PENGARUH TEMPAT PEMBELIAN IKAN ASAP TERHADAP CITA RASA OLAHAN IKAN ASAP

Shinta Istibsyaroh Umami

22 Mei 2022

Notes Theme: - Kelas E: cayman
- Kelas F: tactile
- Kelas G: architect
- Kelas H: hpstr

Library:

> # install.packages("knitr")
> # install.packages("rmarkdown")
> # install.packages("prettydoc")
> # install.packages("equatiomatic")

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

      Ikan asap merupakan ikan yang diawetkan dengan cara pengasapan. Lazimnya ikan asap dihasilkan dengan menggunakan asap yang berasal dari pembakaran kayu atau bahan organik lainnya. Proses pengasapan itu sendiri merupakan kombinasi dari pemanasan, penggaraman, dan peresapan zat-zat kmia yang berasal dari asa, yaitu senyawa aldehida, fenol, dan asam-asam organik yang bertujuan membunuh bakteri, merusak aktifitas enzim, mengurangi kadar air daging ikan dan meresapkan berbagai senyawa kimia yang bersal dari asap. Selain itu, pengasapan juga dapat memberi aroma dan rasa lezat yang khas pada daging ikan. Salah satu jenis ikan yang biasa dijadikan ikan asap yakni ikan bandeng.
      Pada zaman modern seperti sekarang ini, penggemar ikan asap sudah semakin banyak sehingga ikan asap banyak dijual baik di pasar tradisional ataupun di pasar modern. Perbedaan tempat pembelian ikan asap ini dianggap menghasilkan perbedaan cita rasa terhadap olahan ikan asap. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah perbedaan tempat pembelian ikan asap akan berpengaruh terhadap cita rasa olahan ikan asap. Penelitian ini dilakukan oleh teman penulis, Ufaira Aulia Nur Ramadhani, mahasiswi angkatan 2019 Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya. Penelitian dilakukan terhadap 30 responden, dimana masing-masing responden diminta untuk mecoba 2 olahan ikan asap, yakni ikan asap yang dibelli di pasar tradisional dan ikan asap yang dibeli di pasar modern. Selanjutnya responden diminta untuk meberikan penilaian terhadap 2 olahan tersebt dengan rentang penilaian yakni 0-100. Analisis yang digunakan untuk menjawab permasalahan ini adalah uji t berpasangan.

1.2 Uji Asumsi Normalitas

      Uji distribusi normal adalah uji untuk mengukur apakah data yang didapatkan memiliki distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik (statistik inferensial). Dengan kata lain, apakah data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji statistik akan lebih baik jika semua variabel berdistribusi normal. Jika variabel tidak terdistribusi secara normal, maka hasil uji statistik akan terdegradasi (Ghozali, 2009:29).
      Pada penelitian ini digunakan uji normalitas yang digunakan adalah uji Shapiro-Wilk dengan taraf signifikan 0,05. Jika kolom output pada kolom sig. dari hasil uji lebih besar dari taraf signifkan (p>0,05) maka data tersebut berdistribusi normal. Sebaliknya jika kolom output pada kolom sig. dari hasil uji lebih kecil dari taraf signifikan (p≤0,05) maka data tersebut tidak berdistribusi normal. Jika data tidak berdistribusi normal, atau jumlah sampel sedikit dan jenis data adalah nominal atau ordinal maka metode yang digunakan adalah statistik non parametrik. Berdasarkan Dalil Limit Pusat (Central Limit Theorem), jika sampel lebih besar (>30), maka data akan cenderung normal (Solimun, 2008).

1.3 Uji T

      Uji-t merupakan salah satu uji statsitik untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan oleh peneliti dalam membedakan rata-rata pada dua populasi (Soeprajogo dan Ratnaningsih,2020). Uji ini dikenal dengan sebutan uji t student dikarenakan pengembangnya yang Bernama asli William Seely Gosset memiliki nama samara student. Uji-t sendiri pertama kali dikembangakn oleh Gosset pada tahun 1915.
          Uji-t memiliki beberapa tujuan serta syarat yang harus dipenuhi, diantaranya :
  1. Membandingkan dua mean (rata-rata) untuk menentukan apakah perbedaan rata-rata tersebut perbedaan nyata atau karena kebetulan.
  2. Alat analisis data untuk menguji satu populasi atau dua populasi.
  3. Tes t atau Uji t adalah uji statistik yang digunakan untuk menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesis nol.
  4. Sampel yang diambil harus berasal dari data yang berdistribusi normal.
  5. Varian pada kedua kelompok sama.
  6. Data berskala interval dan atau rasio.

1.3.1 Uji-t Dua Sampel Berpasangan

      Uji-t dua sampel berpasangan adalah uji statistik parametrik yang membandingkan dua cara berbeda pada subjek yang sama. Dua cara berbeda dapat mewakili hal-hal seperti pengukuran dilakukan dua waktu yang berbeda, pengukuran dilakukan dalam dua kondisi yang berbeda dan pengukuran dilakukan dari dua bagian subjek.Adapun Syarat Uji-t dua sampel berpasangan menurut Soeprajogo dan Ratnaningsih (2020), diantaranya;
  1. Variabel dependen numerik
  2. Subjek dalam setiap sampel adalah sama. Subjek dalam kelompok pertama juga dalam kelompok kedua.
  3. Teknik pengambilan sampel pada populasi secara acak.
  4. Variabel dependen memiliki distribusi normal pada setiap kelompok.
  5. Tidak ada outliers.
      Langkah-langkah uji-t dua sampel berpasangan
  1. Tentukan hipotesis yang digunakan, yakni H0 dan H1
      Hipotesis pada Uji-t dua sampel bebberpasangan yaitu Hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1), yang dapat dinyatakan dalam dua cara yang berbeda tetapi setara :

H0: \(\mu_1=\mu_2\) (rata-rata kelompok berpasangan sama)

H1: \(\mu_1\ne\mu_2\) (rata-rata kelompok berpasangan tidak sama)

Keterangan:

\(\mu_1\) adalah rata-rata kelompok 1

\(\mu_2\) adalah rata-rata kelompok 2

  1. Tentukan tingkat signifikansi
      Nilai \(\alpha\) adalah peluang untuk membuat kesalahan tipe I. Kesalahan tipe I adalah kesalahan menolak Ho, padahal Ho benar. Penentuan tingkat signifikansi ini beravariasi sesuai keinginan peneliti. Nilai \(\alpha\) yang umum digunakan adalah 0,05 (5%) dan 0,01 (1%). Nilai \(\alpha\) merupakan batasan dalam menentukan pengambilan keputusan uji hipotesa.
  1. Hitung nilai t dan df
      Uji statistic untuk uji-t dua sampel berpasangan mengikuti rumus yang sama dengan uji-t satu sampel.

\[ \ S_{\bar x}=\frac{\ S_{diff}} {\sqrt n} \tag1 \] \[ t=\frac{\bar x_{diff} - 0} {S_\bar x} \tag2 \]

Keterangan:

\(\bar x_{diff}\) = rata-rata selisih sampel

\(n\) = Jumlah sampel

\(\ S_{diff}\) = Selisih standar deviasi sampel

\(S_\bar x\) = Estimasi standar eror rata-rata

Nilai \(t\) yang dihitung kemudian dibandingkan dengan nilai t kritis pada tabel distribusi t dengan derajat kebebasan \(df = n – 1\) dan tingkat signifikansi yang dipilih.

  1. Pengambilan keputusan hipotesis
      Dasar pengambilan keputusan uji-t dua sampel bebas untuk mengukur ada tidaknya perbedaan rata-rata dua kelompok yang diuji berdasarkan perbandingan t hitung dengan t tabel.

• Nilai t hitung > nilai t tabel, maka H0 ditolak

• Nilai t hitung < nilai t tabel, maka H0 diterima.

1.4 Data

      Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari penelitian teman penulis yaitu Ufaira Aulia Nur Ramadhani, mahasiswi angkatan 2019 Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya. Penelitian dilakukan terhadap 30 responden, dimana masing-masing responden diminta untuk mecoba 2 olahan ikan asap, yakni ikan asap yang dibelli di pasar tradisional dan ikan asap yang dibeli di pasar modern. Selanjutnya responden diminta untuk meberikan penilaian terhadap 2 olahan tersebt dengan rentang penilaian yakni 0-100.

2 SOURCE CODE

2.1 Library yang Dibutuhkan

> library(readxl)
> library(tseries)
> library(stats)

2.2 Import Data

> data_ikan <- read_excel("D:/nguli-ah/smt 6/laprak komstat/data ikan.xlsx", col_types = c("text", "numeric","numeric"))
> head(data_ikan)
# A tibble: 6 x 3
  Responden          Tradisional Modern
  <chr>                    <dbl>  <dbl>
1 Yudith Chaerunnisa          45     60
2 Ilham Hadi                  43     59
3 Firman Afrianto             30     75
4 Nuryantiningsih PR          44     74
5 Btari Larasati W            25     40
6 Aurora Ivana                37     15

Syntax di atas digunakan untuk memanggil data yang akan digunakan dalam analisis

2.3 Uji Asumsi Normalitas

> shapiro.test(data_ikan$Tradisional)

    Shapiro-Wilk normality test

data:  data_ikan$Tradisional
W = 0.9448, p-value = 0.1225
> shapiro.test(data_ikan$Modern)

    Shapiro-Wilk normality test

data:  data_ikan$Modern
W = 0.96208, p-value = 0.3498

Syntax di atas digunakan untuk menguji asumsi normalitas menggunakan uji Shapiro Wilk pada setiap variabel yang digunakan yaitu kelompok tradisional dan kelompok modern

2.4 Uji t Berpasangan

> t.test(data_ikan$Tradisional, data_ikan$Modern, mu=0, alt="two.sided", paired = T, conf.level = 0.95)

    Paired t-test

data:  data_ikan$Tradisional and data_ikan$Modern
t = -2.7495, df = 29, p-value = 0.01017
alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0
95 percent confidence interval:
 -27.610928  -4.055738
sample estimates:
mean of the differences 
              -15.83333 

Syntax di atas digunakan untuk melakukan uji t berpasangan antara kelompok tradisional dan kelompok modern, tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% dengan \(\mu=0\).

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Uji Asumsi Normalitas

Berdasarkan analisis yang dilakukan, diperoleh hasil seperti di bawah ini

  1. Hipotesis yang digunakan:

    H0: Data berdistribusi normal

    H1: Data tidak berdistribusi normal

  2. Statistik Uji:

Tabel 1. Normalitas Data Kelompok Tradisional dan Kelompok Modern

Test Data p-value
Shapiro-Wilk Tradisional 0.1225
Shapiro-Wilk Modern 0.3498
  1. Keputusan

p-value (0,1225) > α (0,05) → H0 diterima

p-value (0,3498) > α (0,05) → H0 diterima

  1. Kesimpulan

Dengan taraf nyata 5% terbukti bahwa data kelompok tradisional dan kelompok modern berdistribusi normal sehingga asumsi normalitas terpenuhi.

3.2 Uji t Berpasangan

  1. Hipotesis

    H0: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara cita rasa olahan ikan asap yang berasal dari pasar tradisional dengan olahan ikan asap yang berasal dari pasar modern

    H1: Terdapat perbedaan yang signifikan antara cita rasa olahan ikan asap yang berasal dari pasar tradisional dengan olahan ikan asap yang berasal dari pasar modern

  2. Statistik Uji

Tabel 2. Uji T Berpasangan Cita Rasa Olahan Ikan Asap yang Berasal dari Pasar Tradisional dan Pasar Modern

Test p-value
Paired Samples Test 0.01017
  1. Keputusan

p-value (0,01017) < α (0,05) → H0 ditolak

  1. Kesimpulan

Dengan taraf nyata 5% terbukti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara cita rasa olahan ikan asap yang berasal dari pasar tradisional dengan olahan ikan asap yang berasal dari pasar modern

4 DAFTAR PUSTAKA

Ghozali, Imam. (2009). Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS, Edisi IV. Semarang: Universitas Diponegoro.

Soeprajogo, M., Ratnaningsih, N. (2020). PERBANDINGAN DUA RATA-RATA UJI-T. Diakses dari http: //perpustakaanrsmcicendo.com/wp=content/uploads/2020/07/.

Solimun. (2008). Analisis Data Statistika: Metode Kuantitatif Untuk Ekonomi. Malang: FMIPA, Universitas Brawijaya.