Membuat sekumpulan mekanisme dasar yang dijalankan secara simultan
function( arglist ) #arglist merupakan suatu argumen
{ expr
return(value) #Fungsi-fungsi ini memberikan mekanisme dasar untuk mendefinisikan fungsi baru dalam bahasa R.
}
## function( arglist ) #arglist merupakan suatu argumen
## { expr
## return(value) #Fungsi-fungsi ini memberikan mekanisme dasar untuk mendefinisikan fungsi baru dalam bahasa R.
## }
Berikut merupakan suatu fungsi yang diberi nama "angka_acak1"
angka_acak1=function(n,pw) #n dan pw merupakan argumen list (Bahan ajar praktikum)
{ x=runif(n) #x dan y serta Z adalah expresi
y=runif(n) #x dan y merupakan bangkitan bilangan acak masing-masing n
z=(x+y)^pw
return(z) #z pada return adalah value
}
angka_acak1(10,2) #n=10 dan pw=2
## [1] 0.85615858 0.47288466 1.64290768 1.41651229 0.08537276 0.07263810
## [7] 1.44859562 1.46925264 0.43606676 0.30441487
angka_acak2=function(n,pw) #n dan pw merupakan argumen list
{ x=runif(n) #variabel X dan Y merupakan peubah acak yang memiliki sebaran seragam
y=runif(n)
z=(x+y)^pw # Z merupakan hasil jumlahan dari X dan Y kemudian dipangkatkan pw
return(list(x,y,z))
}
angka_acak2(10,2) #10 merupakan nilai dari n dan 2 merupakan nilai dari pw
## [[1]]
## [1] 0.008202396 0.352199879 0.124670677 0.889928131 0.425603093 0.709019175
## [7] 0.720902323 0.294624299 0.036897030 0.550961811
##
## [[2]]
## [1] 0.6233923 0.2525408 0.1546510 0.7622339 0.1774598 0.6903368 0.9300024
## [8] 0.1075407 0.1357753 0.5335901
##
## [[3]]
## [1] 0.39891191 0.36571128 0.07802062 2.72963940 0.36368482 1.95819723
## [7] 2.72548627 0.16173669 0.02981573 1.17625278
fungsi "angka_acak2" dapat ditulis seperti berikut
angka_acak3=function(n=10,pw=2) #dengan mendefinisikan nilai n dan pw terlebih dahulu pada function(argumen)
{ x=runif(n)
y=runif(n)
z=(x+y)^pw
return(z)
}
angka_acak3()
## [1] 0.87002239 1.76175826 0.03905758 0.95576373 2.01385749 1.97904973
## [7] 1.06485823 1.54161188 0.35831673 0.01949598
dapat pula dituliskan seperti berikut
angka_acak4=function()
{ x=runif(n)
y=runif(n)
z=(x+y)^pw
return(z)
}
n <- 5; pw <- 3 # nilai n dan pw didefinisikan setelah pembuatan fungsi
angka_acak4()
## [1] 0.008245065 3.401156398 0.093378931 1.978211272 0.203997613
berikut merupakan fungsi menghitung median dari suatu vektor
med <- function(vect) { #argumen yang digunakan berupa vektor
n <- length(vect) #kemudian dihitung panjang vektor
vects <- sort(vect) #lalu elemen2 dalam vektor tersebut diurutkan
if(n%%2 == 1) {m <- vects[(n+1)/2]} # dengan menggunakan if dan else diperoleh 2 kondisi jika m genap
#maka menghitung median menggunakan vects[(n+1)/2, jika m ganjil maka vects[n/2]+vects[(n/2)+1])/2
else {m <- (vects[n/2]+vects[(n/2)+1])/2}
return(m)
}
x1 <- c(1,5,3,7,3,4,2,7)
med(x1)
## [1] 3.5
Menghitung modus dari suatu vektor
modus <- function(vect)
{ v <- unique(vect)
f <- NULL
for(i in v)
{ byk <- sum(vect==i)
f <- c(f,byk)
}
fmax <- max(f)
vf <- cbind(v,f)
mode <- vf[f==fmax,]
return(mode)
}
modus(x1)
## v f
## [1,] 3 2
## [2,] 7 2
Menduga parameter pada regresi berganda.Berikut dibuat fungsi dengan nama objek "p.est"
p.est<-function(A){
if(!is.matrix(A))
stop("input must be on matrix")
x1<-A[,-1]
y <-A[,1]
one<-rep(1,nrow(A))
x <-cbind(one,x1)
colnames(x)<-paste("x",1:ncol(x),sep="")
b.est<-as.vector(solve(t(x) %*% x) %*% (t(x) %*% y)) #rumus penduga beta
names(b.est)<-paste("b",0:(length(b.est)-1),sep="")
fitted.value<-as.vector(x%*%b.est)
error<-as.vector(y-fitted.value) #rumus untuk menghitung eror
names(fitted.value)<-names(error)<-1:nrow(A)
list(beta.est=b.est,fit.val=fitted.value,error=error)
}
Pendapatan<-c(3.5,3.2,3.0,2.9,4.0,2.5,2.3)
Biaya.Iklan<-c(3.1,3.4,3.0,3.2,3.9,2.8,2.2)
Jumlah.Warung<-c(30,25,20,30,40,25,30)
X<-cbind(Pendapatan,Biaya.Iklan,Jumlah.Warung)
p.est(X)
## $beta.est
## b0 b1 b2
## -0.21381852 0.89843390 0.01745279
##
## $fit.val
## 1 2 3 4 5 6 7
## 3.094910 3.277176 2.830539 3.184754 3.988185 2.738116 2.286320
##
## $error
## 1 2 3 4 5 6
## 0.40508982 -0.07717642 0.16946108 -0.28475357 0.01181483 -0.23811608
## 7
## 0.01368033
model<-lm(Pendapatan~Biaya.Iklan+Jumlah.Warung)
model$coefficients
## (Intercept) Biaya.Iklan Jumlah.Warung
## -0.21381852 0.89843390 0.01745279
model$fitted.values
## 1 2 3 4 5 6 7
## 3.094910 3.277176 2.830539 3.184754 3.988185 2.738116 2.286320
model$residuals
## 1 2 3 4 5 6
## 0.40508982 -0.07717642 0.16946108 -0.28475357 0.01181483 -0.23811608
## 7
## 0.01368033
Berdasarkan output di atas diperoleh persamaan regresi pendapatan= -0.21381852 + 0.89843390Biaya.Iklan + 0.01745279Jumlah.Warung Sehingga ketika biaya.iklan meningkat sebesar 1 satuan maka pendapatan akan meningkat sebesar 0.89843390. Ketika jumlah warung meningkat sebesar 1 satuan maka pendapatan meningkat sebesar 0.01745279.
Buat function dengan nama objek three.M
three.M<-function(mean1, median1, modus1){
n<-length(X)
mean1<-sum(X)/n
urutan<-sort(X)
if(n%%2==1){median1<-urutan[(n+1)/2]}
else{median1<-(urutan[n/2]+urutan[(n/2)+1])/2}
v<-unique(X)
f<-NULL
for (i in v)
byk<-sum(X==i)
f<-c(f,byk)
fmax<-max(f)
vf<-cbind(v,f)
modus1<-vf[f==fmax,]
return(list(mean1=mean1, median1=median1, modus1=modus1))
}
set.seed(123)
X<-rbinom(100, 10, 0.5)
three.M(X)
## $mean1
## [1] 4.99
##
## $median1
## [1] 5
##
## $modus1
## v f
## [1,] 4 1
## [2,] 6 1
## [3,] 5 1
## [4,] 7 1
## [5,] 2 1
## [6,] 8 1
## [7,] 3 1
## [8,] 9 1
## [9,] 0 1
Object S3 Suatu Class dalam System S3 tidak didefinisikan dengan ketat (Bahan ajar perkuliahan)
A1 <- c(1:10)
class(A1) #class dari A1 merupakan integer
## [1] "integer"
A2 <- matrix(A1,2,5) #class dari A2 merupakan matrix
class(A2)
## [1] "matrix" "array"
A3 <- 1:12 #class dari A3 merupakan integer
class(A3)
## [1] "integer"
A4 <- letters[1:12]
class(A4) #class dari A4 merupakan character
## [1] "character"
B1 <- data.frame(A3,A4)
class(B1) #class dari B1 merupakan data frame
## [1] "data.frame"
B1$A4
## [1] "a" "b" "c" "d" "e" "f" "g" "h" "i" "j" "k" "l"
A5 <- 10+A3+rnorm(12)
B2 <- lm(A5~A3) #membuat model linear dengan peubah respon A5 dan peubah prediktor A3
class(B2)
## [1] "lm"
methods(class=class(B2))
## [1] add1 alias anova case.names coerce
## [6] confint cooks.distance deviance dfbeta dfbetas
## [11] drop1 dummy.coef effects extractAIC family
## [16] formula hatvalues influence initialize kappa
## [21] labels logLik model.frame model.matrix nobs
## [26] plot predict print proj qr
## [31] residuals rstandard rstudent show simulate
## [36] slotsFromS3 summary variable.names vcov
## see '?methods' for accessing help and source code
summary(B2)
##
## Call:
## lm(formula = A5 ~ A3)
##
## Residuals:
## Min 1Q Median 3Q Max
## -1.70634 -0.37935 -0.03672 0.38335 1.32502
##
## Coefficients:
## Estimate Std. Error t value Pr(>|t|)
## (Intercept) 10.39462 0.51345 20.25 1.91e-09 ***
## A3 0.96614 0.06976 13.85 7.51e-08 ***
## ---
## Signif. codes: 0 '***' 0.001 '**' 0.01 '*' 0.05 '.' 0.1 ' ' 1
##
## Residual standard error: 0.8343 on 10 degrees of freedom
## Multiple R-squared: 0.9504, Adjusted R-squared: 0.9455
## F-statistic: 191.8 on 1 and 10 DF, p-value: 7.514e-08
names(B2)
## [1] "coefficients" "residuals" "effects" "rank"
## [5] "fitted.values" "assign" "qr" "df.residual"
## [9] "xlevels" "call" "terms" "model"
B2$coefficients
## (Intercept) A3
## 10.3946172 0.9661381
Mengubah menjadi class
Mobil1 <- list(Nama="Toyota", Panjang=3.5,
Lebar=2, Kecepatan=180)
class(Mobil1)
## [1] "list"
class(Mobil1) <- "mobil"
Mobil2 <- list(Nama="Suzuki", Panjang=1,
Lebar=1.8, Kecepatan=150)
class(Mobil2) <- "mobil"
class(Mobil2) #nama class berubah dari list menjadi mobil
## [1] "mobil"
mengubah menjadi class menggunakan fungsi konstruktor
Mobil <- function(Nama,Panjang,Lebar,Kecepatan){
if(Panjang<2 || Lebar<1.5 || Kecepatan<80)
stop("atribut tidak sesuai")
Mobil <- list(Nama=Nama, Panjang=Panjang,
Lebar=Lebar, Kecepatan=Kecepatan)
class(Mobil) <- "mobil"
Mobil
}
Mobil3 <- Mobil("Daihatsu", 2.1, 1.9, 120) #Mobil3 sesuai dengan atribut
Mobil3
## $Nama
## [1] "Daihatsu"
##
## $Panjang
## [1] 2.1
##
## $Lebar
## [1] 1.9
##
## $Kecepatan
## [1] 120
##
## attr(,"class")
## [1] "mobil"
Mobil4 <- Mobil("Proton", 2, 1.8, 90) #Mobil 4 sesuai dengan atribut
Mobil4
## $Nama
## [1] "Proton"
##
## $Panjang
## [1] 2
##
## $Lebar
## [1] 1.8
##
## $Kecepatan
## [1] 90
##
## attr(,"class")
## [1] "mobil"
Fungsi aksesor
nama <- function(objek) objek$Nama
kecepatan <- function(objek) objek$Kecepatan
nama(Mobil1)
## [1] "Toyota"
kecepatan(Mobil3)
## [1] 120
Fungsi generik print method
function(...){...}
## function(...){...}
print.mobil <- function(objek) {
print(cat("Nama : ", nama(objek), "\n",
"Kecepatan : ", kecepatan(objek),
sep="")
)
}
Mobil1
## Nama : Toyota
## Kecepatan : 180NULL
Menciptakan fungsi generik
x <- structure(1, class = letters)
bar <- function(x) UseMethod("bar", x)
bar.z <- function(x) "z"
bar(x)
## [1] "z"
Membuat objek S4 Mengatasi masalah dalam sistem objek S3 dengan sistem objek lebih formal
setClass("car",
representation(Nama="character",
Panjang="numeric",
Lebar="numeric",
Kecepatan="numeric"))
Car1 <- new("car", Nama="Toyota",
Panjang=3.5, Lebar=2,
Kecepatan=180)
Car1
## An object of class "car"
## Slot "Nama":
## [1] "Toyota"
##
## Slot "Panjang":
## [1] 3.5
##
## Slot "Lebar":
## [1] 2
##
## Slot "Kecepatan":
## [1] 180
Membuat objek S4 daftar buah dan harga
setClass("buah",
representation(Nama="character",
Satuan="character",
unit="numeric",
harga="numeric"))
buah1<- new("buah", Nama="Alpukat",
Satuan="kilogram",
unit=5, harga=50000)
buah1
## An object of class "buah"
## Slot "Nama":
## [1] "Alpukat"
##
## Slot "Satuan":
## [1] "kilogram"
##
## Slot "unit":
## [1] 5
##
## Slot "harga":
## [1] 50000
membuat objek S4 menggunakan fungsi konstruktor
Car <- function(Nama,Panjang,Lebar,Kecepatan){
if(Panjang<2 || Lebar<1.5 || Kecepatan<80)
stop("atribut tidak sesuai")
new("car", Nama=Nama, Panjang=Panjang,
Lebar=Lebar, Kecepatan=Kecepatan)
}
Car2 <- Car("Suzuki", 2.4, 1.8, 150) #atribut panjang, lebar, dan kecepatan telah sesuai dengan syarat
class(Car2)
## [1] "car"
## attr(,"package")
## [1] ".GlobalEnv"
class(Mobil1)
## [1] "mobil"
Car3 <- Car("Wuling", 2.4, 2.1, 150) #atribut panjang, lebar, dan kecepatan telah sesuai dengan syarat
class(Car3)
## [1] "car"
## attr(,"package")
## [1] ".GlobalEnv"
class(Mobil1)
## [1] "mobil"
akses terhadap slot dengan fungsi aksesor
nama1 <- function(objek) objek@Nama #fungsi yang digunakan untuk mengakses slot Nama dengan diberikan nama objek nama1
lebar1<- function (objek) objek@Lebar # fungsi ini digunakan untuk mengakses atribut Lebar pada objek car sebelumnya
kecepatan1 <- function(objek) objek@Kecepatan #fungsi ini digunakan untuk mengakses atribut kecepatan pada objek car sebelumnya
nama1(Car1)
## [1] "Toyota"
lebar1(Car1)
## [1] 2
kecepatan1(Car2)
## [1] 150
Class method
setMethod(show, "car", function(object) {
print(cat("Nama : ", nama1(object), "\n",
"Kecepatan : ", kecepatan1(object),
sep="")
)}
)
Car2
## Nama : Suzuki
## Kecepatan : 150NULL
menciptakan fungsi generik S4
setGeneric("bbox",
function(objek)
standardGeneric("bbox"))
## [1] "bbox"
setGeneric("authorNames",
function(text) {
value <- standardGeneric("authorNames")
if(!(is(value, "character") && any(nchar(value)>0)))
stop("authorNames methods must return non-empty strings")
value
})
## [1] "authorNames"
setGeneric("sides", function(object) {
standardGeneric("sides")
})
## [1] "sides"
#membuat fungsi konversi fahrenheit to celcius
fahrenheit_to_celcius<-function(temp_F) { #fahrenheit_to_celcius adalah nama fungsi #temp_F adalah argumen
temp_C<-(temp_F - 32)*5/9 #temp_C<-(temp_F - 32)*5/9 adalah ekspresi
return(temp_C)
}
fahrenheit_to_celcius(212)
## [1] 100
#membuat fungsi konversi celcius to kelvin
celcius_to_kelvin<-function(temp_C) {
temp_K<-(temp_C + 273.15)
return(temp_K)
}
celcius_to_kelvin(20)
## [1] 293.15
#membuat fungsi konversi fahrenheit to kelvin
fahrenheit_to_kelvin<-function(temp_F) {
temp_C<-fahrenheit_to_celcius(temp_F)
temp_K<-celcius_to_kelvin(temp_C)
return(temp_K)
}
fahrenheit_to_kelvin(80)
## [1] 299.8167
Representasi bilangan
x<-(0.3-0.1)
x
## [1] 0.2
x1<-(0.3-0.1) == 2
x1
## [1] FALSE
x2<-0.2-(0.3-.1)
x2
## [1] 2.775558e-17
x3<-0.2-0.3-0.1
x3
## [1] -0.2
x4<-isTRUE(all.equal(.2, .3-.1))
x4
## [1] TRUE
x5<-all.equal(.2,.3)
x5
## [1] "Mean relative difference: 0.5"
x6<-isTRUE(all.equal(.2,.3))
x6
## [1] FALSE
library(Ryacas)
##
## Attaching package: 'Ryacas'
## The following object is masked from 'package:stats':
##
## integrate
## The following objects are masked from 'package:base':
##
## %*%, diag, diag<-, lower.tri, upper.tri
integral dari x^2 + 4*x
yac_str("Integrate(x) x^2 + 4*x")
## [1] "x^3/3+2*x^2"
f1= function(x) x^2 + 4*x
integrate(f1,lower= -10, upper= 10)
## 666.6667 with absolute error < 7.6e-12
yac_str("Integrate(t) t^4 * Exp(-t)")
## [1] "4*(3*((-2)*(t+1)*Exp(-t)-t^2*Exp(-t))-t^3*Exp(-t))-t^4*Exp(-t)"
f2 <- function(t) t^(4) * exp(-t)
integrate(f2,lower = 0,upper = Inf)
## 24 with absolute error < 2.2e-05
gamma(5)
## [1] 24
Fungsi kalkulus: Diferensial (bahan ajar Dosen)
xfs<-expression(exp(x^2))
D(xfs,"x")
## exp(x^2) * (2 * x)
xturunan<-deriv(~x^2, "x")
x<-2
eval(xturunan)
## [1] 4
## attr(,"gradient")
## x
## [1,] 4
attr(x , "gradient")
## NULL
x
## [1] 2
integrand <- function(x) {1/((x+1)*sqrt(x))}
integrate(integrand, lower = 0, upper = Inf)
## 3.141593 with absolute error < 2.7e-05
f3 <- function(x) sin(x) + sin(2*x) + cos(3*x)
curve(f3, from = 0, to = 2*pi)
optimize(f3, interval = c(0, 2*pi)) #minimum lokal
## $minimum
## [1] 3.033129
##
## $objective
## [1] -1.054505
optimize(f3, interval = c(4, 2*pi)) #minimum global
## $minimum
## [1] 5.273383
##
## $objective
## [1] -2.741405
optimize(f3, interval = c(0, 2*pi), maximum = T) #maksimum lokal
## $maximum
## [1] 4.0598
##
## $objective
## [1] 1.096473
optimize(f3, interval = c(0, 1.5), maximum = T) #maksimum global
## $maximum
## [1] 0.3323289
##
## $objective
## [1] 1.485871
Menghitung nilai optimum dari fungsi 4x^4-2x^3-3*x
f3 <- function(x) 4*x^4-2*x^3-3*x
x3 <- seq(-1,1.5,by=.1)
plot(x3,f3(x3),type="l")
optim(par=c(-0.5), fn=f3)
## Warning in optim(par = c(-0.5), fn = f3): one-dimensional optimization by Nelder-Mead is unreliable:
## use "Brent" or optimize() directly
## $par
## [1] 0.728418
##
## $value
## [1] -1.832126
##
## $counts
## function gradient
## 36 NA
##
## $convergence
## [1] 0
##
## $message
## NULL
data5=data.frame(x=c(1,2,3,4,5,6),y=c(1,3,5,6,8,12))
JKG <- function(data, b) {
with(data, sum((b[1]+b[2]*x-y)^2))
}
hasil1 <- optim(par = c(1,1), fn = JKG, data = data5)
hasil2 <- lm(y~x, data = data5)
plot(data5)
abline(hasil1$par,col=4)
hasil1$par
## [1] -1.266302 2.028449
hasil2$coefficients
## (Intercept) x
## -1.266667 2.028571
hasil1$value
## [1] 2.819048
sum(hasil2$residuals^2)
## [1] 2.819048
Optimasi numerik menggunakan golden section search
golden <- function (f , a , b ,
tol = 0.0000001) {
ratio <- 2 / ( sqrt (5) +1)
x1 <- b - ratio * ( b - a )
x2 <- a + ratio * ( b - a )
f1 <- f ( x1 )
f2 <- f ( x2 )
while ( abs (b - a ) > tol ) {
if ( f2 > f1 ) {
b <- x2
x2 <- x1
f2 <- f1
x1 <- b - ratio * ( b - a
)
f1 <- f ( x1 )
} else {
a <- x1
x1 <- x2
f1 <- f2
x2 <- a + ratio * ( b - a )
f2 <- f ( x2 )
}
}
return (( a + b ) / 2)
}
f <- function (x ) {
abs (x -3.5) + (x -2) ^2
}
golden(f,1,2)
## [1] 2
golden(f,1,5)
## [1] 2.5
golden(f,3,5)
## [1] 3
golden(f,2,5)
## [1] 2.5
golden(f,4,5)
## [1] 4