Analisis Perilaku Pengobatan Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Barat 2019

Klik Disini Untuk Menuju Rpubs

Pendahuluan

Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting, tidak hanya untuk kesejahteraan setiap individu tetapi juga untuk menjamin kesinambungan pembangunan bangsa. Kesehatan juga merupakan suatu investasi kualitas manusia baik fisik maupun intelektual.

Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional, karena kesehatan menyentuh hampir semua aspek kehidupan manusia. Tujuan jangka panjang pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai bagian dari kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Gambaran keadaan masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan direncanakan pencapaiannya melalui REncana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang ditetapkan melalui Keputusan Mentri Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015. Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat kesehatan dari status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.

Pembangunan bidang kesehatan antara lain bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah, dan merata. Melalui upaya tersebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik. Salah satu indikator yang digunakan untuk memantau derajat kesehatan masyarakat adalah angka kesakitan (morbidity rate). Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah salah saru bentuk nyata untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Dengan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun swasta, berarti menurunnya angka kesakitan dan akan tercipta masyarakat yang sehat sehingga akan menghasilkan sumber dara manusia yang cerdas dan produktif.

Sasaran pembangunan kesehatan dimasa mendatang adalah mengingkatkan mutu pelayanan kesehatan serta keterjangkuan sarana pelayanan kesehatan oleh masyarakat miskin. Dengan demikian diharapkan masyarakat, terutama masyarakat miskin di daerah pedesaan serta daerah-daerah terpencil dapat menggunakan sarana pelayanan kesehatan oleh penduduk relatif masih rendah dan jumlah penduduk miskin yang relatif tinggi.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pemanfaatan pelayanan kesehatan secara optimal guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang akan mendukung pembangunan nasional maupun daerah dengan menggunakan data sosial demografi dari hasil Survei Sosial EkonomiNasional tahun 2019 di Provinsi Jawa Barat. Adapun tujuan penelitian ini adalah:

  1. Mengetahui karakteristik faktor sosial demografi yang dapat mempengaruhi perilaku pengobatan penduduk miskin yang mengalami gangguan kesehatan pada pelayanan kesehatan di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2019.

  2. Mengetahui kecenderungan peranan faktor sosial demografi dalam mempengaruhi perilaku pengobatan penduduk miskin yang mengalami gangguan kesehatan pada pelayanan kesehatan di Provinsi Jawab Barat pada tahun 2019.

Batasan Penelitian

Dalam penulisan ini permasalahan perilaku pengobatan yang dibahas dibatasi untuk Provinsi Jawa Barat pada tahun 2019. Analisis deskriptif dan analisis regresi logistik yang dilakukan terbatas dengan menggunakan faktor sosial demografi tahun 2019 yang dapat menggambarkan keterkaitannya dengan perilaku pengobatan penduduk miskin di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2019 adalah : pendidikan kepala rumah tangga, kepemilikan kartu sehat, dan lama terganggu aktifitas karena mengalami gangguan kesehatan.

Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan data sekunder hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka data yang digunakan adalah data hasil Susenas yang surveynya dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat tahun 2019

Tabel 1. Variabel yang digunakan dalam penelitia

Variabel Skala Keterangan
Perilaku Pengobatan (\(Y_{1}\)) Nominal 0 = Tanpa Pelayanan Kesehatan; 1 = Menggunakan Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pendidikan KRT (\(X_{1}\)) Nominal 0 = Tidak Tamat SD; 1 = Tamat SD ke atas
Lama Terganggu (\(X_{2}\)) Nominal 0 = kurang dari sama dengan 3 hari; 1 = lebih dari 3 hari
Kartu Sehat (\(X_{4}\)) Nominal 0 = Tidak ada Kartu sehat; 1 = memiliki kartu sehat

Hasil dan Pembahasan

Analisis Deskriptif

Analisis data dengan menerapkan metode analisis deskriptif dinyatakan sebagai analisis sederhana, atau yang paling sederhana. Akan tetapi hasil analisis tersebut dapat menjadi masukan yang sangat berharga untuk para pengambil keputusan dan tergantung pada bentuk analisis tersebut. Dengan demikian, analisis deskriptif dapat merupakan analisis penting untuk mencapai tujuan penelitian ini, terutama untuk melihat indikasi adanya hubungan signifikan antara dua variabel sebelum dikontrol variabel lain. Adapun tabulasi hasil dari variable perilaku pengaobatan dengan masing-masing variabel penjelas adalah sebagai berkut

Perilaku Pengobatan Berdasarkan Pendidikan KRT

Dalam penelitian yang menjadi ukuran adalah pendidikan kepala rumah tangga seluruh penduduk miskin yang mempunyai gangguan kesehatan, tujuan penggunaan pendidikan kepala rumah tangga sebagai ukuran adalah karena kepala rumah tangga sebagai pemimpin dalam rumah tangga, sehingga dia mampu membuat keputusan akan pengobatan pada pelayanan kesehatan anggota rumah tangganya. Adapun tabulasi data antara penduduk miskin yang menakses layanan kesehatan berdasarkan tingkat pendidikan KRT adalah sebagai berikut

Variabel Tanpa Pelayanan Kesehatan Dengan Pelayanan Kesehatan
Pendidikan KRT
Tidak Tamat SD 33 20
Tamat SD keatas 412 503

Jadi semakin tinggi tingkat pendidikan pemanfaatan fasilitas pengobatan semakin meningkat.

Perilaku Pengobatan Berdasarkan Lama Terganggu

Lamanya menderita sakit (disability day) berhubungan langsung terhadap perasaan akan seriusnya penyakit yang dirasakan. Dari pengolahan data didapatkan persentase penduduk miskin yang mempunyai gangguan kesehatan berdasarkan lama terganggu dan perilaku pengobatan, seperti pada tabel di bawah ini:

Variabel Tanpa Pelayanan Kesehatan Dengan Pelayanan Kesehatan
Lamanya Terganggu
<= 3 Hari 442 504
`> 3 hari 3 19

Pada tabel diatas memperlihatkan bahwa penduduk miskin yang mempunyai gangguan kesehatan baik yang kurang dari tiga hari maupun yang lebih dari tiga hari lebih sering menggunakan pelayanan kesehatan untuk melakukan pelayanan pengobatan.

Perilaku Pengobatan Berdasarkan Kepemilikan Kartu Sehat

Kartu sehat adalah bukti diri yang diberikan kepada rumah tangga miskin yang termasuk dalam sasaran program kartu indonesia sehat, untuk mendapatkan jaminan pelayanan kesehatan gratis. Kartu sehat hanya diberikan satu buah kepada setiap rumah tangga miskin untuk digunakan oleh seluruh anggota rumah tangganya, kartu sehat dikelompokkan menjadi ada dan tidaknya kartu sehat.

Variabel Tanpa Pelayanan Kesehatan Dengan Pelayanan Kesehatan
Kartu Sehat
Ada 163 256
Tidak Ada 282 267

Penduduk miskin yang tersedia kartu sehat lebih kecil dibandingkan penduduk miskin yang tidak tersedia kartu sehat untuk berobat pada pelayanan kesehatan, kartu sehat yang merupakan bukti pembayaran gratis tidak membuat akses pemegangnya meningkat terhadap pelayanan kesehatan. Menurut WHO dalam Yulianingsih (2001), ini dikarenakan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan diperlukan tidak hanya sekedar biaya untuk kesehatan sendiri, tetapi ada biaya lainnya. Biaya tersebut adalah biaya transportasi, biaya untuk obat, atau biaya untuk hilangnya waktu kerja.

Regresi Logistik

Pembahasan ini menggunakan analisis regresi logistik, untuk keperluan analisis lebih lanjut antara faktor sosial demografi dengan perilaku pengobatan penduduk miskin yang mempunyai gangguan kesehatan di Provinsi Jawa Barat tahun 2019.

Taraf nyata yang digunakan dalam uji signifikansi model, jika tingkat signifikansi dalam model tersebut lebih kecil atau sama dengan 0,05 maka model tersebut sudah tepat yang berarti paling sedikit terdapat satu variabel yang signifikan mempengaruhi model. Penjelasan besar hubungan antara masing-masing variabel penjelas yang memiliki pengaruh terhadap perilaku pengobatan penduduk miskin, digunakan nilai Odd ratio.

Packages

library(readxl)
library(broom)
library(caret)
library(DataExplorer)
library(grid)
library(InformationValue)
library(ISLR)
library(pscl)
library(tidyverse)
library(dplyr)
library(knitr)
library(DT)
library(kableExtra)
data<-read.csv("D:\\01 KULIAH\\1 Semester\\5. Sains Data\\Praktikum\\Pertemuan 5\\ISMAIL\\DATA2019JABAR3.csv",sep = ",")
dataset<-data
datatable(head(dataset), class = 'cell-border stripe')
dataset$Perilaku_Pengobatan <- as.factor(dataset$Perilaku_Pengobatan)
dataset$Lama_Terganggu <- as.factor(dataset$Lama_Terganggu)
dataset$Tingkat_Pendidikan_KRT <- as.factor(dataset$Tingkat_Pendidikan_KRT)
dataset$Kartu_Sehat <- as.factor(dataset$Kartu_Sehat)
dim(dataset)
## [1] 968   4
glimpse(dataset)
## Rows: 968
## Columns: 4
## $ Perilaku_Pengobatan    <fct> 0, 1, 0, 0, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 0, 0, 0,...
## $ Lama_Terganggu         <fct> 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0,...
## $ Tingkat_Pendidikan_KRT <fct> 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 0, 1,...
## $ Kartu_Sehat            <fct> 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 1, 0, 1, 0, 1, 0, 0,...
summary(dataset)
##  Perilaku_Pengobatan Lama_Terganggu Tingkat_Pendidikan_KRT Kartu_Sehat
##  0:445               0:946          0: 53                  0:549      
##  1:523               1: 22          1:915                  1:419
plot_bar(dataset)

Untuk kepentingan prediksi model, data akan dibagi dua menjadi data train dan data test. Karena pembagian data ini menggunakan sampling, maka perlu dilakukan pengaturan seed untuk randomisasi.

set.seed(202104)
sample <- sample(nrow(dataset),floor(nrow(dataset)*0.8))
train <- dataset[sample,]
test <- dataset[-sample,]
logit <- glm(Perilaku_Pengobatan ~ Lama_Terganggu + Tingkat_Pendidikan_KRT + Kartu_Sehat, data=train, family = "binomial")
summary(logit)
## 
## Call:
## glm(formula = Perilaku_Pengobatan ~ Lama_Terganggu + Tingkat_Pendidikan_KRT + 
##     Kartu_Sehat, family = "binomial", data = train)
## 
## Deviance Residuals: 
##    Min      1Q  Median      3Q     Max  
## -2.042  -1.163   0.954   1.192   1.556  
## 
## Coefficients:
##                         Estimate Std. Error z value Pr(>|z|)    
## (Intercept)              -0.8573     0.3326  -2.578  0.00995 ** 
## Lama_Terganggu1           1.4006     0.6429   2.179  0.02936 *  
## Tingkat_Pendidikan_KRT1   0.8230     0.3351   2.456  0.01405 *  
## Kartu_Sehat1              0.5857     0.1501   3.903 9.51e-05 ***
## ---
## Signif. codes:  0 '***' 0.001 '**' 0.01 '*' 0.05 '.' 0.1 ' ' 1
## 
## (Dispersion parameter for binomial family taken to be 1)
## 
##     Null deviance: 1065.9  on 773  degrees of freedom
## Residual deviance: 1036.3  on 770  degrees of freedom
## AIC: 1044.3
## 
## Number of Fisher Scoring iterations: 4

Dari model tersebut terlihat bahwa peubah penjelas Lamanya terganggu, Tingkat Pendidikan KRT, dan Kartu Sehat memberikan respon yang signifikan terhadap perilaku pengobatan dalam mengakses pelayanan kesehatan atau tanpa mengakses pelayanan kesehatan.

Pada nilai intercept bernilai negatif, sedangkan untuk beberapa variabel penjelas yang mempengaruhinya bernilai positif.

logit$coefficient
##             (Intercept)         Lama_Terganggu1 Tingkat_Pendidikan_KRT1 
##              -0.8573235               1.4006275               0.8229689 
##            Kartu_Sehat1 
##               0.5856519

hasil β1=1.4006275 (positif) berarti semakin lama terganggu kesehatan pada penduduk miskin akan memiliki 1.4006275 kali lebih besar penduduk miskin dalam memilih pengobatan dengan mengakses pelayanan kesehatan. hasil β2=0.8229689 (positif) berarti semakin tinggi tingkat pendidikan Kepala rumah tangga paka akan memiliki peluang 0.8229689 kali lebih besar untuk memilih pengobatan dengan mengkases pelayanan kesehatan. hasil β3=0,5856519 (positif) berarti ketika penduduk miskin memiliki kartu sehat maka akan memiliki peluang 0.5856519 kali lebih besar untuk memilih pengobatan dengan mengakses pelayanan kesehatan.

exp(logit$coefficients)
##             (Intercept)         Lama_Terganggu1 Tingkat_Pendidikan_KRT1 
##               0.4242962               4.0577453               2.2772508 
##            Kartu_Sehat1 
##               1.7961615

Nilai odd ratio untuk lama terganggu adalah 4.0577453, ini berarti bahwa kecenderungan penduduk miskin dengan gangguan kesehatan lebih dari tiga hari untuk berobat pada pelayanan kesehatan 4.0577453 kali dibandingkan dengan penduduk miskin dengan gangguan kesehatan kurang dari atau sama dengan tiga hari. Nilai odd ratio untuk pendidikan kepala rumah tangga adalah 2.2772508, ini berarti bahwa kecenderungan penduduk miskin dengan gangguan kesehatan yang kepala rumah tangganya tamat SD keatas untuk berobat pada pelayanan kesehatan 2.2772508 kali dibandingkan penduduk miskin dengan gangguan kesehatan yang kepala rumah tangganya tidak tamat SD, termasuk yang tidak pernah bersekolah. Nilai odd ratio untuk Kepemilikan kartu sehat adalah 1.7961615, ini berarti bahwa kecenderungan penduduk miskin yang memiliki kartu sehat untuk berobat pada pelayanan kesehatan 1.7961615 kali dibandingkan penduduk miskin yang tidak memiliki kartu sehat.

Evaluasi Model

Confusion Matrix

Dalam confusion matrix, sensitivitas (atau True Positive Rate) adalah persentase pengamatan (aktual) yang diprediksi dengan benar oleh model, sedangkan spesifisitas adalah persentase dari 0 (aktual) yang diprediksi dengan benar.

test$pred <- predict(logit, test, type="response")

test$Perilaku_Pengobatan_pred <- ifelse(test$pred > 0.5, "1", "0")

test$Perilaku_Pengobatan_pred <- as.factor(test$Perilaku_Pengobatan_pred)
test$Perilaku_Pengobatan <- as.factor(test$Perilaku_Pengobatan)

(conf.mat<-caret::confusionMatrix(test$Perilaku_Pengobatan_pred, test$Perilaku_Pengobatan, positive="1"))
## Confusion Matrix and Statistics
## 
##           Reference
## Prediction  0  1
##          0 54 51
##          1 41 48
##                                          
##                Accuracy : 0.5258         
##                  95% CI : (0.453, 0.5977)
##     No Information Rate : 0.5103         
##     P-Value [Acc > NIR] : 0.3600         
##                                          
##                   Kappa : 0.0532         
##                                          
##  Mcnemar's Test P-Value : 0.3481         
##                                          
##             Sensitivity : 0.4848         
##             Specificity : 0.5684         
##          Pos Pred Value : 0.5393         
##          Neg Pred Value : 0.5143         
##              Prevalence : 0.5103         
##          Detection Rate : 0.2474         
##    Detection Prevalence : 0.4588         
##       Balanced Accuracy : 0.5266         
##                                          
##        'Positive' Class : 1              
## 

Dari hasil perhitungan confusion matrix tersebut terlihat bahwa model tersebut mempunyai akurasi sebesar 52,58 persen.

Receiver Operating Characteristics (ROC) Curve

Receiver Operating Characteristics (ROC) curve melacak persentase true positive saat cut-off peluang prediksi diturunkan dari 1 menjadi 0. Model yang baik akan memperlihat kurva yang lebih curam, artinya True Positive Rate meningkat lebih cepat dibandingkan dengan False Positive Rate ketika cut-off menurun. Dengan kata lain, semakin besar luas area di bawah kurva ROC maka kemampuan prediksi yang dihasilkan oleh model semakin baik.

plotROC(test$Perilaku_Pengobatan=="1", test$pred)

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku pengobatan penduduk miskin yang mempunyai gangguan kesehatan di Provinsi Jawa Barat sebagai berikut: 1. Dari variabel lamanya terganggu, tingkat pendidikan Kepala Rumah Tangga, dan Kepemilikan kartu sehat, ketiga variabel penjelas tersebut signifikan mempengaruhi terhadap perilaku pengobatan penduduk miskin di Prov Jawa Barat 2. Variabel-variabel penjelas yang mempengaruhi perilaku pengobatan penduduk miskin di Prov. Jawa barat memberikan pengaruh yang positif 3. Model yang dibuat memiliki tingkat akurasi sebesar 52.58% sedangkan Receiver Operating Characteristics (ROC) sebesari 0.5352

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik (2020). Survei Sosial Ekonomi Nasional 2019 Jakarta: BPS.

Andi Ishak (2007). ANALISIS PERILAKU PENGOBATAN PENDUDUK MISKIN DIKABUPATEN MAJENE Tahun 2007 Makassar: Universitas Hasanuddin

Nurussadad, A.A., Rahma, Anisa (Maret, 2021). STA581-05 - Logistics Regression. Retrieved from https://rpubs.com/nurussadad/STA581-05-regresi-logistik