Najah Muchsin Sanin
19 April 2022
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Suhartono, M.Kom
Lembaga : Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Jurusan : Teknik Informatika
Smoothing merupakan salah satu metode yang digunakan dalam analisis data non parametrik. Tujuan dari smoothing adalah untuk meminimalkan keragaman karakteristik data dari data yang tidak memiliki pengaruh sehingga ciri-ciri dari data akan tampak lebih jelas. Smoothing telah menjadi teknik umum di dalam metode-metode nonparametrik yang digunakan untuk menduga fungsi. Salah satu model regresi dengan pendekatan non parametrik yang dapat diguanakan untuk menduga kurva regresi adalah regresi spline.
Regresi spline merupakan smoothing untuk memplot data dengan mempertimbangkan kemulusan kurva. Spline adalah model polinomial yang tersegmentasi atau terbagi, dan sifat segmen ini memberikan fleksibilitas yang lebih besar daripada model polinomial biasa. Properti ini memungkinkan model regresi spline untuk secara efektif disesuaikan dengan properti lokal data. Penggunaan splines menitikberatkan pada adanya perilaku atau pola data yang memiliki sifat yang berbeda pada suatu area tertentu dengan pada area lainnya. Berikut regresi nonparametrik dengan pendekatan smoothing spline pada data Google Mobility Index dan Covid-19 di Jakarta November 2020.
library(readxl)
## Warning: package 'readxl' was built under R version 4.1.2
mobilityjakarta <- read_excel(path = "Data Google Mobility Index dan Covid-19 November 2020.xlsx")
mobilityjakarta
plot(mobilityjakarta$Tanggal,mobilityjakarta$Dirawat)
library(jmv)
## Warning: package 'jmv' was built under R version 4.1.3
# Mendapatkan data descriptive menggunakan fungsi descritptive
descriptives(mobilityjakarta, vars = vars(Dirawat, workplaces_percent_change_from_baseline), freq = TRUE)
##
## DESCRIPTIVES
##
## Descriptives
## -----------------------------------------------------------------------------
## Dirawat workplaces_percent_change_from_baseline
## -----------------------------------------------------------------------------
## N 30 30
## Missing 0 0
## Mean 2299.600 -26.50000
## Median 2233.500 -31.00000
## Standard deviation 583.7056 7.468324
## Minimum 1472.000 -33.00000
## Maximum 3387.000 -13.00000
## -----------------------------------------------------------------------------
##
##
## FREQUENCIES
##
## Frequencies of workplaces_percent_change_from_baseline
## ------------------------------------------------------
## Levels Counts % of Total Cumulative %
## ------------------------------------------------------
## -33 2 6.66667 6.66667
## -32 5 16.66667 23.33333
## -31 10 33.33333 56.66667
## -30 4 13.33333 70.00000
## -18 1 3.33333 73.33333
## -17 3 10.00000 83.33333
## -16 1 3.33333 86.66667
## -14 2 6.66667 93.33333
## -13 2 6.66667 100.00000
## ------------------------------------------------------
library(npreg)
## Warning: package 'npreg' was built under R version 4.1.3
mod.ss <- ss(mobilityjakarta$Tanggal,mobilityjakarta$Dirawat, nknots = 10)
mobilityjakarta$prediksi_ss <- mod.ss$y
mobilityjakarta
mod.smsp <- smooth.spline( mobilityjakarta$Tanggal,mobilityjakarta$Dirawat, nknots = 10)
mobilityjakarta$prediksi_smsp <- mod.smsp$y
mobilityjakarta
# plot method
plot(mobilityjakarta$Tanggal, mobilityjakarta$Dirawat, lty = 10, col = 'black', lwd =7)
# plot(mod.ss)
# add lm fit
abline(coef(lm( mobilityjakarta$Dirawat ~ mobilityjakarta$Tanggal , data = mobilityjakarta)), lty = 2.5, col = 'yellow', lwd =5)
rug(mobilityjakarta$Tanggal) # add rug to plot
points(mobilityjakarta$Tanggal,mod.ss$y , lty = 2, col = 'blue', lwd = 5)
legend("topleft",
legend = c("Real", "Model SS", "Trends"),
lty = 1:3, col = c("Black","blue","yellow"), lwd = 3, bty = "p")
library(npreg)
mod.ss1 <- ss(mobilityjakarta$Tanggal,mobilityjakarta$workplaces_percent_change_from_baseline, nknots = 10)
mobilityjakarta$prediksi_ss1 <- mod.ss1$y
mobilityjakarta
mod.smsp1 <- smooth.spline( mobilityjakarta$Tanggal,mobilityjakarta$workplaces_percent_change_from_baseline, nknots = 10)
mobilityjakarta$prediksi_smsp1 <- mod.smsp1$y
mobilityjakarta
# Hasil plot
plot(mobilityjakarta$Tanggal, mobilityjakarta$workplaces_percent_change_from_baseline, lty = 10, col = 'black', lwd =5)
# add lm fit
abline(coef(lm( mobilityjakarta$workplaces_percent_change_from_baseline ~ mobilityjakarta$Tanggal , data = mobilityjakarta)), lty = 3, col = 'green', lwd =4)
lines(mobilityjakarta$Tanggal, mobilityjakarta$prediksi_ss1 , lty = 2, col = 'pink', lwd = 4)
lines(mobilityjakarta$Tanggal, mobilityjakarta$prediksi_smsp1, lty = 4, col = 'purple', lwd = 6)
Korelasi Pearson adalah alat analisis statistik yang digunakan untuk melihat keeratan hubungan linier antara 2 variabel yang skala datanya adalah interval atau rasio.
cor.test(mobilityjakarta$Dirawat,mobilityjakarta$workplaces_percent_change_from_baseline)
##
## Pearson's product-moment correlation
##
## data: mobilityjakarta$Dirawat and mobilityjakarta$workplaces_percent_change_from_baseline
## t = 0.18696, df = 28, p-value = 0.853
## alternative hypothesis: true correlation is not equal to 0
## 95 percent confidence interval:
## -0.3291455 0.3906110
## sample estimates:
## cor
## 0.03531093
Dari output tersebut dapat kita simpulkan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara mobilityjakarta
Dirawatdan mobilityjakartaworkplaces_percent_change_from_baseline(p-value<0,01). Nilai p-value dalam output R dituliskan 0.853. Nilai koefisien korelasi r adalah sebesar 0.03531093 yang menunjukkan hubungan yang lemah dan positif ( berbanding lurus) antara variabelDirawatdanworkplaces_percent_change_from_baseline.
model <- lm(mobilityjakarta$Dirawat ~ mobilityjakarta$workplaces_percent_change_from_baseline, data = mobilityjakarta)
summary(model)
##
## Call:
## lm(formula = mobilityjakarta$Dirawat ~ mobilityjakarta$workplaces_percent_change_from_baseline,
## data = mobilityjakarta)
##
## Residuals:
## Min 1Q Median 3Q Max
## -815.18 -482.67 -75.76 487.57 1097.06
##
## Coefficients:
## Estimate Std. Error
## (Intercept) 2372.74 405.91
## mobilityjakarta$workplaces_percent_change_from_baseline 2.76 14.76
## t value Pr(>|t|)
## (Intercept) 5.845 2.78e-06 ***
## mobilityjakarta$workplaces_percent_change_from_baseline 0.187 0.853
## ---
## Signif. codes: 0 '***' 0.001 '**' 0.01 '*' 0.05 '.' 0.1 ' ' 1
##
## Residual standard error: 593.7 on 28 degrees of freedom
## Multiple R-squared: 0.001247, Adjusted R-squared: -0.03442
## F-statistic: 0.03496 on 1 and 28 DF, p-value: 0.853
mobilityjakarta$prediksi_model <- model$fitted.values
mobilityjakarta
# Menambahkan Histograms
panel.hist <- function(x, ...) {
usr <- par("usr")
on.exit(par(usr))
par(usr = c(usr[1:2], 0, 1.5))
his <- hist(x, plot = FALSE)
breaks <- his$breaks
nB <- length(breaks)
y <- his$counts
y <- y/max(y)
rect(breaks[-nB], 0, breaks[-1], y, col = rgb(0, 0, 1, alpha = 0.5), ...)
# lines(density(x), col = 2, lwd = 2) # Uncomment to add density lines
}
# Menyetarakan berdasarkan formula
pairs(mobilityjakarta$Dirawat~mobilityjakarta$workplaces_percent_change_from_baseline, data = mobilityjakarta,
upper.panel = NULL, # Disabling the upper panel
diag.panel = panel.hist) # Adding the histograms
# plot method
plot(mobilityjakarta$Tanggal, mobilityjakarta$Dirawat, lty = 10, col = 'black', lwd =5)
#plot(mod.ss)
# add lm fit
abline(coef(lm( mobilityjakarta$Dirawat ~ mobilityjakarta$Tanggal , data = mobilityjakarta)), lty = 10, col = 'purple', lwd =5)
rug(mobilityjakarta$Tanggal) # add rug to plot
lines(mobilityjakarta$Tanggal,mod.ss$y , lty = 2, col = 'blue', lwd = 4)
#plot(mod.smsp)
lines(mobilityjakarta$Tanggal, mobilityjakarta$prediksi_model, lty = 2, col = 'cyan', lwd = 4)
legend("topleft",
legend = c("Real", "Model SS", "Trends", "Regresi Nonparametrik"),
lty = 1:4, col = c("Black","blue","purple","cyan"), lwd = 3, bty = "p")