 0.8216 \] \[ df = 2 \] \[ p-value = 0.6631 \] keputusan : \[ p-value(0.6631) > \alpha (0.05) \] Maka, terima H0

keismpulan : jadi dapat disimpulkan bahwa residual dari data mengikuti distribusi normal

2. shapiro.test

Hipotesis

H0 : residual mengikuti distribusi normal

H1 : residual tidak mengikuti distribusi normal

tingkat signifikansi: \[ \alpha = 0.05 \] Statistik Uji : \[ w = 0.94301 \]

\[ p-value = 0.5381 \] keputusan : \[ p-value(0.5381) > \alpha (0.05) \] Maka, terima H0

keismpulan : jadi dapat disimpulkan bahwa residual dari data mengikuti distribusi normal

3.1.4 Uji Asumsi Heterokedastisitas

Hipotesis

H0 : tidak terjadi masalah heterokedastisitas

H1 : terjadi masalah heterokedastisitas

tingkat signifikansi: \[ \alpha = 0.05 \] Statistik Uji : \[ BP = 0.76957 \] \[ df = 2 \] \[ p-value = 0.6806 \] keputusan : \[ p-value(0.6806) > \alpha (0.05) \] Maka, terima H0

keismpulan : jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heterokedastisitas pada data

3.1.5 Uji Asumsi Autokorelasi

Dari perhitungan manual dan perhitungan software diperoleh : \[ dw = 1.0894 \]

\[ p-value = 0.6806 \] keputusan :

karena \[ Nilai-p > 0 \] Maka, tidak terdapat masalah autokorelasi

Karena data telah memenuhi seluruh asumsi (sisaan, multikolinieritas, normalitas, Heterokedastisitas dan autokorelasi) maka dapat dilanjutkan ke Analisis Regresi Linier Berganda

3.2 Hasil Analisis Regresi

Dari hasil perhitungan manual dan juga perhitungan software, maka diperoleh: \[ intercept : 38.77 \] \[ coefficient X_1 : 1.836 \] \[ coefficient X_2 : 0.001677 \] \[ R-Squared : 0.9944 \] \[ R-Squared (Adjusted) : 0.9932 \] \[ P-value = 0.00000000007088 \]

sehingga diperoleh model regresi \[ Y = 38.77+1.836X_1+0.001677X_2 \] interpretasi :

  • Jika X1 (lama rata rata sekolah) DAN X2 (pengeluaran perkapita) bernilai 0 maka Y(IPM) bernilai 38.77

  • Jika X1 mengalami kenaikan 1% maka nilai Y mengalami kenaikan sebesar 1.8638 dengan asumsi variabel X2 tetap

  • Jika X2 mengalami kenaikan 1% maka nilai Y mengalami kenaikan sebesar 0.001677 dengan asumsi variabel X1 tetap

3.2.1 Uji t

telah diketahui bahwa: \[ Nilai-p = 0.00000000007088 \] dan dengan tingkat signifikansi : \[ \alpha =0.05 \] maka: \[ Nilai-p(0.00000000007088)<\alpha(0.05) \] Maka nilai harapan sisaan tidak sama dengan nol

3.2.2 Uji F

telah diketahui bahwa: \[ Nilai-p = 0.00000000007088 \] dan dengan tingkat signifikansi : \[ \alpha =0.05 \] maka: \[ Nilai-p(0.00000000007088)<\alpha(0.05) \] Maka, variabel X1 dan X2 secara simultan perbengaruh terhadap Y

3.3 Kesimpulan

      Dari perhitungan Regresi Linier Berganda menghasilkan model regresi sebagai berikut:

\[ Y = 38.77+1.836X_1+0.001677X_2 \] kesimpulan :

  • Jika X1 (lama rata rata sekolah) DAN X2 (pengeluaran perkapita) bernilai 0 maka Y(IPM) bernilai 38.77

  • Jika X1 mengalami kenaikan 1% maka nilai Y mengalami kenaikan sebesar 1.8638 dengan asumsi variabel X2 tetap

  • Jika X2 mengalami kenaikan 1% maka nilai Y mengalami kenaikan sebesar 0.001677 dengan asumsi variabel X1 tetap

      Dari Model Regresi diatas menghasilkan nilai R-Squared = 0.9944, dan Adjusted R-Square = 0.9944, serta memiliki nilai P-value sebesar 0.00000000007088
      melalui uji t, dapat diketahui bahwa nilai harapan sisaan tidak sama dengan nol. Sedangkan, melalui uji F (Uji simultan), dapat diketahui bahwavariabel X1 dan X2 secara simultan perbengaruh terhadap Y

4 DAFTAR PUSTAKA

Arofah, I., & Rohimah, S. (2019). Analisis Jalur Untuk Pengaruh Angka Harapan Hidup, Harapan Lama Sekolah, Rata-Rata Lama Sekolah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Melalui Pengeluaran Riil Per Kapita Di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal Saintika Unpam: Jurnal Sains Dan Matematika Unpam, 2(1), 76-87.

Mahya, A. J., & Widowati, W. (2021). ANALISIS PENGARUH ANGKA HARAPAN LAMA SEKOLAH, RATA-RATA LAMA SEKOLAH, DAN PENGELUARAN PER KAPITA TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA. Prismatika: Jurnal Pendidikan dan Riset Matematika, 3(2), 126-139.

Asmawani, E. P. (2021). Pengaruh Angka Harapan Hidup, Rata-Rata Lama Sekolah, Pertumbuhan Ekonomi Dan Pengeluaran Perkapita Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Sains Ekonomi (JSE), 2(1), 96-109.