Universitas : UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jurusan : TEKNIK INFORMATIKA
Loop merupakan kode program yang berulang-ulang. Loop berguna saat kita ingin melakukan sebuah perintah yang perlu dijalankan berulang-ulang seperti melakukan perhitungan maupun melakukan visualisasi terhadap banyak variabel secara serentak. Hal ini tentu saja membantu kita karena kita tidak perlu menulis sejumlah sintaks berulang-ulang. Kita hanya perlu mengatur statement berdasarkan hasil yang kita harapkan.Pada R bentuk loop dapat bermacam-macam (“for loop”,“while loop”, dll). R menyederhanakan bentuk loop ini dengan menyediakan sejumlah fungsi seperti apply(),tapply(), dll. Sehingga loop jarang sekali muncul dalam kode R. Sehingga R sering disebut sebagai loopless loop.Secara sederhana diagram umum loop ditampilkan pada Gambar 4.1
Gambar 4.1: Diagram umum loop (sumber: Primartha, 2018).
Mengulangi sebuah statement atau sekelompok statement sebanyak nilai yang ditentukan di awal. Jadi operasi akan terus dilakukan sampai dengan jumlah yang telah ditetapkan di awal atau dengan kata lain tes kondisi (Jika jumlah pengulangan telah cukup) hanya akan dilakukan di akhir. Secara sederhana bentuk dari for loop dapat dituliskan sebagai berikut:
for (value in vector){
statements
}
Berikut adalah contoh sintaks penerapan for loop:
# Membuat vektor numerik
vektor <- c(1:5)
# loop
for(i in vektor){
print(i)
}
## [1] 1
## [1] 2
## [1] 3
## [1] 4
## [1] 5
Loop akan dimulai dari blok statement for sampai dengan print(i). Berdasarkan loop pada contoh tersebut, loop hanya dilakukan sebanyak 5 kali sesuai dengan jumlah vektor yang ada.
While loop merupakan loop yang digunakan ketika kita telah menetapkan stop condition sebelumnya. Blok statement/kode yang sama akan terus dijalankan sampai stop condition ini tercapai. Stop condition akan di cek sebelum melakukan proses loop. Berikut adalah pola dari while loop dapat dituliskan sebagai berikut:
while (test_expression){
statement
}
Berikut adalah contoh penerapan dari while loop:
coba <- c("Contoh")
counter <- 1
# loop
while (counter<5){
# print vektor
print(coba)
# tambahkan nilai counter sehingga proses terus berlangsung sampai counter = 5
counter <- counter + 1
}
## [1] "Contoh"
## [1] "Contoh"
## [1] "Contoh"
## [1] "Contoh"
Loop akan dimulai dari blok statement while sampai dengan counter <- 1. Loop hanya akan dilakukan sepanjang nilai counter < 5.
Repeat loop akan menjalankan statement/kode yang sama berulang-ulang hingga stop condition tercapai. Berikut adalah pola dari repeat loop.
repeat {
commands
if(condition){
break
}
}
Berikut adalah contoh penerapan dari repeat loop:
coba <- c("contoh")
counter <- 1
repeat {
print(coba)
counter <- counter + 1
if(counter < 5){
break
}
}
## [1] "contoh"
Loop akan dimulai dari blok statement while sampai dengan break. Loop hanya akan dilakukan sepanjang nilai counter < 5. Hasil yang diperoleh berbeda dengan while loop, dimana kita memperoleh 4 buah kata “contoh”. Hal ini disebabkan karena repeat loop melakukan pengecekan stop condition tidak di awal loop seperti while loop sehingga berapapun nilainya, selama nilainya sesuai dengan stop condition maka loop akan dihentikan. Hal ini berbeda dengan while loop dimana proses dilakukan berulang-ulang sampai jumlahnya mendekati stop condition.
Break sebenarnya bukan bagian dari loop, namun sering digunakan dalam loop. Break dapat digunakan pada loop manakala dirasa perlu, yaitu saat kondisi yang disyaratkan pada break tercapai.
Berikut adalah contoh penerapan break pada beberapa jenis loop.
# for loop
a = c(2,4,6,8,10,12,14)
for(i in a){
if(i>8){
break
}
print(i)
}
## [1] 2
## [1] 4
## [1] 6
## [1] 8
# while loop
a = 2
b = 4
while(a<7){
print(a)
a = a +1
if(b+a>10){
break
}
}
## [1] 2
## [1] 3
## [1] 4
## [1] 5
## [1] 6
# repeat loop
a = 1
repeat{
print(a)
a = a+1
if(a>6){
break
}
}
## [1] 1
## [1] 2
## [1] 3
## [1] 4
## [1] 5
## [1] 6
Penggunaan loop sangat membantu kita dalam melakukan proses perhitungan berulang. Namun, metode ini tidak cukup ringkas dalam penerapannya dan perlu penulisan sintaks yang cukup panjang untuk menyelesaikan sebuah kasus yang kita inginkan. Berikut adalah sebuah sintaks yang digunakan untuk menghitung nilai mean pada suatu dataset:
# subset data iris
sub_iris <- iris[,-5]
# membuat vektor untuk menyimpan hasil loop
a <- rep(NA,4)
# loop
for(i in 1:length(sub_iris)){
a[i]<-mean(sub_iris[,i])
}
# print
a
## [1] 5.843333 3.057333 3.758000 1.199333
class(a) # cek kelas objek
## [1] "numeric"
Metode alternatif lain untuk melakukan loop suatu fungsi adalah dengan menggunakan Apply function family. Metode ini memungkinkan kita untuk melakukan loop suatu fungsi tanpa perlu menuliskan sintaks loop. Berikut adalah beberapa fungsi dari apply family yang nantinya akan sering kita gunakan:
apply(): fungsi generik yang mengaplikasikan fungsi kepada kolom atau baris pada matriks atau secara lebih general aplikasi dilakukan pada dimensi untuk jenis data array.
lapply(): fungsi apply yang bekerja pada jenis data list dan memberikan output berupa list juga.
sapply(): bentuk sederhana dari lapply yang menghasilkan output berupa matriks atau vektor.
vapply(): disebut juga verified apply (memungkinkan untuk menghasilkan output dengan jenis data yang telah ditentukan sebelumnya).
tapply(): tagged apply dimana dimana tag menentukan subset dari data.
Fungsi apply() bekerja dengan jenis data matrik atau array (jenis data homogen). Kita dapat melakukan spesifikasi apakah suatu fungsi hanya akan bekerja pada kolom saja, baris saja atau keduanya. Format fungsi ini adalah sebagai berikut:
apply(X, MARGIN, FUN, ...)
Catatan:
X: matriks atau array
MARGIN: menentukan bagaimana fungsi bekerja terhadap matriks atau array. Jika nilai yang diinputkan 1, maka fungsi akan bekerja pada masing-masing baris pada matriks. Jika nilainya 2, maka fungsi akan bekerja pada tiap kolom pada matriks.
FUN: fungsi yang akan digunakan. Fungsi yang dapat digunakan dapat berupa fungsi dasar matematika atau statistika, serta user define function.
…: opsional argumen pada fungsi yang digunakan.
## membuat matriks
x <- cbind(x1 = 3, x2 = c(4:1, 2:5))
x # print
## x1 x2
## [1,] 3 4
## [2,] 3 3
## [3,] 3 2
## [4,] 3 1
## [5,] 3 2
## [6,] 3 3
## [7,] 3 4
## [8,] 3 5
class(x) # cek kelas objek
## [1] "matrix" "array"
## menghitung mean masing-masing kolom
apply(x, MARGIN=2 ,FUN=mean, trim=0.2, na.rm=TRUE)
## x1 x2
## 3 3
## menghitung range pada masing-masing baris
## menggunakan user define function
apply(x, MARGIN=1,
FUN=function(x){
max(x)-min(x)
})
## [1] 1 0 1 2 1 0 1 2
Fungsi ini melakukan loop fungsi terhadap input data berupa list. Output yang dihasilkan juga merupakan list dengan panjang list yang sama dengan yang diinputkan. Format yang digunakan adalah sebagai berikut:
lapply(X, FUN, ...)
Catatan:
X: vektor, data frame atau list
FUN: fungsi yang akan digunakan. Fungsi yang dapat digunakan dapat berupa fungsi dasar matematika atau statistika, serta user define function. Subset juga dimungkinkan pada fungsi ini.
…: opsional argumen pada fungsi yang digunakan.
Berikut adalah contoh penerapan fungsi lapply:
## Membuat list
x <- list(a = 1:10, beta = exp(-3:3), logic = c(TRUE,FALSE,FALSE,TRUE))
x # print
## $a
## [1] 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
##
## $beta
## [1] 0.04978707 0.13533528 0.36787944 1.00000000 2.71828183 7.38905610
## [7] 20.08553692
##
## $logic
## [1] TRUE FALSE FALSE TRUE
class(x) # cek kelas objek
## [1] "list"
## Menghitung nilai mean pada masing-masing baris lits
lapply(x, FUN=mean)
## $a
## [1] 5.5
##
## $beta
## [1] 4.535125
##
## $logic
## [1] 0.5
## Menghitung mean tiap kolom dataset iris
lapply(iris, FUN=mean)
## Warning in mean.default(X[[i]], ...): argument is not numeric or logical:
## returning NA
## $Sepal.Length
## [1] 5.843333
##
## $Sepal.Width
## [1] 3.057333
##
## $Petal.Length
## [1] 3.758
##
## $Petal.Width
## [1] 1.199333
##
## $Species
## [1] NA
## Mengalikan elemen vektor dengan suatu nilai
y <- c(1:5)
lapply(y, FUN=function(x){x*5})
## [[1]]
## [1] 5
##
## [[2]]
## [1] 10
##
## [[3]]
## [1] 15
##
## [[4]]
## [1] 20
##
## [[5]]
## [1] 25
## Mengubah output menjadi vektor
unlist(lapply(y, FUN=function(x){x*5}))
## [1] 5 10 15 20 25
Fungsi sapply() merupakan bentuk lain dari fungsi lapply(). Perbedaanya terletak pada output default yang dihasilkan. Secara default sapply() menerima input utama berupa list (dapat pula dataframe atau vektor), namun tidak seperti lapply() jenis data output yang dihasilkan adalah vektor. Untuk mengubah output menjadi list perlu argumen tambahan berupa simplify=FALSE. Format fungsi tersebut adalah sebagai berikut:
sapply(X, FUN, ..., simplify = TRUE, USE.NAMES = TRUE)
Catatan:
X: vektor, data frame atau list
FUN: fungsi yang akan digunakan. Fungsi yang dapat digunakan dapat berupa fungsi dasar matematika atau statistika, serta user define function. Subset juga dimungkinkan pada fungsi ini.
…: opsional argumen pada fungsi yang digunakan.
simplify: logical. Jika nilainya
TRUEmaka output yang dihasilkan adalah bentuk sederhana dari vektor, matrix atau array.USE.NAMES: jika list memiliki nama pada setiap elemennya, maka nama elemen tersebut akan secara default ditampilkan
## membuat list
x <- list(a = 1:10, beta = exp(-3:3), logic = c(TRUE,FALSE,FALSE,TRUE))
## menghitung nilai mean setiap elemen
sapply(x, FUN=mean)
## a beta logic
## 5.500000 4.535125 0.500000
## menghitung nilai mean dengan output list
sapply(x, FUN=mean, simplify=FALSE)
## $a
## [1] 5.5
##
## $beta
## [1] 4.535125
##
## $logic
## [1] 0.5
## summary objek dataframe
sapply(mtcars, FUN=summary)
## mpg cyl disp hp drat wt qsec vs
## Min. 10.40000 4.0000 71.1000 52.0000 2.760000 1.51300 14.50000 0.0000
## 1st Qu. 15.42500 4.0000 120.8250 96.5000 3.080000 2.58125 16.89250 0.0000
## Median 19.20000 6.0000 196.3000 123.0000 3.695000 3.32500 17.71000 0.0000
## Mean 20.09062 6.1875 230.7219 146.6875 3.596563 3.21725 17.84875 0.4375
## 3rd Qu. 22.80000 8.0000 326.0000 180.0000 3.920000 3.61000 18.90000 1.0000
## Max. 33.90000 8.0000 472.0000 335.0000 4.930000 5.42400 22.90000 1.0000
## am gear carb
## Min. 0.00000 3.0000 1.0000
## 1st Qu. 0.00000 3.0000 2.0000
## Median 0.00000 4.0000 2.0000
## Mean 0.40625 3.6875 2.8125
## 3rd Qu. 1.00000 4.0000 4.0000
## Max. 1.00000 5.0000 8.0000
## summary objek list
a <- list(mobil=mtcars, anggrek=iris)
sapply(a, FUN=summary)
## $mobil
## mpg cyl disp hp
## Min. :10.40 Min. :4.000 Min. : 71.1 Min. : 52.0
## 1st Qu.:15.43 1st Qu.:4.000 1st Qu.:120.8 1st Qu.: 96.5
## Median :19.20 Median :6.000 Median :196.3 Median :123.0
## Mean :20.09 Mean :6.188 Mean :230.7 Mean :146.7
## 3rd Qu.:22.80 3rd Qu.:8.000 3rd Qu.:326.0 3rd Qu.:180.0
## Max. :33.90 Max. :8.000 Max. :472.0 Max. :335.0
## drat wt qsec vs
## Min. :2.760 Min. :1.513 Min. :14.50 Min. :0.0000
## 1st Qu.:3.080 1st Qu.:2.581 1st Qu.:16.89 1st Qu.:0.0000
## Median :3.695 Median :3.325 Median :17.71 Median :0.0000
## Mean :3.597 Mean :3.217 Mean :17.85 Mean :0.4375
## 3rd Qu.:3.920 3rd Qu.:3.610 3rd Qu.:18.90 3rd Qu.:1.0000
## Max. :4.930 Max. :5.424 Max. :22.90 Max. :1.0000
## am gear carb
## Min. :0.0000 Min. :3.000 Min. :1.000
## 1st Qu.:0.0000 1st Qu.:3.000 1st Qu.:2.000
## Median :0.0000 Median :4.000 Median :2.000
## Mean :0.4062 Mean :3.688 Mean :2.812
## 3rd Qu.:1.0000 3rd Qu.:4.000 3rd Qu.:4.000
## Max. :1.0000 Max. :5.000 Max. :8.000
##
## $anggrek
## Sepal.Length Sepal.Width Petal.Length Petal.Width
## Min. :4.300 Min. :2.000 Min. :1.000 Min. :0.100
## 1st Qu.:5.100 1st Qu.:2.800 1st Qu.:1.600 1st Qu.:0.300
## Median :5.800 Median :3.000 Median :4.350 Median :1.300
## Mean :5.843 Mean :3.057 Mean :3.758 Mean :1.199
## 3rd Qu.:6.400 3rd Qu.:3.300 3rd Qu.:5.100 3rd Qu.:1.800
## Max. :7.900 Max. :4.400 Max. :6.900 Max. :2.500
## Species
## setosa :50
## versicolor:50
## virginica :50
##
##
##
Funsgi ini merupakan bentuk lain dari sapply(). Bedanya secara kecepatan proses fungsi ini lebih cepat dari sapply(). Hal yang menarik dari fungsi ini kita dapat menambahkan argumen FUN.VALUE. pada argumen ini kita memasukkan vektor berupa output fungsi yang diinginkan. Perbedaan lainnya adalah output yang dihasilkan hanya berupa matriks atau array. Format dari fungsi ini adalah sebagai berikut:
vapply(X, FUN, FUN.VALUE, ..., USE.NAMES = TRUE)
Catatan:
X: vektor, data frame atau list
FUN: fungsi yang akan digunakan. Fungsi yang dapat digunakan dapat berupa fungsi dasar matematika atau statistika, serta user define function. Subset juga dimungkinkan pada fungsi ini.
FUN.VALUE: vektor, template dari return value FUN.
…: opsional argumen pada fungsi yang digunakan.
USE.NAMES: jika list memiliki nama pada setiap elemennya, maka nama elemen tersebut akan secara default ditampilkan.
Berikut adalah contoh penerapannya:
## membuat list
x <- sapply(3:9, seq)
x # print
## [[1]]
## [1] 1 2 3
##
## [[2]]
## [1] 1 2 3 4
##
## [[3]]
## [1] 1 2 3 4 5
##
## [[4]]
## [1] 1 2 3 4 5 6
##
## [[5]]
## [1] 1 2 3 4 5 6 7
##
## [[6]]
## [1] 1 2 3 4 5 6 7 8
##
## [[7]]
## [1] 1 2 3 4 5 6 7 8 9
## membuat ringkasan data pada tiap elemen list
vapply(x, fivenum,
c(Min. = 0, "1st Qu." = 0,
Median = 0, "3rd Qu." = 0, Max. = 0))
## [,1] [,2] [,3] [,4] [,5] [,6] [,7]
## Min. 1.0 1.0 1 1.0 1.0 1.0 1
## 1st Qu. 1.5 1.5 2 2.0 2.5 2.5 3
## Median 2.0 2.5 3 3.5 4.0 4.5 5
## 3rd Qu. 2.5 3.5 4 5.0 5.5 6.5 7
## Max. 3.0 4.0 5 6.0 7.0 8.0 9
## membuat ringkasan data pada tiap kolom dataframe
vapply(mtcars, summary,
c(Min. = 0, "1st Qu." = 0,
Median = 0, "3rd Qu." = 0, Max. = 0, Mean=0))
## mpg cyl disp hp drat wt qsec vs
## Min. 10.40000 4.0000 71.1000 52.0000 2.760000 1.51300 14.50000 0.0000
## 1st Qu. 15.42500 4.0000 120.8250 96.5000 3.080000 2.58125 16.89250 0.0000
## Median 19.20000 6.0000 196.3000 123.0000 3.695000 3.32500 17.71000 0.0000
## 3rd Qu. 20.09062 6.1875 230.7219 146.6875 3.596563 3.21725 17.84875 0.4375
## Max. 22.80000 8.0000 326.0000 180.0000 3.920000 3.61000 18.90000 1.0000
## Mean 33.90000 8.0000 472.0000 335.0000 4.930000 5.42400 22.90000 1.0000
## am gear carb
## Min. 0.00000 3.0000 1.0000
## 1st Qu. 0.00000 3.0000 2.0000
## Median 0.00000 4.0000 2.0000
## 3rd Qu. 0.40625 3.6875 2.8125
## Max. 1.00000 4.0000 4.0000
## Mean 1.00000 5.0000 8.0000
Fungsi ini sangat berguna jika pembaca ingin menghitung suatu nilai misalnya mean berdasarkan grup data atau factor. Format fungsi ini adalah sebagi berikut:
tapply(X, INDEX, FUN = NULL, ..., simplify = TRUE)
Catatan :
X: vektor, data frame atau list
INDEX: list satu atau beberapa factor yang memiliki panjang sama dengan X.
FUN: fungsi yang akan digunakan. Fungsi yang dapat digunakan dapat berupa fungsi dasar matematika atau statistika, serta user define function. Subset juga dimungkinkan pada fungsi ini.
…: opsional argumen pada fungsi yang digunakan.
simplify: logical. Jika nilainya TRUE maka output yang dihasilkan adalah bentuk skalar.
Berikut adalah contoh penerapannya:
## membuat tabel frekuensi
groups <- as.factor(rbinom(32, n = 5, prob = 0.4))
tapply(groups, groups, length)
## 10 16 17
## 2 2 1
# atau
table(groups)
## groups
## 10 16 17
## 2 2 1
## membuat tabel kontingensi
# menghitung jumlah breaks berdasarkan faktor jenis wool
# dan tensi level
tapply(X=warpbreaks$breaks, INDEX=warpbreaks[,-1], FUN=sum)
## tension
## wool L M H
## A 401 216 221
## B 254 259 169
# menghitung mean panjang gigi babi hutan berdasarkan
# jenis suplemen dan dosisnya
tapply(ToothGrowth$len, ToothGrowth[,-1], mean)
## dose
## supp 0.5 1 2
## OJ 13.23 22.70 26.06
## VC 7.98 16.77 26.14
# menghitung mpg minimum berdasarkan jumlah silinder pada mobil
tapply(mtcars$mpg, mtcars$cyl, min, simplify=FALSE)
## $`4`
## [1] 21.4
##
## $`6`
## [1] 17.8
##
## $`8`
## [1] 10.4
Decicion Making atau sering disebut sebagai if then else statement merupakan bentuk percabagan yang digunakan manakala kita ingin agar program dapat melakukan pengujian terhadap syarat kondisi tertentu.
| Statement | Keterangan |
|---|---|
| if statement | if statement hanya terdiri atas sebuah ekspresi Boolean, dan diikuti satu atau lebih statement |
| if…else statement | if else statement terdiri atas beberapa buah ekspresi Boolean. Ekspressi Boolean berikutnya akan dijalankan jika ekspresi *Boolan sebelumnya bernilai FALSE |
| switch statement | switch statement digunakan untuk mengevaluasi sebuah variabel beberapa pilihan |
Pola if statement disajikan pada Gambar 4.2
Gambar 4.2: Diagram if statement (sumber: Primartha, 2018).
Berikut adalah contoh penerapan if statement:
x <- c(1:5)
if(is.vector(x)){
print("x adalah sebuah vector")
}
## [1] "x adalah sebuah vector"
Pola dari if else statement disajikan pada Gambar 4.3
Berikut adalah contoh penerapan if else statement:
x <- c("Andi","Iwan", "Adi")
if("Rina" %in% x){
print("Rina ditemukan")
} else if("Adi" %in% x){
print("Adi ditemukan")
} else{
print("tidak ada yang ditemukan")
}
## [1] "Adi ditemukan"
Pola dari switch statement disajikan pada Gambar 4.4 Berikut adalah contoh penerapan switch statement:
y = 3
x = switch(
y,
"Selamat Pagi",
"Selamat Siang",
"Selamat Sore",
"Selamat Malam"
)
print(x)
## [1] "Selamat Sore"
Fungsi merupakan sekumpulan instruksi atau statement yang dapat melakukan tugas khusus. Sebagai contoh fungsi perkalian untuk menyelesaikan operasi perkalian, fungsi pemangkatan hanya untuk operasi pemangkatan, dll.
Pada R terdapat 2 jenis fungsi, yaitu: build in fuction dan user define function. build in fnction merupakan fungsi bawaan R saat pertama kita menginstall R. Contohnya adalah mean(), sum(), ls(), rm(), dll. Sedangkan user define fuction merupakan fungsi-fungsi yang dibuat sendiri oleh pengguna.
Fungsi-fungsi buatan pengguna haruslah dideklarasikan (dibuat) terlebih dahulu sebelum dapat dijalankan. Pola pembentukan fungsi adalah sebagai berikut:
function_name <- function(argument_1, argument_2, ...){
function body
}
Catatan:
function_name : Nama dari fungsi R. R akan menyimpan fungsi tersebut sebagai objek
argument_1, argument_2, … : Argument bersifat opsional (tidak wajib). Argument dapat digunakan untuk memberi inputan kepada fungsi
function body : Merupakan inti dari fungsi. Fuction body dapat terdiri atas 0 statement (kosong) hingga banyak statement.
return : Fungsi ada yang memiliki output atau return value ada juga yang tidak. Jika fungsi memiliki return value maka return value dapat diproses lebih lanjut
Berikut adalah contoh penerapan user define function:
# Fungsi tanpa argument
bilang <- function(){
print("Hello World!!")
}
# Print
bilang()
## [1] "Hello World!!"
# Fungsi dengan argumen
tambah <- function(a,b){
print(a+b)
}
# Print
tambah(5,3)
## [1] 8
# Fungsi dengan return value
kali <- function(a,b){
return(a*b)
}
# Print
kali(4,3)
## [1] 12
Sering kali fungsi atau sintaks yang kita tulis menghasilkan error sehingga output yang kita harapkan tidak terjadi. Debugging merupakan langkah untuk mengecek error yang terjadi. Untuk lebih memahami proses debugging, berikut penulis sajikan contoh error pada suatu fungsi dapat terjadi:
f1 <- function(x){
xsq <- x^2
xsqminus4 <- xsq - 4
print(xsqminus4)
log(xsqminus4-4)
}
f1(6:1)
## [1] 32 21 12 5 0 -3
## Warning in log(xsqminus4 - 4): NaNs produced
## [1] 3.332205 2.833213 2.079442 0.000000 NaN NaN
Untuk mengecek error yang terjadi dari sintaks tersebut, kita dapat menggunakan fungsi debug(). Pembaca tinggal memasukkan nama fungsi kedalam fungsi debug(). Fungsi tersebut akan secara otomatis akan menampilkan hasil samping dari pengaplikasian fungsi f1() untuk melihat sumber atau tahapan dimana error mulai muncul.
debug(f1)
f1(1:6)
## debugging in: f1(1:6)
## debug at <text>#1: {
## xsq <- x^2
## xsqminus4 <- xsq - 4
## print(xsqminus4)
## log(xsqminus4 - 4)
## }
## debug at <text>#2: xsq <- x^2
## debug at <text>#3: xsqminus4 <- xsq - 4
## debug at <text>#4: print(xsqminus4)
## [1] -3 0 5 12 21 32
## debug at <text>#5: log(xsqminus4 - 4)
## Warning in log(xsqminus4 - 4): NaNs produced
## exiting from: f1(1:6)
## [1] NaN NaN 0.000000 2.079442 2.833213 3.332205
Berdasarkan hasil debugging, NaN (missing value) muncul pada tahapan debug ke-4 (pembaca dapat melakukan enter terus menerus sampai proses debug selesai). Hal ini disebabkan karena terdapat nilai negatif pada objek xsqminu4-4 yang selanjutnya dilakukan transformasi logaritmik. Untuk menghentikan proses debugging pembaca dapat mengetikkan undebug(f1).