library(readxl)
#working direktori
setwd("D:\\KULI-AH\\Semester 6\\Metode Peramalan Deret Waktu\\Pertemuan 3\\tugas")
#membuka file data
dataregresi<-read_xlsx("IPM.xlsx",col_names = T)
head(dataregresi)
## # A tibble: 6 x 2
## Tahun IPM
## <dbl> <dbl>
## 1 2010 71.1
## 2 2011 71.6
## 3 2012 72.4
## 4 2013 73.0
## 5 2014 73.4
## 6 2015 73.8
IPM atau Indeks Pembangunan Manusia merupakan indikator yang berguna dalam mengukur keberhasilan upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk) (BPS 2020).
IPM didapatkan berdasarkan 3 dimensi dasar, antara lain:
Data yang digunakan dalam analisis ini adalah IPM Provinsi Kepulauan Riau dalam rentang waktu 2010-2021.
plot(dataregresi$Tahun,dataregresi$IPM, pch = 20, col = "blue", main = "Scatter Plot IPM Kepulauan Riau 2010-2021",xlab= "Tahun", ylab = "IPM")
Berdasarkan plot diatas, Terlihat IPM Kep. Riau sejak tahun 2010-2021 mengalami kenaikan. Sejak tahun 2010 IPM Kep. Riau naik sebanyak 6.56% sampai tahun 2021. Namun, kenaikan ini masih dibawah dari kenaikan IPM Nasional yaitu sebesar 7.97% pada rentang waktu yang sama.
model<- lm(dataregresi$IPM~dataregresi$Tahun, data = dataregresi)
summary(model)
##
## Call:
## lm(formula = dataregresi$IPM ~ dataregresi$Tahun, data = dataregresi)
##
## Residuals:
## Min 1Q Median 3Q Max
## -0.32897 -0.14432 0.01181 0.18608 0.29711
##
## Coefficients:
## Estimate Std. Error t value Pr(>|t|)
## (Intercept) -781.81672 38.55893 -20.28 1.88e-09 ***
## dataregresi$Tahun 0.42451 0.01913 22.19 7.76e-10 ***
## ---
## Signif. codes: 0 '***' 0.001 '**' 0.01 '*' 0.05 '.' 0.1 ' ' 1
##
## Residual standard error: 0.2288 on 10 degrees of freedom
## Multiple R-squared: 0.9801, Adjusted R-squared: 0.9781
## F-statistic: 492.4 on 1 and 10 DF, p-value: 7.755e-10
Asumsi Gauss-Markov dari model regresi linear OLS (Ordinary Least Squares/Metode Kuadrat Terkecil):
Apabila asumsi-asumsi di atas dapat terpenuhi, maka metode OLS akan menghasilkan model BLUE (Best Linear Unbiased Estimator).
library(car)
## Loading required package: carData
qqPlot(model$residuals, main = "QQ plot residual")
## [1] 12 1
Secara eksporatif terlihat, residual model menyebar secara normal. Untuk memastikan lebih lanjut akan dilakukan uji formal saphiro wilk.
library(lmtest)
## Loading required package: zoo
##
## Attaching package: 'zoo'
## The following objects are masked from 'package:base':
##
## as.Date, as.Date.numeric
shapiro.test(model$residuals)
##
## Shapiro-Wilk normality test
##
## data: model$residuals
## W = 0.92644, p-value = 0.3439
Hipotesis:
H0 : Sisaan menyebar normal
H1 : Sisaan tidak menyebar normal
Berdasarkan uji Shapiro-Wilk didapatkan nilai p-value > 0.05, artinya tak tolak H0. Disimpulkan bahwa cukup bukti untuk mengatakan sisaan menyebar normal.
bptest(model)
##
## studentized Breusch-Pagan test
##
## data: model
## BP = 0.77447, df = 1, p-value = 0.3788
Hipotesis:
H0 : Ragam sisaan homogen
H1 : Ragam sisaan tidak homogen
Berdasarkan uji Breusch-Pagan, didapatkan nilai p-value > 0.05, artinya tak tolak H0. Disimpulkan bahwa cukup bukti untuk mengatakan ragam sisaan homogen pada taraf nyata 5%.
#sisaan dan fitted value
resi1<- residuals(model)
fit<- predict(model)
par(mfrow = c(1,2))
acf(resi1)
pacf(resi1)
library(lmtest)
dwtest(model)
##
## Durbin-Watson test
##
## data: model
## DW = 0.7724, p-value = 0.001426
## alternative hypothesis: true autocorrelation is greater than 0
Berdasarkan uji eksploratif ACF dan PACF terlihat nilai-nilai autokorelasi tidak ada yang melewati batas. Namun, dengan menggunakan uji formal durbin-watson didapatkan nilai p-value < 0.05, artinya model di atas mengandung autokorelasi yang cukup signifikan pada taraf nyata 5%.
library(orcutt)
modelco<-cochrane.orcutt(model,max.iter = 100)
modelco
## Cochrane-orcutt estimation for first order autocorrelation
##
## Call:
## lm(formula = dataregresi$IPM ~ dataregresi$Tahun, data = dataregresi)
##
## number of interaction: 76
## rho 0.651462
##
## Durbin-Watson statistic
## (original): 0.77240 , p-value: 1.426e-03
## (transformed): 1.94827 , p-value: 3.15e-01
##
## coefficients:
## (Intercept) dataregresi$Tahun
## -613.259516 0.340992
Dengan menggunakan estimasi cochrane-orcutt didapatkan rho sebesar 0.651462. dan terlihat nilai p-value durbin watson meningkat dari 0.001426 menjadi 0.315. Sehingga permasalahan autokorelasi sudah teratasi.
Rho yang didatkan dari metode Cochrane–Orcutt akan digunakan dalam metode Hildreth-Lu
library(HoRM)
## Registered S3 method overwritten by 'quantmod':
## method from
## as.zoo.data.frame zoo
modelhl<-hildreth.lu(dataregresi$IPM,dataregresi$Tahun,modelco$rho)
summary(modelhl)
##
## Call:
## lm(formula = y ~ x)
##
## Residuals:
## Min 1Q Median 3Q Max
## -0.210916 -0.128456 -0.008725 0.080172 0.291371
##
## Coefficients:
## Estimate Std. Error t value Pr(>|t|)
## (Intercept) -213.74430 30.20039 -7.078 5.81e-05 ***
## x 0.34099 0.04294 7.941 2.35e-05 ***
## ---
## Signif. codes: 0 '***' 0.001 '**' 0.01 '*' 0.05 '.' 0.1 ' ' 1
##
## Residual standard error: 0.157 on 9 degrees of freedom
## Multiple R-squared: 0.8751, Adjusted R-squared: 0.8612
## F-statistic: 63.06 on 1 and 9 DF, p-value: 2.348e-05
dwtest(modelhl)
##
## Durbin-Watson test
##
## data: modelhl
## DW = 1.9483, p-value = 0.315
## alternative hypothesis: true autocorrelation is greater than 0
Sama halnya menggunakan metode cochrane-orcutt p-value uji durbin-watson > 0.05. Sehingga permasalahan autokorelasi sudah teratasi.
Walaupun telah berhasil menangani permasalahan autokorelasi, model regresi hasil penanganan juga harus memenuhi asumsi lainnya. Asumsi yang akan diuji adalah normalitas menggunakan Shapiro-Wilkinson dan homoskedastisitas menggunakan uji Breush-Pagan.
shapiro.test(modelco$residuals)
##
## Shapiro-Wilk normality test
##
## data: modelco$residuals
## W = 0.83891, p-value = 0.02686
shapiro.test(modelhl$residuals)
##
## Shapiro-Wilk normality test
##
## data: modelhl$residuals
## W = 0.9624, p-value = 0.8012
Berdasarkan uji saphiro-wilk diatas model penanganangan menggunakan metode cochrane-orcutt memiliki p-value < 0.05. Sehingga sisaan menyebar tidak normal.
Sedangkan model penanganangan menggunakan metode Hildreth-Lu memiliki p-value > 0.05. Sehingga cukup bukti untuk mengatakan sisaan menyebar normal.
bptest(modelco)
##
## studentized Breusch-Pagan test
##
## data: modelco
## BP = 0.061351, df = 1, p-value = 0.8044
bptest(modelhl)
##
## studentized Breusch-Pagan test
##
## data: modelhl
## BP = 0.061351, df = 1, p-value = 0.8044
Untuk uji homoskedastis kedua model memiliki p-value > 0.05. Artinya cukup bukti untuk mengatakan ragam sisaan homogen pada taraf nyata 5%.
Setelah dilakukan uji asumsi Gauss-Markov didapatkan model terbaik yang akan digunakan adalah model penanganan Hildreth-Lu.
cat("y = ", coef(modelhl)[1]/(1-modelco$rho), "+", coef(modelhl)[2],"x", sep = "")
## y = -613.2595+0.3409918x
Didapatkan hasil persamaan Y= -613.2595 + 0.3409918X untuk model IPM Provinsi Kepulau Riau pada tahun 2010-2021.
Nilai -613.2595 menunjukkan besarnya nilai yang tidak dapat dijelaskan oleh model IPM Provinsi Kepualaun Riau pada tahun 2010-2021.
Nilai 0.3409918 menunjukkan bahwa setiap tahun besarnya kenaikan nilai IPM Provinsi Kepulauan Riau.