Prodi : Teknik Informatika

Lembaga : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Vektor dan matriks

Pada chapter ini, penulis akan menambahkan operasi-operasi lain yang dapat dilakukan pada vektor dan matriks. Dasar-dasar operasi ini selanjutnya akan digunakan sebagai dasar menyusun algoritma penyelesaian sistem persamaan linier.

Operasi Vektor

Misalkan saja diberikan vektor uu dan vv yang ditunjukkan pada Persamaan (6.1).

Jika kita menambahkan atau mengurangkan nilai elemen vektor dengan suatu skalar (konstanta yang hanya memiliki besaran), maka operasi penjumlahan/pengurangan akan dilakukan pada setiap elemen vektor.

Jika kita melakukan penjumlahan pada vektor \(u\) dan \(v\), maka operasi akan terjadi pada masing-masing elemen dengan indeks yang sama.

Untuk lebih memahami operasi tersebut, berikut penulis berikan contoh penerapannya pada R:

u <- seq(1,5)
v <- seq(6,10)

# penjumlahan
u+v

## [1]  7  9 11 13 15

# penguranga
u-v

## [1] -5 -5 -5 -5 -5

Bagaimana jika kita melakukan operasi dua vektor, dimaana salah satu vektor memiliki penjang yang berbeda?. Untuk memnjawab hal tersebut, perhatikan sintaks berikut:

x <- seq(1,2)
u+x

## Warning in u + x: longer object length is not a
## multiple of shorter object length

## [1] 2 4 4 6 6

Berdasarkan contoh tersebut, R akan mengeluarkan peringatan yang menunjukkan operasi dilakukan pada vektor dengan panjang berbeda. R akan tetap melakukan perhitungan dengan menjumlahkan kembali vektor uu yang belum dijumlahkan dengan vektor \(x\) sampai seluruh elemen vektor \(u\) dilakukan operasi penjumlahan.

Operasi lain yang dapat dilakukan pada vektor adalah menghitung inner product dan panjang vektor. Inner product dihitung menggunakan Persamaan (6.4).

Panjang vektor atau vektor yang telah dinormalisasi dihitung menggunakan Persamaan (6.5)

Berikut adalah contoh bagaimana cara menghitung inner product dan panjang vektor menggunakan R:

# inner product
u%*%v

##      [,1]
## [1,]  130

# panjang vektor u
sqrt(sum(u*u))

## [1] 7.416

Operasi matriks

Misalkan kita memiliki 2 buah matriks \(A\) dan \(B\).

Jika salah satu matriks tersebut dijumlahkan atau dikurangkan dengan skalar.

Jika kedua matriks \(A\) dan \(B\) saling dijumlahkan atau dikurangkan. Perlu diperhatikan bahwa penjumlahan dua buah matriks hanya dapat dilakukan pada matriks dengan ukuran yang seragam.

Untuk lebih memahaminya, berikut disajikan contoh operasi penjumlahan pada matriks:

A <- matrix(1:9,3)
B <- matrix(10:18,3)
C <- matrix(1:6,3)

# penjumlahan dengan skalar
A+1

##      [,1] [,2] [,3]
## [1,]    2    5    8
## [2,]    3    6    9
## [3,]    4    7   10

# penjumlahan A+B
A+B

##      [,1] [,2] [,3]
## [1,]   11   17   23
## [2,]   13   19   25
## [3,]   15   21   27

# penjumlahan
A+C

Operasi pehitungan lain yang penting pada matriks adalah operasi perkalian matriks. Perlu diperhatikan bahwa untuk perkalian matriks, jumlah kolom matriks sebelah kiri harus sama dengan jumlah baris pada matriks sebelah kanan. Perkalian antara dua matriks disajikan pada Persamaan (6.9).

Pada R perkalian matriks dilakukan menggunakan operator %*%. Berikut adalah contoh perkalian matriks pada R:

# Perkalian matriks
A%*%B

##      [,1] [,2] [,3]
## [1,]  138  174  210
## [2,]  171  216  261
## [3,]  204  258  312