Library:
> # install.packages("knitr")
> # install.packages("rmarkdown")
> # install.packages("prettydoc")
> # install.packages("equatiomatic")
Penyakit inflamasi merupakan salah satu penyakit radang yang yang disebabkan oleh adanya infeksi, antibodi, ataupun luka pada bagian fisik. Penyakit inflamasi terjadi dapat akibat adanya ketidakseimbangan antara prooksidan (Reactive Oxygen Species) dan antioksidan. Penyakit inflamasi ini juga dapat menyebabkan beberapa penyakit berbahaya lainnya seperti reumatoid, asma, diabetes, kelainan kardiovaskular, alzeimer, dan berbagai penyakit keturunan lainnya. Beberapa obat telah dikembangkan untuk mengatasi penyakit tersebut, salah satunya yaitu pengembangan obat anti inflamasi non steroid (OAINS). Namun penggunaan obat tersebut mempunyai efek samping yang besar untuk jangka panjang seperti gastrointestinal (Lokaria et al., 2018).
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai potensi sumber daya alam yang sangat besar, salah satunya yaitu tanaman obat. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tercatat bahwa 30.000 jenis tumbuhan berada di Indonesia. 9.600 dari 30.000 merupakan jenis tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat dan 200 jenis digunakan sebagai obat tradisional (Pramitaningastuti & Anggraeny, 2017). Salah satu jenis tumbuhan yang berkhasiat untuk dijadikan sebagai obat antiinflamasi adalah daun cabai rawit. Daun Cabai rawit atau dengan nama latin Capsicum annuum mempunyai kandungan senyawa glikon, flavonoid, dan karotenoid sehingga mempunyai potensi untuk menurunkan respon imun tubuh, bekerja sebagai anti inflmasi, antioksidan, menurunkan tekanan darah, dan glukosa darah (Sadiah et al., 2021).
Pada umumnya terdapat 5 jenis utama tumbuhan cabai yaitu C.baccatum, C.chinense, C.pubescens, C.frutescens, dan C.annum. Di Indonesia sendiri, terdapat 2 jenis tanaman cabai yang terbanyak yaitu C.annum (cabai merah) dan C.frustenscens (cabai rawit). Cabai rawit mempunyai kandungan utama yaitu capsaicinoid yang berkhasiat sebagai anti analgesik, anti nosiseptor, dan anti inflamasi (Chen et al., 2016). Oleh karena itu, daun cabai rawit berpotensial sebagai obat antiinflamasi. Selain itu, penggunaan daun cabai rawit karena sangat mudah ditemukan di Indonesia. Pada penelitian ini menggunakan mencit jantan sebagai media percobaanya.
Dalam penelitian ini, menggunakan empat perlakuan pemberian ekstrak etanol daun cabai rawit yaitu Dosis 1 (50 mg), Dosis 2 (100 mg), Dosis 3 (150 mg), dan Dosis 4 (200 mg). Pengamatan pada masing-masing mencit jantan dilakukan setiap jam ke- 0,1,2,3,4,5,6. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji statistik One-Way ANOVA atau ANOVA Satu Arah dengan tingkat kepercayaan 95% untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan antara keempat perlakuan tersebut.
Menurut Heriansyah dan Hilmawan (2017), uji normalitas bertujuan untuk menguji data apakah distribusi normal atau tidak. Dalam analisis statistik parametrik, data berdistribusi normal adalah suatu keharusan sekaligus merupakan syarat mutlak yang harus terpenuhi. Data yang tidak berdistribusi normal disebabkan oleh adanya nilai ekstrim pada data yang diambil. Nilai ekstrim ini dapat terjadi karena adanya kesalahan dalam pengambilan sampel, kesalahan melakukan input data, atau karakteristik data sangat jauh dari rata-rata. Jika data tidak berdistribusi normal, atau jumlah sampel sedikit dan jenis data adalah nominal atau ordinal maka metode yang digunakan adalah statistik non parametrik. Berdasarkan Dalil Limit Pusat (Central Limit Theorem), jika sampel lebih besar (>30), maka data akan cenderung normal (Solimun, 2008).
Uji Statistik normalitas yang dapat digunakan di antaranya adalah Chi-Square, Kolmogorov-Smirnov, Liliefors, Shapiro-Wilk, Jarque Bera (Basuki et al, 2017). Selain itu uji normalitas juga dapat dilakukan dengan cara visual yaitu melalui Normal Q-Q Plot, ketentuannya adalah jika titik-titik masih berada di setiap garis horizontal maka dapat dikatakan bahwa residual menyebar normal.
Uji normalitas dalam penelitian ini bertujuan agar dapat mengetahui apakah data keempat perlakuan pemberian ekstrak etanol daun cabai rawit berdistribusi normal atau tidak.
Menurut Ghozali (dalam Nanincova, N., 2019), uji homoskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model terjadi kesamaan variansi dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain.
Uji homogenitas dalam penelitian ini bertujuan agar dapat mengetahui apakah data keempat perlakuan pemberian ekstrak etanol daun cabai rawit mempunyai variansi yang sama atau tidak.
Langkah-langkah uji homoskedastisitas, yaitu:
1. Menghitung varian masing-masing variabel
2. Menghitung varian gabungan
3. Menghitung nilai satuan Bartlet
4. Menghitung \(X^2\)
Hipotesis yang diajukan sebagai berikut:
H0: Sampel berasal dari populasi yang homogen (sama)
H1: Sampel berasal dari populasi yang heterogen (berbeda)
Kriteria pengambilan keputusan:
\(X^2\)hitung \(\le\) \(X^2\)tabel maka terima H0
\(X^2\)hitung > \(X^2\)tabel maka tolak H0
Pengambilan Keputusan: Terima H0 artinya sampel berasal dari populasi yang homogen (sama)
Tolak H0 artinya sampel berasal dari populasi yang heterogen (berbeda)
ANOVA (Analisis varians) adalah analisis statistika parametrik. ANOVA digunakan untuk menguji hipotesis komparatif rata-rata K sampel bila datanya berbentuk interval atau rasio. K sampel merupakan sampel yang memiliki jumlah sampelnya lebih dari 2 (dua) sampel. Ada dua jenis ANOVA (analisis varians), yaitu One-Way ANOVA dan Two-Way ANOVA (Sugiyono, 2007).
One-Way ANOVA ini analisisnya menggunakan varians dan data hasil pengamatan merupakan pengaruh satu faktor. Tiap populasi secara independen diambil sebuah sampel acak berukuran n1 dari populasi kesatu, n2 dari populasi kedua dan seterusnya berukuran nk dari populasi ke-k. Data sampel akan dinyatakan dengan Yij yang berarti data ke-j dalam sampel yang diambil dari populasi ke-i.
Hipotesis yang diajukan sebagai berikut:
H0: \(\alpha_1 = \alpha_2 = \alpha_3 = ... =\alpha_p\) (tidak terdapat perbedaan antar variabel)
H1: Paling sedikit ada 2 \(\alpha_i\) yang tidak sama (terdapat perbedaan antar variabel)
Statistik Uji
Dimisalkan terdapat data terdiri dari \(N\) amatan yang terdiri dari \(p\) perlakuan. Setiap perlakuan ke-\(j\) terdiri dari \(n_j\) amatan.
Tabel ANOVA Satu Arah
Sumber Keragaman | Derajat Kebebasan | Jumlah Kuadrat | Kuadrat Tengah | F Hitung |
---|---|---|---|---|
Perlakuan | \(p - 1\) | \(\sum^p_{j=1}n_j(\bar y_{.j}-\bar y_{...})^2\) | \(\frac {JKp}{p-1}\) | \(\frac {KTp}{KTg}\) |
Galat | \(N - p\) | \(JKt - JKp\) | \(\frac {JKg}{N-p}\) | |
Total | \(N - 1\) | \(\sum^N_{i=1}(\bar y_{ij}-\bar y_{..})^2\) | - |
Kriteria Pengambilan Keputusan
p-value \(\le\) \(\alpha(0.05)\) maka tolak H0
p-value > \(\alpha(0.05)\) maka terima H0
Pengambilan Kesimpulan
Terima H0 artinya tidak terdapat perbedaan antar variabel
Tolak H0 artinya terdapat perbedaan antar variabel
Data yang digunakan adalah data sekunder. Data ini diambil dari Jurnal Akademi Farmasi Prayoga yang merupakan hasil penelitian yang dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Akademi Farmasi Al-Fatah Kota Bengkulu pada 22 April 2019 - 30 April 2019. Data ini memiliki empat perlakuan pemberian ekstrak etanol daun cabai rawit dengan dosis 1 (50 mg), dosis 2 (100 mg), dosis 3 (150 mg), dan dosis 4 (200 mg) dengan objek penelitian mencit jantan.
> # Library (readxl)
> # Library (dplyr)
> # Library (tidyr)
> # Library (ggplot)
> library(readxl)
> DataSekunder <- read_excel("D:/DataSekunder.xlsx",
+ range = "B1:E8")
Penjelasan
Source code di atas Volume Inflamasi Kaki Mencit Jantan dengan Empat Perlakuan Pemberian Ekstrak Etanol Daun Cabai Rawit. Data diperoleh dari file excel dengan menggunakan syntax read_excel
yang ada pada library readxl
> library(rmarkdown)
> paged_table(as.data.frame(DataSekunder))
Penjelasan
Source code di atas digunakan untuk membentuk tabel dari data yang telah di import dari file excel.
rmarkdown
adalah library yang dibutuhkan.
paged.table
dalah function untuk membentuk tabel dengan syarat data harus berbentuk data frame.
> library(dplyr)
> library(tidyr)
> A <- DataSekunder$`Dosis 1 (50 mg)`
> B <- DataSekunder$`Dosis 2 (100 mg)`
> C <- DataSekunder$`Dosis 3 (150 mg)`
> D <- DataSekunder$`Dosis 4 (200 mg)`
> Data <- data.frame (A,B,C,D)
>
> Data <- Data %>%
+ pivot_longer(c(A,B,C,D))
> names(Data) <- c("Dosis","Volume Inflamasi")
> Data$Dosis <- as.factor(Data$Dosis)
>
> qqnorm(Data$`Volume Inflamasi`)
> qqline(Data$`Volume Inflamasi`)
Penjelasan
Source code di atas digunakan untuk membentuk normal Q-Q Plot. dplyr
dan tidyr
adalah library yang dibutuhkan.
A,B,C,D
adalah ekstrak data berturut-turut Dosis 1 (50 mg), Dosis 2 (100 mg), Dosis 3 (150 mg), dan Dosis 4 (200 mg). Ekstrak data ini bisa dengan menggunakan $
.
Data
adalah nama yang digunakan untuk membentuk data frame dari A,B,C,D. pivot.longer
digunakan untuk menyatukan faktor A,B,C,D dalam satu kolom dengan argumen vektor A,B,C,D.
names
digunakan untuk memberi nama pada objek/tabel yang nantinya terbentuk. Dimana “Dosis” untuk nama objek/tabel kolom pertama dan “Volume Inflamasi” untuk nama objek/tabel kolom kedua.
as.factor
digunakan untuk mendefinisikan “Dosis” sebagai faktor dengan argumen Data$Dosis
. qqnorm()
digunakan untuk menampilkan normal Q-Q Plot sebagai persebaran titik dengan argumen Data$VolumeInflamasi
,
qqline()
digunakan untuk menampilkan normal Q-Q PLot sebagai garis linear dengan argumen Data$VolumeInflamasi
.
> A <- DataSekunder$`Dosis 1 (50 mg)`
> B <- DataSekunder$`Dosis 2 (100 mg)`
> C <- DataSekunder$`Dosis 3 (150 mg)`
> D <- DataSekunder$`Dosis 4 (200 mg)`
>
> A2 <- A^2
> B2 <- B^2
> C2 <- C^2
> D2 <- D^2
>
> nA <- length(A)
> nB <- length(B)
> nC <- length(C)
> nD <- length(D)
>
> dbA <- nA - 1
> dbB <- nB - 1
> dbC <- nC - 1
> dbD <- nD - 1
>
> SiAtasA <- nA*sum(A2) - (A)^2
> Si2A <- SiAtasA/nA*dbA
>
> SiAtasB <- nB*sum(B2) - (B)^2
> Si2B <- SiAtasB/nB*dbB
>
> SiAtasC <- nC*sum(C2) - (C)^2
> Si2C <- SiAtasC/nC*dbC
>
> SiAtasD <- nD*sum(D2) - (D)^2
> Si2D <- SiAtasD/nD*dbD
> Si2A;Si2B;Si2C;Si2D
1] 4.229057 4.130314 4.137257 4.175314 4.197257 4.211914 4.229057
[1] 9.137229 8.926629 8.984229 9.010714 9.051429 9.059057 9.087857
[1] 6.193200 6.028629 6.079029 6.116314 6.155400 6.172629 6.183257
[1] 4.862229 4.742229 4.785429 4.804714 4.822457 4.833429 4.857857 [
> dbS2A <- dbA*Si2A
> dbS2B <- dbB*Si2B
> dbS2C <- dbC*Si2C
> dbS2D <- dbD*Si2D
>
> dblogs2A <- nA*log10(Si2A)
> dblogs2B <- nB*log10(Si2B)
> dblogs2C <- nC*log10(Si2C)
> dblogs2D <- nD*log10(Si2D)
>
> S2gabungan <- sum (dbS2A + dbS2B + dbS2C + dbS2D) / (dbA + dbB + dbC + dbD)
>
> LogS2gabungan <- log10(S2gabungan)
> LogS2gabungan
1] 1.626351 [
> Bartlett <- sum (dbA + dbB + dbC + dbD)*LogS2gabungan
> Bartlett
1] 39.03242 [
> dblogs2A <- dbA*log10(Si2A)
> dblogs2B <- dbB*log10(Si2B)
> dblogs2C <- dbC*log10(Si2C)
> dblogs2D <- dbD*log10(Si2D)
> sumdblog <- (sum(dblogs2A + dblogs2B + dblogs2C + dblogs2D))
>
> chikuadrathitung <- log(10)*(Bartlett - (sumdblog))
> chikuadrattabel <- qchisq(0.95,3)
>
> chikuadrathitung
1] -204.9074
[> chikuadrattabel
1] 7.814728 [
Penjelasan
A,B,C,D
adalah ekstrak data berturut-turut Dosis 1 (50 mg), Dosis 2 (100 mg), Dosis 3 (150 mg), dan Dosis 4 (200 mg). Ekstrak data ini bisa dengan menggunakan tanda $
.
A2,B2,C2,D2
adalah hasil kuadrat berturut-turut dari A,B,C,D dengan tanda ^
.
nA,nB,nC,nD
adalah banyaknya data dari masing-masing variabel, secara berturut-turut yaitu A,B,C,D dengan function length
.
dbA,dbB,dbC,dbD
adalah derajat kebebasan dari masing-masing variabel yaitu Dosis dengan rumus \(n-1\).
SiAtasA,SiAtasB,SiAtasC,SiAtasD
adalah hasil perhitungan \(S^2_i\) bagian pembilangnya.
Si2A,Si2B,Si2C,Si2D
adalah hasil dari varian masing-masing variabel atau dikenal dengan \(S^2_i\).
dbS2A,dbS2B,dbS2C,dbS2D
adalah hasil kali antara derajat kebebasan dengan \(S^2_i\).
S2gabungan
adalah hasil dari varian gabungan.
LogS2gabungan
adalah hasil dari log \(S^2_i\) dengan function `log10().
Bartlett
adalah perhitungan manual untuk mendapatkan nilai \(B\) dengan rumus: \[
B=\sum db(log s^2)
\] chikuadrathitung
perhitungan manual untuk menghitung \(X^2_{hitung}\), dengan rumus:
\[
X^2_{hitung}=(log 10)(B-\sum db(logs^2_i))
\] qchiq
digunakan untuk menghitung \(X^2_{tabel}\) dengan argumen (\((1-\alpha),(k-1)\)), dimana \(k\) adalah jumlah variabel.
> A <- DataSekunder$`Dosis 1 (50 mg)`
> B <- DataSekunder$`Dosis 2 (100 mg)`
> C <- DataSekunder$`Dosis 3 (150 mg)`
> D <- DataSekunder$`Dosis 4 (200 mg)`
> Data
# A tibble: 28 x 2
`Volume Inflamasi`
Dosis <fct> <dbl>
1 A 0.23
2 B 0.32
3 C 0.28
4 D 0.25
5 A 0.41
6 B 0.59
7 C 0.52
8 D 0.45
9 A 0.4
10 B 0.53
# ... with 18 more rows
> nA <- length(A)
> nB <- length(B)
> nC <- length(C)
> nD <- length(D)
> N <- nA + nB + nC + nD
> N
1] 28 [
> A <- sum (DataSekunder$`Dosis 1 (50 mg)`)
> B <- sum (DataSekunder$`Dosis 2 (100 mg)`)
> C <- sum (DataSekunder$`Dosis 3 (150 mg)`)
> D <- sum (DataSekunder$`Dosis 4 (200 mg)`)
> A ; B ; C ; D
1] 2.18
[1] 3.23
[1] 2.64
[1] 2.35
[> SumGabungan <- A + B + C + D
> SumGabungan
1] 10.4
[> Akuadrat <- (DataSekunder$`Dosis 1 (50 mg)`)^2
> Bkuadrat <- (DataSekunder$`Dosis 2 (100 mg)`)^2
> Ckuadrat <- (DataSekunder$`Dosis 3 (150 mg)`)^2
> Dkuadrat <- (DataSekunder$`Dosis 4 (200 mg)`)^2
> Akuadrat ; Bkuadrat ; Ckuadrat ; Dkuadrat
1] 0.0529 0.1681 0.1600 0.1156 0.0900 0.0729 0.0529
[1] 0.1024 0.3481 0.2809 0.2500 0.2025 0.1936 0.1600
[1] 0.0784 0.2704 0.2116 0.1681 0.1225 0.1024 0.0900
[1] 0.0625 0.2025 0.1521 0.1296 0.1089 0.0961 0.0676 [
> JKp <- (A^2/nA) + (B^2/nB) + (C^2/nC) + (D^2/nD) - (SumGabungan^2/N)
> JKt <- (sum(Akuadrat) + sum(Bkuadrat) + sum(Ckuadrat) + sum(Dkuadrat)) - SumGabungan^2/N
> JKg <- JKt - JKp
> JKp ; JKg ; JKt
1] 0.09105714
[1] 0.1586857
[1] 0.2497429 [
> DBp <- (dim(DataSekunder)[2]) - 1
> DBg <- N - (dim(DataSekunder)[2])
> DBt <- N - 1
> DBp ; DBg ; DBt
1] 3
[1] 24
[1] 27 [
> KTp <- JKp / DBp
> KTg <- JKg / DBg
> KTp ; KTg
1] 0.03035238
[1] 0.006611905 [
> UjiF <- KTp / KTg
> p.val <- pf(UjiF,DBp, DBg, lower.tail = F)
> UjiF ; p.val
1] 4.590565
[1] 0.01120496 [
> SK <- c("Perlakuan", "Galat", "Total")
> DB <- c(DBp, DBg, DBt)
> JK <- c(JKp, JKg, JKt)
> KT <- c(KTp, KTg, NA)
> Fhit <- c(UjiF, NA, NA)
> p.val <- c(p.val, NA, NA)
> Tabel.Anova <- data.frame(SK,DB,JK,KT,Fhit,p.val)
> Tabel.Anova
SK DB JK KT Fhit p.val1 Perlakuan 3 0.09105714 0.030352381 4.590565 0.01120496
2 Galat 24 0.15868571 0.006611905 NA NA
3 Total 27 0.24974286 NA NA NA
> paged_table(data.frame(SK,DB,JK,KT,Fhit,p.val))
Penjelasan
A,B,C,D
adalah ekstrak data berturut-turut Dosis 1 (50 mg), Dosis 2 (100 mg), Dosis 3 (150 mg), dan Dosis 4 (200 mg). Ekstrak data ini bisa dengan menggunakan tanda $
.
Data
adalah nama dari data frame dari A,B,C,D
.
nA,nB,nC,nD
adalah banyaknya data dari masing-masing variabel, secara berturut-turut yaitu A,B,C,D dengan function length
.
N
merupakan hasil perhitungan banyaknya data.
A,B,C,D
merupakan pendefinisian untuk menghitung volume inflamasi dengan function sum
untuk setiap variabel.
SumGabungan
merupakan total dari seluruh volume inflamasi.
Pkuadrat,Qkuadrat,Rkuadrat,Skuadrat
merupakan pendefinisian untuk pertitungan hasil kuadrat masing-masing variabel.
Jkp
merupakan Jumlah Kuadrat Perlakuan dengan rumus:
\[
JKp = (\frac {P^2}{nP}+(\frac {Q^2}{nQ})+(\frac {R^2}{nR})+(\frac {S^2}{Ns})-(\frac {Sumgabungan^2}{N}))
\]
JKt
merupakan Jumlah Kudrat Total dengan rumus:
\[
JKt = \sum P^2+\sum Q^2+\sum R^2+\sum S^2 - \frac {Sumgabungan^2}{N}
\]
JKg
merupakan Jumlah Kuadrat Galat dengan rumus:
\[
JKg = JKt-JKp
\] DBp
merupakan Derajat Bebas Perlakuan dengan rumus \(DBp = total\) \(perlakuan - 1\)
DBg
merupakan Derajat Bebas Galat dengan rumus \(N - total\) \(perlakuan\)
DBt
merupakan Derajat Bebas Total dengan rumus \(N - 1\)
KTp
merupakan Kuadrat Tengah Perlakuan dengan rumus \(\frac {JKp}{DBp}\)
KTg
merupakan Kuadrat Tengah Galat dengan rumus \(\frac {JKg}{DBg}\)
Ujif
merupakan hasil perhitungan statistik uji F dengan rumus \(\frac {KTp}{KTg}\)
p.val
merupakan hasil p-value dengan menggunakan function pf
dan argumen berupa UjiF,DBp, DBg, lower.tail = F
KT,DB,JK,KT,Fhit,p.val
merupakan pendefinisian vektor untuk setiap perhitungan sesuai dengan tabel ANOVA.
Tabel.ANOVA
merupakan pembentukan data frame atau pembentukan tabel ANOVA dengan function data.frame
dan argumen berupa KT,DB,JK,KT,Fhit,p.val
Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal dikarenakan titik-titik berada di sekitar daerah garis horizontal
Hipotesis
H0: Sampel berasal dari populasi yang homogen (sama)
H1: Sampel berasal dari populasi yang heterogen (berbeda)
Statistik Uji
> Bartlett
1] 39.03242
[> chikuadrathitung
1] -204.9074
[> chikuadrattabel
1] 7.814728 [
Nilai satuan Bartlett \[
B = (\sum db )(LogS^2_i)
\] \[
B=39.03242
\] Chi-Square Hitung \[
X^2_{hitung}=-204.9074
\] Chi-Square Tabel \[
X^2_{tabel}=X^2_{(0.05,3)}
\] \[
X^2_{tabel}=7.814728
\] Keputusan:
\(X^2_{hitung}\) < \(X^2_{tabel}\) maka terima H0
Interpretasi:
Pada taraf nyata 5% dapat disimpulkan bahwa sudah cukup bukti untuk membuktikan sampel berasal dari populasi yang Homogen. Dengan demikian, syarat kedua untuk melakukan uji anova satu arah juga terpenuhi.
Hipotesis
H0: \(\alpha_1 = \alpha_2 = \alpha_3 =\alpha_4\) (tidak terdapat perbedaan keempat perlakuan pemberian ekstrak etanol daun cabai rawit)
H1: Paling sedikit ada 2 \(\alpha_i\) yang tidak sama (terdapat perbedaan keempat perlakuan pemberian ekstrak etanol daun cabai rawit)
Statistik Uji F
> paged_table(data.frame(SK,DB,JK,KT,Fhit,p.val))
Keputusan:
p-value (0.01120496) < \(\alpha(0.05)\) maka tolak H0
Interpretasi:
Pada taraf nyata 5% dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan keempat perlakuan pemberian ekstrak etanol daun cabai rawit.
Basuki, A. T., & Prawoto, N. (2017). Analisis Regresi Dalam Penelitian Ekonomi dan Bisnis. PT Rajagrafindo Persada, Depok.
Chen, F., Yang, J., Bai, T., Long, B., & Zhou, X. (2016). Facile synthesis of few-layer graphene from biomass waste and its application in lithium ion batteries. Journal of Electroanalytical Chemistry, 768, 18–26. https://doi.org/10.1016/j.jelechem.2016.02.035
Elmitra., Apriyanti, O., & Sepriani, T.L. (2019). Uji Efektifitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Cabai Rawit (Solanum frutescens.L) Pada Mencit Jantan (Mus muscullus) dengan Metode Induksi Caraagenan. Jurnal Akademi Prayoga, 4(2).
Heriansyah, R., & Hilmawan, I. (2017). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Motivasi Sebagai Variabel Intervening Pada Pt. Taspen. Sains: Jurnal Manajemen dan Bisnis, 9(2).
Lokaria, A. M., Hydra, B. I., Rofinda, Z. D. (2018). Pengujian Efektivitas Ekstrak Capsicum Annum sebagai Anti Inflamasi pada Tikus Wistar yang Diinduksi CCL4. JIMKI. 6(1) : 1-7.
Nanincova, N. 2019. Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Noach Cafe And Bistro. Agora. 7(2).
Pramitaningastuti, A. S., & Anggraeny, E. N. (2017). Uji Efektifitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Srikaya (Annona squamosa. L) Terhadap Udema Kaki Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Jurnal Ilmiah Farmasi, 13(1), 8–13.
Sadiah, F., Nurchayati, Y., & Saptiningsih, E. (2021). Pengaruh Ekstrak Daun Suren (Toona sinensis Merr.) Pada Tanaman Cabai Rawit Yang Diinfeksi Spora Colletotrichum capsici Terhadap Pertumbuhan, Kandungan Pigmen Dan Vitamin C. Life Science, 10(2), 120–131. https://doi.org/10.15294/lifesci.v10i2.54442
Solimun. (2008). Analisis Data Statistika: Metode Kuantitatif Untuk Ekonomi. Fakultas MIPA. Universitas Brawijaya. Malang.
Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.