Hai, kenalkan saya Salomo. Pada kesempatan ini saya akan mencoba untuk menganalisis data pribadi saya yang sudah saya download dari Facebook. Facebook memberikan kesempatan kepada para penggunanya untuk dapat mendownload data mereka mulai dari mereka bergabung di Facebook. Tentu hal tersebut akan menjadi sesuatu yang menarik untuk dianalisis. Kita bisa melihat interaksi-interaksi yang sudah kita lakukan dari awal dulu hingga sekarang. Jadi silahkan siapkan cemilan untuk melihat kecenderungan-kecenderungan saya dalam menggunakan Facebook.

Friends

Zucc pertama kali membuat Facebook sebagai sebuah wadah perkenalan atau pertemanan di Ivy League, jadi untuk analisis pertama yang akan saya lakukan adalah pertemanan (friends)
## [1] 1127    3

Berdasarkan data di atas, saya memiliki 1127 teman (entah beneran saya kenal atau enggak) dan variabel-variabel yang berisi nama teman-teman saya dan kapan saya menjadi teman. Diurut berdasarkan siapa yang paling baru menjadi teman saya di Facebook.

Jika melihat data di atas, apa yang bisa kita analisis?

Jadi sebenarnya saya sangat aktif berteman pada tahun 2009 selang setahun sejak awal saya menggunakan Facebook. Pada tahun 2008 dunia sosial media masih dikuasai oleh Friendster yang pada saat itu sangat menguasai pasar karena menawarkan beberapa fitur yang salah satunya yang saya sukai adalah bisa diedit CSSnya sesuai keinginan usernya. Akan tetapi Facebook yang lebih menitikberatkan kepada perilaku berjejaring sepertinya tidak mau mengikuti trend itu dan lebih memilih sebuah fitur yang sangat keren pada masa itu. Tag foto.

Tahun 2009 jika dilihat dari akun milik saya memang Facebook sedang dalam masa jayanya. Mulai dari tag foto sampai adanya game yang memungkinkan kita berinteraksi dengan orang lain dalam dunia permainan yang disediakan oleh Facebook. Saya ingat saat itu saya add saja banyak orang karena ada sebuah game yang mengharuskan seperti itu agar bisa menang wkwkwkwk.

Penurunan drastis pada tahun 2011, seingat saya pada saat itu para pengguna Facebook sudah dapat abuse fitur tag foto Facebook. Sebagian besar jualan dengan men-tag teman-temannya dan tentu saja banyak yang risih pada saat itu. Pada saat itu setiap orang bisa tag siapa saja dan siapa orang bisa ditag oleh siapa pun, belum ada pengaturan privacy seperti sekarang ini. Hal tersebut yang sempat membuat saya mengurangi aktivitas di Facebook.

Reactions

Facebook berangkat dari sebuah fitur “Like” yang membuat para penggunanya bisa “ngode” ke pengguna lain (banyak loh cerita sukses pernikahan yang diawali dari saling balas Like). Akan tetapi tahun 2015 Facebook mengenalkan beberapa reaction lainnya selain Like yang memungkinkan membuat para penggunanya lebih ekspresif. Mari kita lihat apa saja reaction yang sudah pernah saya buat selama saya bergabung dengan Facebook.

## [1] 3638    6

Selama saya menggunakan Facebook saya sudah melakukan 3638 reaction kepada berbagai macam postingan. Jika dibandingkan dengan jumlah teman saya sebanyak 1127, maka jika dibagi rata saya telah membagikan reaction sekitar 3-4 kali ke masing-masing teman saya. Hmmmm cukup pelit ya wkwkwkwk

APA ITU??!! saya sangat aktif di tahun 2020!! apa yang terjadi?
Ini sepertinya terjadi karena tahun 2020 adalah awal mula pandemi COVID19 menyerang Indonesia, pada tahun ini saya diwajibkan untuk WFH. Nah memang jeleknya WFH ini selain saya susah dikontrol oleh bos saya (peace Mas), saya juga susah untuk mengontrol diri saya sendiri wkwkwkwkwk. Kegabutan hakiki yang menyerang membuat saya harus mencari pelampiasan. Dan ya! Facebook!

Yuk kita lihat apa yang terjadi dengan diri saya di 2020

Nah kelihatan kan memang awal-awal pandemi membuat saya lebih aktif di sosial media. Grafik menunjukkan banyaknya aktifitas reaction mulai Maret hingga Juni. Hal tersebut sangat pas dengan periode WFH saya. Sudah bisa dibayangkan kan, bangun pagi langsung lihat handphone, lihat postingan temen yang sejalan dan sejiwa dan sama selera humornya, awto react gaes

Lalu bisa tidak ya saya mengetahui siapa-siapa saja yang postingannya sering saya react? Tentu saja bisa!

Uni Pewee menduduki peringkat atas karena memang sesuai dengan julukan beliau “Ratu Meme”, beliau sangat konsisten untuk membagikan meme-meme yang sering membahagiakan pengikut-pengikutnya. Giovanni Rahthino adalah teman saya yang suka membagikan hal-hal satir dan kadang receh (makanya saya angry). Saudara Vian sering membagikan postingan yang dark dan heartwarming, memang saya selalu bisa 1 frekuensi sama orang ini. Untuk minta maaf terbanyak kepada Om Will, ya gimana ya kan dia orang tua kita harus sering minta maaf karena banyak salah wkwkwkwk.

Comments

Wordcloud di atas adalah kumpulan dari kata-kata yang sering digunakan baik oleh saya maupun teman-teman saya untuk berkomentar. Tidak ada kata-kata yang berat, sebagian besar adalah kata-kata yang digunakan dalam bahasa sehari-hari. Tidak ada tendensi politik terlarang di corpus kehidupan bermediasosial saya, jadi sepertinya saya akan aman-aman saja kalau nanti saya mencalonkan diri menjadi presiden.

Penutup

Sebenarnya masih banyak dari data pribadi saya yang bisa dianalisis, akan tetapi karena alasan kemalasan saya hanya menyediakan ini saja (dan sepertinya terlalu panjang untuk mengetahui kecenderungan bermedia sosial saya, ya… dan tidak penting).

Di dalam paket data yang dapat kita unduh dari Facebook banyak sekali jenis data yang bisa kita eksplorasi, bukan hanya JSON yang cenderung tabular saja tetapi foto-foto yang pernah kita unggah dan foto-foto yang pernah tag kita yang bisa digunakan untuk profiling kepribadian seseorang (micro expression, micro gesture dll). Belum data location yang memberitahu kemana saja kita pergi, yang sangat bisa dimanfaatkan untuk mengetahui spending saya tiap tahun atau tiap bulan dan nanti ujung-ujungnya ketahuan income saya berapa.

Nah di era yang semakin maju ini seharusnya kita semakin aware akan apa yang kita share karena nantinya akan kembali menyerang kita. Seorang amatir seperti saya saja bisa dengan mudah membuat profiling seseorang berdasarkan sosial media, bagaimana jika data-data ini jatuh ke tangan expert? Well sebenarnya data kita sudah diabuse kok, tapi mulai sekarang bijaklah berinternet secara umumnya dan bijak bersosial media secara khususnya.

Kehidupan kita sudah habis-habisan dijadikan komoditas isu SARA, jangan sampai data digital kita juga diabuse untuk merugikan kita kembali.

Saya Salomo undur diri, sampai ketemu di analisis-analisis lainnya.

Terima Kasih