Pada Chapter 2.7 dan Chapter 2.8 telah dijelaskan sekilas bagaimana cara melakukan operasi pada vektor dan matriks. Pada chapter ini, penulis akan menambahkan operasi-operasi lain yang dapat dilakukan pada vektor dan matriks. Dasar-dasar operasi ini selanjutnya akan digunakan sebagai dasar menyusun algoritma penyelesaian sistem persamaan linier.
Misalkan saja diberikan vektor uu dan vv yang ditunjukkan pada Persamaan (6.1).
Untuk lebih memahami operasi tersebut, berikut penulis berikan contoh penerapannya pada R
:
u <- seq(1,5)
v <- seq(6,10)
# penjumlahan
u+v
## [1] 7 9 11 13 15
# pengurangan
u-v
## [1] -5 -5 -5 -5 -5
Bagaimana jika kita melakukan operasi dua vektor, dimaana salah satu vektor memiliki penjang yang berbeda?. Untuk memnjawab hal tersebut, perhatikan sintaks berikut:
x <- seq(1,2)
u+x
## Warning in u + x: longer object length is not a
## multiple of shorter object length
## [1] 2 4 4 6 6
Untuk lebih memahaminya, berikut disajikan contoh operasi penjumlahan pada matriks:
A <- matrix(1:9,3)
B <- matrix(10:18,3)
C <- matrix(1:6,3)
# penjumlahan dengan skalar
A+1
## [,1] [,2] [,3]
## [1,] 2 5 8
## [2,] 3 6 9
## [3,] 4 7 10
# penjumlahan A+B
A+B
## [,1] [,2] [,3]
## [1,] 11 17 23
## [2,] 13 19 25
## [3,] 15 21 27
# penjumlahan
A+C
Operasi pehitungan lain yang penting pada matriks adalah operasi perkalian matriks. Perlu diperhatikan bahwa untuk perkalian matriks, jumlah kolom matriks sebelah kiri harus sama dengan jumlah baris pada matriks sebelah kanan. Perkalian antara dua matriks disajikan pada Persamaan (6.9).
Am.n×Bn.r=ABm.r(6.9)(6.9)Am.n×Bn.r=ABm.r
Pada R
perkalian matriks dilakukan menggunakan operator %*%
. Berikut adalah contoh perkalian matriks pada R
:
# Perkalian matriks
A%*%B
## [,1] [,2] [,3]
## [1,] 138 174 210
## [2,] 171 216 261
## [3,] 204 258 312