Library:
> # install.packages("knitr")
> # install.packages("rmarkdown")
> # install.packages("prettydoc")
> # install.packages("equatiomatic")Indonesia merupakan salah satu negara yang terkenal akan kekayaan budaya dan keindahan alamnya. Karena itu, Indonesia mempunyai potensi wisata yang menjanjikan. Pengembangan sektor pariwisata dapat meningkatkan sumber pendapatan negara maupun daerah, penerimaan devisa negara, dan penciptaan lapangan kerja. Sektor pariwisata memberi kontribusi dalam peningkatan devisa negara dari Rp175,71 triliun pada 2015 menjadi Rp229,50 triliun pada tahun 2018.
Namun, terjadi penurunan jumlah wisatawan yang signifikan pada tahun 2020 sebagai akibat dari pandemi COVID-19. Di masa pandemi, Indonesia memberlakukan beragam kebijakan untuk meminimalisasikan angka penyebaran COVID-19, seperti penutupan akses bagi turis-turis mancanegara dan penutupan objek wisata. Terjadi penurunan sebesar 75,03% dari tahun 2019.
Kota Malang merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa Timur. Kota Malang memiliki berbagai objek wisata mulai dari wisata bersejarah seperti candi dan museum hingga wisata hiburan. Contoh destinasi wisata di Kota Malang adalah Jatim Park, Batu Night Spectacular, Malang Night Paradise, Kampung Warna-Warni Jodipan, Pantai Tiga Warna, Museum Angkut, dan sebagainya. Pada tahun 2017, jumlah wisatawan mancanegara di Malang sebanyak 12.546 orang dan wisatawan lokal sebanyak 4,3 juta orang. Kemudian meningkat pada tahun 2018 menjadi 15.034 wisatawan mancanegara dan 4,8 juta wisatawan nusantara. Namun, akibat pandemi COVID-19, kunjungan wisata Kota Malang menurun sampai 66,8%. Penurunan jumlah wisatawan ini berakibat pada penurunan pendapatan daerah dari sektor wisata.
Statistika deskriptif adalah serangkaian teknik pengumpulan, penyajian, dan peringkasan sebagian atau seluruh data tanpa adanya pengambilan kesimpulan. Statistika deskriptif dapat digunakan untuk menggambarkan dan menganalisis data dengan menggunakan sedikitnya satu statistik contoh dengan membangun grafik dan tabel dengan membandingkan hasil data yang lain.
Data deret waktu adalah sekumpulan data observasi yang disajikan dalam urutan periode waktu, misalnya bulanan, tahunan, dan sebagainya. Tujuannya adalah menemukan pola data dan melakukan peramalan. Data deret waktu dengan n pengamatan dapat dinyatakan sebagai \(X_1, X_2, ..., X_n\). Dasar pemikiran deret waktu adalah pengamatan sekarang (Xt) dipengaruhi oleh pengamatan sebelumnya (Xt-k) yang dipisahkan oleh jarak waktu k (lag k).
Syarat utama penggunaan model ARIMA adalah stasioneritas terhadap rata-rata dan ragam. Data deret waktu dikatakan stasioner jika rata-rata dan ragamnya konstan, tidak dipengaruhi oleh waktu. Stasioneritas data deret waktu dapat dilihat secara visual dengan plot datanya. Jika plot memiliki tren (menaik atau menurun), maka data tidak stasioner terhadap rata-rata. Jika range data berbeda-beda (lebar plot berbeda), maka data tidak stasioner terhadap ragam.
Selain itu, dapat dilakukan uji unit root atau uji Augmented Dickey-Fuller (ADF) untuk menguji kestasioneran data terhadap rata-rata. Data dikatakan stasioner terhadap rata-rata jika \(p-value<\alpha\). Jika data tidak stasioner terhadap rata-rata, maka dilakukan differencing terhadap data deret waktu. Transformasi Box Cox dilakukan untuk mengecek kestasioneran data terhadap ragam. Jika data tidak stasioner terhadap ragam, maka dilakukan transformasi seperti berikut.
\[
x_{trans}=\frac{X_t^\lambda-1}{\lambda}
\]
Data stasioner terhadap ragam jika nilai \(\lambda\) mendekati 1.
Data yang digunakan adalah data jumlah wisatawan mancanegara di Malang tahun 2018-2020 yang diperoleh dari website Badan Pusat Statistika Malang (https://malangkota.bps.go.id).
> library(readxl)
> library(MASS)
> library(FitAR)
> library(tseries)
> library(forecast)
> library(lmtest)
> library(nortest)> data<-read_excel("D:/Intan/KOMSTAT/PRAKTIKUM/Jumlah Wisatawan.xlsx")
> data
# A tibble: 36 x 2
Bulan Jlh
<dbl> <dbl>
1 1 1098
2 2 859
3 3 591
4 4 464
5 5 639
6 6 1137
7 7 1346
8 8 1745
9 9 2176
10 10 1772
# ... with 26 more rowsFunction read_excel digunakan untuk membaca file Excel “Jumlah Wisatawan”. Argumen yang diisikan dalam function adalah lokasi file yang digunakan.
> plot(data, xlab="Bulan",ylab="Jumlah Wisatawan",
+ main="Plot Jumlah Wisatawan ",type="l")Function plot digunakan untuk menampilkan plot data jumlah wisatawan mancanegara di Malang tahun 2018-2020. Argumen yang diisikan dalam function adalah sumber data, nama sumbu x dan y, judul plot, serta tipe plot, yaitu line. Argumen ini digunakan sebagai identitas dan komponen plot data.
> datakun <-data$Jlh
> summary(datakun)
Min. 1st Qu. Median Mean 3rd Qu. Max.
3 473 1118 1115 1696 2788
> var(datakun)
[1] 604442.1
> median(datakun)
[1] 1117.5
> max(datakun)
[1] 2788
> min(datakun)
[1] 3
> quantile(datakun, 0.25)
25%
473
> quantile(datakun, 0.75)
75%
1696.25 Function summary digunakan untuk menampilkan deskripsi data berupa rata-rata, median, nilai maksimum, nilai minimum, kuantil bawah, dan kuantil atas. Fungsi var digunakan untuk menampilkan ragam data. Argumen yang diisikan dalam function adalah data jumlah wisatawan (data pada kolom “Jlh”). Argumen ini digunakan sebagai data yang akan dilakukan analisis statistika deskriptif.
> boxplot(datakun)Function boxplot digunakan untuk menampilkan boxplot data jumlah wisatawan mancanegara di Malang tahun 2018-2020. Argumen yang diisikan dalam function adalah data jumlah wisatawan.
> b <- boxcox(datakun~1)> lambda <- b$x
> lik <- b$y
> bc <- cbind(lambda, lik)
> sorted_bc <- bc[order(-lik),]
> head(sorted_bc, n=10)
lambda lik
[1,] 0.5454545 -64.83151
[2,] 0.5858586 -64.86621
[3,] 0.5050505 -64.87304
[4,] 0.6262626 -64.97143
[5,] 0.4646465 -64.99679
[6,] 0.6666667 -65.14233
[7,] 0.4242424 -65.21014
[8,] 0.7070707 -65.37461
[9,] 0.3838384 -65.52103
[10,] 0.7474747 -65.66427Function boxcox digunakan untuk menampilkan grafik Box Cox data jumlah wisatawan. Argumen yang diisikan dalam function adalah data jumlah wisatawan dengan \(\lambda\) mendekati 1. Function head digunakan untuk menampilkan 10 teratas nilai pada tabel “sorted_bc”, di mana data telah diurutkan dari nilai likelihood terbesar.
> transdata=((datakun^0.545)-1)/0.545
> boxcox(transdata~1)> adf.test(transdata)
Augmented Dickey-Fuller Test
data: transdata
Dickey-Fuller = -2.3689, Lag order = 3, p-value = 0.4296
alternative hypothesis: stationary
> adf.test(diff(transdata))
Augmented Dickey-Fuller Test
data: diff(transdata)
Dickey-Fuller = -3.0916, Lag order = 3, p-value = 0.1492
alternative hypothesis: stationary
> adf.test(diff(diff(transdata)))
Augmented Dickey-Fuller Test
data: diff(diff(transdata))
Dickey-Fuller = -4.2393, Lag order = 3, p-value = 0.01249
alternative hypothesis: stationaryFunction adf.test digunakan untuk melakukan uji Augmented Dickey-Fuller (ADF). Argumen yang diisikan dalam function adalah data yang akan diuji.
> acf(diff(diff(transdata)))> pacf(diff(diff(transdata)))Function acf dan pacf digunakan untuk menampilkan plot ACF dan PACF data transformasi. Argumen yang diisikan dalam function adalah sumber data, yaitu data transformasi dengan differencing 2 kali.
> m1 <- Arima(datakun, order = c(1,2,1))
> summary(m1)
Series: datakun
ARIMA(1,2,1)
Coefficients:
ar1 ma1
0.2576 -1.0000
s.e. 0.1718 0.0867
sigma^2 estimated as 253206: log likelihood=-260.25
AIC=526.5 AICc=527.3 BIC=531.08
Training set error measures:
ME RMSE MAE MPE MAPE MASE ACF1
Training set -7.78123 474.4172 347.8165 -468.8127 537.007 0.9491328 0.02639449
> coeftest(m1)
z test of coefficients:
Estimate Std. Error z value Pr(>|z|)
ar1 0.257556 0.171793 1.4992 0.1338
ma1 -0.999999 0.086684 -11.5361 <2e-16 ***
---
Signif. codes: 0 '***' 0.001 '**' 0.01 '*' 0.05 '.' 0.1 ' ' 1> m2 <- Arima(datakun, order = c(1,1,1))
> summary(m2)
Series: datakun
ARIMA(1,1,1)
Coefficients:
ar1 ma1
-0.0418 0.3078
s.e. 0.4204 0.3916
sigma^2 estimated as 242167: log likelihood=-265.63
AIC=537.25 AICc=538.02 BIC=541.92
Training set error measures:
ME RMSE MAE MPE MAPE MASE
Training set -23.8051 471.1541 347.3823 -501.7499 547.8695 0.9479481
ACF1
Training set 0.003876336
> coeftest(m2)
z test of coefficients:
Estimate Std. Error z value Pr(>|z|)
ar1 -0.041797 0.420373 -0.0994 0.9208
ma1 0.307847 0.391597 0.7861 0.4318> m3 <- Arima(datakun, order = c(1,0,1))
> summary(m3)
Series: datakun
ARIMA(1,0,1) with non-zero mean
Coefficients:
ar1 ma1 mean
0.6852 0.3567 1045.4638
s.e. 0.1356 0.1668 298.4582
sigma^2 estimated as 211618: log likelihood=-270.85
AIC=549.69 AICc=550.98 BIC=556.02
Training set error measures:
ME RMSE MAE MPE MAPE MASE ACF1
Training set -1.952849 440.4355 330.0642 -658.0401 679.786 0.9006898 0.06670911
> coeftest(m3)
z test of coefficients:
Estimate Std. Error z value Pr(>|z|)
ar1 0.68523 0.13557 5.0545 4.316e-07 ***
ma1 0.35669 0.16683 2.1381 0.0325109 *
intercept 1045.46384 298.45819 3.5029 0.0004603 ***
---
Signif. codes: 0 '***' 0.001 '**' 0.01 '*' 0.05 '.' 0.1 ' ' 1> m4 <- Arima(datakun, order = c(1,2,0))
> summary(m4)
Series: datakun
ARIMA(1,2,0)
Coefficients:
ar1
-0.2623
s.e. 0.1747
sigma^2 estimated as 368639: log likelihood=-265.67
AIC=535.34 AICc=535.73 BIC=538.39
Training set error measures:
ME RMSE MAE MPE MAPE MASE ACF1
Training set -1.093636 581.308 410.1983 -561.6149 747.1015 1.119362 -0.07122611
> coeftest(m4)
z test of coefficients:
Estimate Std. Error z value Pr(>|z|)
ar1 -0.26234 0.17469 -1.5018 0.1332> m5 <- Arima(datakun, order = c(1,1,0))
> summary(m5)
Series: datakun
ARIMA(1,1,0)
Coefficients:
ar1
0.2217
s.e. 0.1655
sigma^2 estimated as 238708: log likelihood=-265.88
AIC=535.77 AICc=536.14 BIC=538.88
Training set error measures:
ME RMSE MAE MPE MAPE MASE
Training set -21.98842 474.8118 354.9839 -490.4249 545.5829 0.9686916
ACF1
Training set 0.04696733
> coeftest(m5)
z test of coefficients:
Estimate Std. Error z value Pr(>|z|)
ar1 0.22167 0.16551 1.3393 0.1805> m6 <- Arima(datakun, order = c(1,0,0))
> summary(m6)
Series: datakun
ARIMA(1,0,0) with non-zero mean
Coefficients:
ar1 mean
0.7880 1037.3820
s.e. 0.0974 335.2888
sigma^2 estimated as 229492: log likelihood=-272.72
AIC=551.45 AICc=552.2 BIC=556.2
Training set error measures:
ME RMSE MAE MPE MAPE MASE ACF1
Training set -1.974087 465.5559 354.5935 -591.1628 614.0418 0.9676262 0.2895128
> coeftest(m6)
z test of coefficients:
Estimate Std. Error z value Pr(>|z|)
ar1 7.8798e-01 9.7394e-02 8.0907 5.932e-16 ***
intercept 1.0374e+03 3.3529e+02 3.0940 0.001975 **
---
Signif. codes: 0 '***' 0.001 '**' 0.01 '*' 0.05 '.' 0.1 ' ' 1> m7 <- Arima(datakun, order = c(0,2,1))
> summary(m7)
Series: datakun
ARIMA(0,2,1)
Coefficients:
ma1
-1.0000
s.e. 0.1032
sigma^2 estimated as 258214: log likelihood=-261.36
AIC=526.72 AICc=527.11 BIC=529.77
Training set error measures:
ME RMSE MAE MPE MAPE MASE ACF1
Training set -11.52385 486.5147 347.7856 -418.7952 455.7602 0.9490484 0.2266461
> coeftest(m7)
z test of coefficients:
Estimate Std. Error z value Pr(>|z|)
ma1 -0.99998 0.10317 -9.693 < 2.2e-16 ***
---
Signif. codes: 0 '***' 0.001 '**' 0.01 '*' 0.05 '.' 0.1 ' ' 1> m8 <- Arima(datakun, order = c(0,1,1))
> summary(m8)
Series: datakun
ARIMA(0,1,1)
Coefficients:
ma1
0.2726
s.e. 0.1672
sigma^2 estimated as 235099: log likelihood=-265.63
AIC=535.26 AICc=535.64 BIC=538.37
Training set error measures:
ME RMSE MAE MPE MAPE MASE
Training set -23.54843 471.2091 348.0462 -502.6779 550.7821 0.9497597
ACF1
Training set -0.0006301334
> coeftest(m8)
z test of coefficients:
Estimate Std. Error z value Pr(>|z|)
ma1 0.27258 0.16724 1.6298 0.1031> m9 <- Arima(datakun, order = c(0,0,1))
> summary(m9)
Series: datakun
ARIMA(0,0,1) with non-zero mean
Coefficients:
ma1 mean
0.7226 1093.4885
s.e. 0.0927 152.0131
sigma^2 estimated as 303453: log likelihood=-277.64
AIC=561.27 AICc=562.02 BIC=566.02
Training set error measures:
ME RMSE MAE MPE MAPE MASE ACF1
Training set -0.3424619 535.3454 429.0219 -950.8358 974.1028 1.170729 0.4097904
> coeftest(m9)
z test of coefficients:
Estimate Std. Error z value Pr(>|z|)
ma1 0.72257 0.09267 7.7971 6.333e-15 ***
intercept 1093.48850 152.01305 7.1934 6.320e-13 ***
---
Signif. codes: 0 '***' 0.001 '**' 0.01 '*' 0.05 '.' 0.1 ' ' 1Function Arima digunakan untuk melakukan pemodelan ARIMA pada data. Argumen yang diisikan dalam function adalah data jumlah wisatawan.
Function summary digunakan untuk menampilkan nilai duga parameter dan nilai kebaikan model lain. Argumen yang diisikan dalam function adalah model ARIMA yang digunakan.
Function coeftest digunakan untuk menampilkan uji signifikansi parameter model. Argumen yang diisikan dalam function adalah model ARIMA yang digunakan.
> checkresiduals(m3)
Ljung-Box test
data: Residuals from ARIMA(1,0,1) with non-zero mean
Q* = 1.2713, df = 4, p-value = 0.8662
Model df: 3. Total lags used: 7
> checkresiduals(m6)
Ljung-Box test
data: Residuals from ARIMA(1,0,0) with non-zero mean
Q* = 4.8936, df = 5, p-value = 0.429
Model df: 2. Total lags used: 7
> checkresiduals(m7)
Ljung-Box test
data: Residuals from ARIMA(0,2,1)
Q* = 4.9139, df = 6, p-value = 0.5549
Model df: 1. Total lags used: 7
> checkresiduals(m9)
Ljung-Box test
data: Residuals from ARIMA(0,0,1) with non-zero mean
Q* = 18.285, df = 5, p-value = 0.002609
Model df: 2. Total lags used: 7
Function checkresiduals digunakan untuk melakukan uji L-jung Box pada sisaan dan menampilkan plot sisaan. Argumen yang diisikan dalam function adalah model ARIMA yang akan diuji asumsi non autokorelasi.
> lillie.test(m3$residuals)
Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov) normality test
data: m3$residuals
D = 0.12888, p-value = 0.1362
> lillie.test(m6$residuals)
Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov) normality test
data: m6$residuals
D = 0.12225, p-value = 0.1895
> lillie.test(m7$residuals)
Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov) normality test
data: m7$residuals
D = 0.11676, p-value = 0.2456Function lillie.test digunakan untuk melakukan uji Lilliefors. Argumen yang diisikan dalam function adalah sisaan model ARIMA yang akan diuji asumsi normalitas.
> AIC(m3)
[1] 549.69
> AIC(m6)
[1] 551.4463
> AIC(m7)
[1] 526.72Function AIC digunakan untuk menampilkan nilai AIC model. Argumen yang diisikan dalam function adalah model ARIMA yang akan digunakan.
> fmo <- forecast(m7, h=12)
> fmo
Point Forecast Lo 80 Hi 80 Lo 95 Hi 95
37 201.08581 -459.3625 861.5342 -808.9828 1211.154
38 176.17162 -770.7270 1123.0702 -1271.9848 1624.328
39 151.25742 -1024.0190 1326.5339 -1646.1728 1948.688
40 126.34323 -1248.4896 1501.1761 -1976.2822 2228.969
41 101.42904 -1455.2626 1658.1207 -2279.3254 2482.184
42 76.51485 -1649.9398 1802.9694 -2563.8696 2716.899
43 51.60065 -1835.7877 1938.9890 -2834.9108 2938.112
44 26.68646 -2014.8956 2068.2685 -3095.6438 3149.017
45 1.77227 -2188.6871 2192.2316 -3348.2463 3351.791
46 -23.14192 -2358.1795 2311.8956 -3594.2737 3547.990
47 -48.05611 -2524.1258 2428.0136 -3834.8780 3738.766
48 -72.97031 -2687.1002 2541.1596 -4070.9370 3924.996
> plot(fmo,xlab="Bulan",ylab="Jumlah Wisatawan",
+ main="Peramalan Jumlah Wisatawan")Function forecast digunakan untuk melakukan peramalan data. Argumen yang diisikan dalam function adalah model ARIMA dan banyak periode yang akan diramal. Argumen ini digunakan untuk melakukan peramlan data model “m7” dengan periode 12 bulan ke depan.
Plot data jumlah wisatawan mancanegara di Malang tahun 2018-2020 menunjukkan tren sedikit menurut, data tidak stasioner terhadap rata-rata. Dari plot ini juga dapat diketahui bahwa data tidak stasioner terhadap ragam karena range yang berbeda-beda.
Berdasarkan data yang digunakan, diperoleh nilai rataan sebesar 1114,889. Artinya, sebagian besar jumlah wisatawan mancanegara di Malang tahun 2018-2020 adalah 1115 orang.
\[ \mu = \frac{\sum{X_i}}{n}=1114.889 \] Diperoleh nilai ragam sebesar 60442,1. Artinya, keragaman data jumlah wisatawan mancanegara di Malang tahun 2018-2020 adalah 60442,1. \[ \sigma^2=\sqrt{\frac{\sum({X_i-\mu})^2}{n}} =604442.1 \] Diperoleh nilai median sebesar 1117,5. Artinya, terdapat 18 sampai 19 bulan jumlah wisatawan mancanegara di Malang tahun 2018-2020 yang kurang dari 1118 orang. \[ median=X_\frac{2(n+1)}{4} =1117.5 \] Diperoleh nilai maksimum dan minimum masing-masing sebesar 2788 dan 3. Artinya, jumlah wisatawan mancanegara di Malang tahun 2018-2020 paling banyak 2788 orang dan paling kecil 3 orang. \[ max=2788 \\ min=3 \] Diperoleh nilai kuartil bawah sebesar 473. Artinya, terdapat 8 sampai 9 bulan jumlah wisatawan mancanegara di Malang tahun 2018-2020 yang kurang dari 473 orang. \[ Q_1=\frac{X_\frac{n-1}{4}+X_{\frac{n+3}{4}}}{2} =473 \]
Diperoleh nilai kuartil atas sebesar 1696,25. Artinya, terdapat 27 sampai 28 bulan di mana jumlah wisatawan mancanegara di Malang tahun 2018-2020 yang kurang dari 1697 orang. \[ Q_3=\frac{X_\frac{3n+1}{4}+X_{\frac{3n+5}{4}}}{2} =1696.25 \]
Dari Boxplot, dapat diketahui bahwa data jumlah wisatawan mancanegara di Malang tahun 2018-2020 cenderung menceng ke kiri yang menunjukkan data tidak menyebar normal.
Dari uji Box Cox, diperoleh \(\lambda=0,545\). Karena nilai \(\lambda<1\), maka dilakukan transformasi Box Cox seperti berikut \[ x_{trans}=\frac{X_t^\lambda-1}{\lambda} \] Dari data hasil transformasi, dilakukan uji Box Cox kembali dan diperoleh \(\lambda\) yang sudah mendekati 1.
Setelah, data stasioner terhadap ragam, dilakukan uji Augmented Dickey-Fuller (ADF) untuk menguji kestasioneran data terhadap rata-rata.
Hipotesis :
H0 = data tidak stasioner
H1 = data stasioner
Dari uji ADF, diperoleh \(p-value=0.4296>\alpha(0.05)\), berarti data belum stasioner terhadap rata-rata. Dilakukan differencing 2 kali dan diperoleh \(p-value=0.01249<\alpha(0.05)\), data sudah stasioner.
Dari plot ACF dan PACF, dapat diketahui bahwa lag signifikan pada lag 1 sehingga orde maksimal untuk p dan q adalah 1.
Terdapat 9 model tentatif, yaitu :
1. ARIMA(1,2,1)
2. ARIMA(1,1,1)
3. ARIMA(1,0,1)
4. ARIMA(1,2,0)
5. ARIMA(1,1,0)
6. ARIMA(1,0,0)
7. ARIMA(0,2,1)
8. ARIMA(0,1,1)
9. ARIMA(0,0,1)
Dari uji signifikansi (uji z), model yang semua parameternya signifikan adalah model :
3. ARIMA(1,0,1) dengan \(\hat\phi=0,685\) dan \(\hat\theta=0,357\)
6. ARIMA(1,0,0) dengan \(\hat\phi=0,788\)
7. ARIMA(0,2,1) dengan \(\hat\theta=-0,999\)
9. ARIMA(0,0,1) dengan \(\hat\theta=0,723\)
Hipotesis :
H0 = tidak terdapat autokorelasi
H1 = terdapat autokorelasi
Dengan uji Ljung-Box, dilakukan pengujian terhadap keempat model dan diperoleh :
* \(p-value\) untuk model ARIMA(1,0,1), ARIMA(1,0,0), dan ARIMA(0,2,1) lebih dari \(\alpha=0.05\). Artinya, tidak terdapat autokorelasi pada sisaan ketiga model.
* \(p-value\) untuk model ARIMA(0,0,1) kurang dari \(\alpha=0.05\). Artinya, terdapat autokorelasi pada sisaan model.
Hipotesis :
H0 = sisaan berdistribusi normal
H1 = sisaan tidak berdistribusi normal
Dilakukan uji Lilliefors terhadap model ARIMA(1,0,1), ARIMA(1,0,0), dan ARIMA(0,2,1) yang tidak memiliki autokorelasi sisaan. Diperoleh \(p-value\) untuk ketiga model lebih dari \(\alpha=0.05\). Artinya, sisaan model berdistribusi normal.
Pemilihan model terbaik dilakukan dengan memeriksa AIC ketiga model. Model terbaik adalah model dengan nilai AIC terkecil, yaitu model ARIMA(0,2,1) atau IMA(2,1) (AIC=526,72).
\[ X_t=2X_{t-1}-X_{t-2}+a_t-\theta a_{t-1} \\ X_t=2X_{t-1}-X_{t-2}+a_t+0.999 a_{t-1} \]
Dari model IMA(2,1), dilakukan peramalan 12 bulan ke depan dan diperoleh hasil seperti berikut.
> fore <- fmo$mean
> as.data.frame(fore)
x
1 201.08581
2 176.17162
3 151.25742
4 126.34323
5 101.42904
6 76.51485
7 51.60065
8 26.68646
9 1.77227
10 -23.14192
11 -48.05611
12 -72.97031Data ramalan menunjukkan tren menurun. Artinya, jumlah wisatawan mancanegara di Malang 12 bulan ke depan akan mengalami penurunan.
Carep-04. (2021, 1 Februari). Kunjungan Wisata Kota Malang 2020 Jeblok Sampai 66,8 Persen. Diakses pada 20 Mei 2022, dari https://kabarmalang.com/18013/kunjungan-wisata-kota-malang-2020-jeblok-sampai-668-persen
egsa.geo.ugm.ac.id. (2021, 11 Februari). Pariwisata Indonesia di Tengah Pandemi. Diakses pada 20 Mei 2022, dari https://egsa.geo.ugm.ac.id/2021/02/11/pariwisata-indonesia-di-tengah-pandemi/
Hikmah, Al. (2017). Peramalan Deret Waktu dengan Menggunakan Autoregressive (AR), Jaringan Syaraf Tiruan Radial Basic Function (RBF), dan Hybrid AR-RBF pada Inflasi Indonesia. Skripsi. Universitas Negeri Semarang, Semarang
Kustituanto, Bambang dan Rudy Badrudin, 1994. Statistika 1 (Deskriptif). Jakarta: Gunadarma
Ludin, Jimmy. (2020). Bahan Ajar : Analisis Deret Berkala. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Pusat Statistika. Tulisan pada https://pusdiklat.bps.go.id/