Pemanfaatan keterbukaan data publik dan teknik analisis data untuk memahami dinamika pandemi COVID-19.
Dengan menyelesaikan module ini, kita akan:
COVID-19 merupakan penyakit yang saat ini telah menjadi pandemi secara global. Kondisi menjadi semakin mengkhawatirkan karena hingga detik ini masih belum ditemukan vaksin yang efektif untuk virus penyebab COVID-19. Pemerintah di berbagai negara umumnya dengan sigap membentuk gugus tugas (task force unit) untuk menangani penyebaran COVID-19 di masyarakat, termasuk pemerintah di Indonesia.
Salah satu bentuk aksi yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan mengumpulkan dan menyediakan data pertumbuhan kasus COVID-19 kepada publik. Data pertumbuhan kasus tersebut tidak jarang juga dilengkapi dengan dasbor dan grafik visualisasi pendukung dengan harapan masyarakat dapat memahami informasi dengan lebih mudah. Sebagai contoh adalah portal covid19.go.id besutan Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Nasional dan portal PIKOBAR milik pemerintah Provinsi Jawa Barat. Serta banyak portal data COVID-19 lainnya yang disediakan oleh masing-masing pemerintah daerah.
Sebagai pemanasan sebelum Anda memulai proyek ini, buatlah sebuah vektor karakter dengan 3 elemen dengan nama bersatulawancovid yang merupakan kunci dasar menghindari COVID-19!
Jangan lupa untuk mencetak vektor bersatulawancovid tersebut pada layar konsol!
bersatulawancovid <- c("cuci tangan", "pakai masker", "jaga jarak")
bersatulawancovid
[1] "cuci tangan" "pakai masker" "jaga jarak"
Dalam proyek ini, Anda akan diminta untuk melakukan eksplorasi dan analisis mengenai COVID-19 di Indonesia. Data yang Anda pergunakan diambil langsung dari API (Application Programming Interface) yang tersedia di covid19.go.id. Sehingga dalam proyek ini Anda akan mempelajari teknik mengambil data dari API, teknik mempersiapkan data, serta analisis dan visualisasi data.
Apakah Anda siap untuk mengerjakan proyek analisis data ini?
- Jawablah dengan TRUE apabila Anda siap atau
- FALSE jika Anda belum siap karena belum mencuci tangan.
TRUE
[1] TRUE
Seperti telah disinggung sebelumnya, dalam proyek ini Anda akan menggunakan data yang disediakan di portal covid19.go.id. Adapun cara untuk mengambil data dari portal tersebut secara langsung adalah dengan menggunakan Application Programming Interface (API). Secara sederhana API dapat dipahami sebagai cara komputer untuk berkomunikasi dengan komputer lainnya sehingga dapat terjadi transaksi pertukaran data.
Rekapitulasi data COVID-19 Indonesia tersedia dalam API publik yang beralamat di https://data.covid19.go.id/public/api/update.json.
Salah satu cara untuk mengakses API adalah dengan menggunakan fungsi GET() dari paket httr.
Sekarang aktifkanlah paket httr dan jalankan fungsi `GET()' pada alamat API yang telah disebutkan! Simpan hasil fungsi tersebut dalam obyek bernama ‘resp’.
library(httr)
resp <- GET ("https://data.covid19.go.id/public/api/update.json")
Saat Anda menjalankan fungsi GET(), pada dasarnya hal yang terjadi adalah Anda membuat sebuah permintaan kepada server penyedia API. Permintaan Anda tersebut selanjutnya diproses dan dijawab oleh server sebagai sebuah respon. Objek ‘resp’ yang telah Anda buat memiliki informasi respon oleh server.
Ada tiga informasi utama dalam sebuah respon API, yaitu status, headers, dan body. Status memiliki informasi apakah permintaan Anda berhasil atau tidak dan dinyatakan dalam status code, headers umumnya mengandung informasi metadata, sedangkan body berisikan konten atas permintaan yang telah dibuat.
Ada beberapa jenis status code yang umumnya dijumpai, antara lain:
https://restfulapi.net/http-status-codes/
Anda dapat menggunakan fungsi status_code() untuk mengetahui status atas permintaan Anda melalui API.
*Sekarang coba lihatlah status atas permintaan yang telah Anda buat! Apakah permintaan Anda berhasil?
library(httr)
resp <- GET("https://data.covid19.go.id/public/api/update.json")
status_code (resp)
[1] 200
Selain menggunakan fungsi status_code(), Anda juga dapat mengetahui status permintaan dengan cara mengakses elemen dari resp. Status code tersebut tersedia dengan nama status_code dan dapat diakses dengan menggunakan operator $ pada obyek resp. Cobalah kembali akses status code dengan cara tersebut dan bandingkan hasilnya dengan cara pertama!
library(httr)
resp <- GET("https://data.covid19.go.id/public/api/update.json")
resp$status_code
[1] 200
identical(resp$status_code, status_code(resp))
[1] TRUE
Selamat status permintaan Anda melalui API sukses dipenuhi! Sekarang cobalah Anda jalankan fungsi headers() pada resp untuk mengetahui metadata apa saja yang tersimpan. Apakah isi dari elemen content-type? Kapan terakhir kali informasi diperbaharui?
Respon API dengan status code 200 menyatakan bahwa permintaan Anda berhasil dipenuhi dan konten yang diminta tersedia untuk diekstrak. Selain itu Anda juga telah mengetahui lewat fungsi headers() bahwa konten yang diminta tersedia dalam bentuk application/json, yaitu berkas JSON.
Selanjutnya Anda dapat mengekstrak konten tersebut dengan menggunakan fungsi content(). Fungsi content() tersebut secara cerdas akan menyesuaikan output sesuai dengan jenis berkas yang tersedia, dalam hal ini adalah berkas JSON. Jalankan fungsi tersebut pada obyek resp dan tambahkan argumen as = "parsed" dan simplifyVector = TRUE. Simpanlah hasilnya sebagai cov_id_raw!
library(httr)
resp <- GET("https://data.covid19.go.id/public/api/update.json")
cov_id_raw <- content(resp, as = "parsed", simplifyVector = TRUE)
Dengan menggunakan fungsi length() dan names() cobalah amati ada berapa komponen serta apa saja nama komponen dalam obyek cov_id_raw tersebut! Kemudian ekstraklah komponen ke-2 dan simpan dengan nama cov_id_update.
length(cov_id_raw)
[1] 2
names(cov_id_raw)
[1] "data" "update"
cov_id_update <- cov_id_raw$update
Sekarang Anda diminta untuk fokus pada obyek cov_id_update untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
lapply(cov_id_update, names)
$penambahan
[1] "jumlah_positif" "jumlah_meninggal" "jumlah_sembuh" "jumlah_dirawat"
[5] "tanggal" "created"
$harian
[1] "key_as_string" "key" "doc_count"
[4] "jumlah_meninggal" "jumlah_sembuh" "jumlah_positif"
[7] "jumlah_dirawat" "jumlah_positif_kum" "jumlah_sembuh_kum"
[10] "jumlah_meninggal_kum" "jumlah_dirawat_kum"
$total
[1] "jumlah_positif" "jumlah_dirawat" "jumlah_sembuh" "jumlah_meninggal"
cov_id_update$penambahan$tanggal
[1] "2020-07-30"
cov_id_update$penambahan$jumlah_sembuh
[1] 2154
cov_id_update$penambahan$jumlah_meninggal
[1] 83
cov_id_update$total$jumlah_positif
[1] 106336
cov_id_update$total$jumlah_meninggal
[1] 5058
Jumlah masyarakat yang terinfeksi dan meninggal akibat COVID-19 sudah sangat banyak! Kita harus waspada namun tetap tenang dalam menghadapi masa pandemi ini.
Masih ingatkah Anda apa 3 langkah sederhana melawan COVID-19? Cuci tangan, pakai masker, dan jaga jarak.
Anda telah berhasil menjawab pertanyaan mengenai kondisi COVID-19 di Indonesia dengan menggunakan data yang langsung diambil menggunakan API. Namun bagaimana jika Anda ingin berfokus dengan data COVID-19 di provinsi tempat menetap saat ini?
covid19.go.id menyediakan data kasus COVID-19 tingkat provinsi di alamat API yang berbeda. Sebagai contoh data mengenai COVID-19 Jawa Barat, tempat tinggal saya sekarang, tersedia di https://data.covid19.go.id/public/api/prov_detail_JAWA_BARAT.json dan dapat diakses menggunakan baris kode berikut:
resp_jabar <- GET("https://data.covid19.go.id/public/api/prov_detail_JAWA_BARAT.json")
cov_jabar_raw <- content(resp_jabar, as = "parsed", simplifyVector = TRUE)
Sekarang jalankanlah fungsi names() pada cov_jabar_raw tersebut untuk mengetahui nama-nama elemen utama yang tersedia dan jawablah pertanyaan berikut:
library(httr)
resp_jabar <- GET("https://data.covid19.go.id/public/api/prov_detail_JAWA_BARAT.json")
cov_jabar_raw <- content(resp_jabar, as = "parsed", simplifyVector = TRUE)
names(cov_jabar_raw)
[1] "last_date" "provinsi" "kasus_total"
[4] "kasus_tanpa_tgl" "kasus_dengan_tgl" "meninggal_persen"
[7] "meninggal_tanpa_tgl" "meninggal_dengan_tgl" "sembuh_persen"
[10] "sembuh_tanpa_tgl" "sembuh_dengan_tgl" "list_perkembangan"
[13] "data"
cov_jabar_raw$kasus_total
[1] 6314
cov_jabar_raw$meninggal_persen
[1] 3.294267
cov_jabar_raw$sembuh_persen
[1] 57.25372
Informasi umum mengenai COVID-19 di Jawa Barat telah Anda dapatkan. Namun informasi akan lebih lengkap jika Anda memiliki data perkembangan COVID-19 dari waktu ke waktu, apakah Anda setuju?
Kabar baiknya adalah informasi tersebut juga disediakan oleh covid19.go.id melalui permintaan API yang telah Anda buat sebelumnya. Data historis perkembangan COVID-19 tersebut tersimpan dengan nama list_perkembangan. Silakan Anda ekstrak data tersebut dari cov_jabar_raw dan simpanlah hasilnya sebagai obyek bernama cov_jabar! Amati struktur cov_jabar menggunakan fungsi str() dan head().
cov_jabar <- cov_jabar_raw$list_perkembangan
str(cov_jabar)
'data.frame': 151 obs. of 9 variables:
$ tanggal : num 1.58e+12 1.58e+12 1.58e+12 1.58e+12 1.58e+12 ...
$ KASUS : int 3 0 1 1 0 1 0 0 0 0 ...
$ MENINGGAL : int 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 ...
$ SEMBUH : int 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 ...
$ DIRAWAT_OR_ISOLASI : int 3 0 0 1 0 1 0 0 0 0 ...
$ AKUMULASI_KASUS : int 3 3 4 5 5 6 6 6 6 6 ...
$ AKUMULASI_SEMBUH : int 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 ...
$ AKUMULASI_MENINGGAL : int 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 ...
$ AKUMULASI_DIRAWAT_OR_ISOLASI: int 3 3 3 4 4 5 5 5 5 5 ...
head(cov_jabar)
tanggal KASUS MENINGGAL SEMBUH DIRAWAT_OR_ISOLASI AKUMULASI_KASUS
1 1.583021e+12 3 0 0 3 3
2 1.583107e+12 0 0 0 0 3
3 1.583194e+12 1 1 0 0 4
4 1.583280e+12 1 0 0 1 5
5 1.583366e+12 0 0 0 0 5
6 1.583453e+12 1 0 0 1 6
AKUMULASI_SEMBUH AKUMULASI_MENINGGAL AKUMULASI_DIRAWAT_OR_ISOLASI
1 0 0 3
2 0 0 3
3 0 1 3
4 0 1 4
5 0 1 4
6 0 1 5
Setelah mengekstrak dan mengamati cov_jabar, Anda menemukan beberapa kejanggalan pada data tersebut. Diantaranya adalah kejanggalan data pada kolom tanggal dan format penulisan kolom yang tidak konsisten. Sekarang Anda akan mencoba melakukan beberapa tahapan untuk menjinakan data tersebut sehingga dapat diolah dan dianalisis dengan lebih mudah.
Sebelum itu, silakan Anda aktifkan paket dplyr yang akan dipergunakan untuk melakukan pengolahan data.
Ada beberapa tahapan yang akan Anda lakukan untuk menjinakan data cov_jabar, yaitu:
Lengkapilah baris kode berikut untuk melakukan menjinakan data sesuai dengan tahapan yang telah Anda rencanakan! Anda akan menggunakan operator pipe (%>%) untuk merangkai fungsi menjadi sebuah pipeline. Simpan hasil pengolahan Anda dengan nama new_cov_jabar.
library(dplyr)
new_cov_jabar <-
cov_jabar %>%
select(-contains("DIRAWAT_OR_ISOLASI")) %>%
select(-starts_with("AKUMULASI")) %>%
rename(
kasus_baru = KASUS,
meninggal = MENINGGAL,
sembuh = SEMBUH
) %>%
mutate(
tanggal = as.POSIXct(tanggal / 1000, origin = "1970-01-01"),
tanggal = as.Date(tanggal)
)
str(new_cov_jabar)
'data.frame': 151 obs. of 4 variables:
$ tanggal : Date, format: "2020-03-01" "2020-03-02" ...
$ kasus_baru: int 3 0 1 1 0 1 0 0 0 0 ...
$ meninggal : int 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 ...
$ sembuh : int 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 ...
Sekarang buatlah grafik serupa dengan menggunakan data kasus sembuh Pergunakan warna “olivedrab2” untuk grafik kasus sembuh!
Hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut :
library(ggplot2)
library(hrbrthemes)
ggplot(new_cov_jabar, aes(tanggal, sembuh)) +
geom_col(fill = "olivedrab2") +
labs(
x = NULL,
y = "Jumlah kasus",
title = "Kasus Harian Sembuh Dari COVID-19 di Jawa Barat",
caption = "Sumber data: covid.19.go.id"
) +
theme_ipsum(
base_size = 13,
plot_title_size = 21,
grid = "Y",
ticks = TRUE
) +
theme(plot.title.position = "plot")
Sekarang buatlah grafik serupa dengan menggunakan data kasus meninggal. Pergunakan warna “darkslategray4” untuk kasus meninggal!
Output yang seharusnya dihasilkan adalah sebagai berikut.
library(ggplot2)
library(hrbrthemes)
ggplot(new_cov_jabar, aes(tanggal, meninggal)) +
geom_col(fill = "darkslategray4") +
labs(
x = NULL,
y = "Jumlah kasus",
title = "Kasus Harian Meninggal Akibat COVID-19 di Jawa Barat",
caption = "Sumber data: covid.19.go.id"
) +
theme_ipsum(
base_size = 13,
plot_title_size = 21,
grid = "Y",
ticks = TRUE
) +
theme(plot.title.position = "plot")
Setelah mengamati grafik perkembangan kasus Anda menyadari bahwa terjadi fluktuasi pertambahan kasus harian. Dilandasi hal tersebut Anda kemudian ingin mencoba mengamati bagaimana perkembangan kasus dalam rentang waktu pekanan. Bagaimanakah caranya?
Anda dapat dengan mudah bekerja dengan data tanggal apabila menggunakan paket lubridate. Adapun yang akan digunakan untuk mengekstrak informasi pekan dalam satu tahun adalah fungsi week().
Lengkapilah baris kode berikut untuk menghitung pertambahan kasus pekanan dan simpanlah hasilnya sebagai cov_jabar_pekanan! Anda juga diminta untuk menggunakan fungsi glimpse() dari dplyr untuk melakukan inspeksi data.
library(dplyr)
library(lubridate)
cov_jabar_pekanan <- new_cov_jabar %>%
count(
tahun = year(tanggal),
pekan_ke = week(tanggal),
wt = kasus_baru,
name = "jumlah"
)
glimpse(cov_jabar_pekanan)
Rows: 23
Columns: 3
$ tahun <dbl> 2020, 2020, 2020, 2020, 2020, 2020, 2020, 2020, 2020, 2020...
$ pekan_ke <dbl> 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23,...
$ jumlah <int> 4, 2, 18, 45, 129, 185, 217, 238, 227, 338, 243, 151, 427,...
Pertanyaan baru muncul di benak Anda setelah melakukan inspeksi terhadap data cov_jabar_pekanan tersebut: “Apakah pekan ini lebih baik dari pekan kemarin?”.
Demi menjawab hal tersebut Anda melakukan kalkulasi sederhana dengan tahapan berikut:
NA pada kolom “jumlah_pekanlalu” dengan nilai 0TRUE apabila jumlah kasus baru pekan ini lebih rendah dibandingkan jumlah kasus pekan laluLengkapilah baris kode berikut untuk mengerjakan tahapan yang telah Anda rencanakan! Anda akan menggunakan fungsi lag() dari dplyr untuk membuat kolom “jumlah_pekanlalu”. Perhatikan bahwa disini fungsi tersebut dituliskan sebagai dplyr::lag() untuk menghindari konflik dengan fungsi lag() dari paket stats. Inspeksi hasil pekerjaan Anda dengan menggunakan fungsi glimpse()!
library(dplyr)
cov_jabar_pekanan <-
cov_jabar_pekanan %>%
mutate(
jumlah_pekanlalu = dplyr::lag(jumlah, 1),
jumlah_pekanlalu = ifelse(is.na(jumlah_pekanlalu), 0, jumlah_pekanlalu),
lebih_baik = jumlah < jumlah_pekanlalu
)
glimpse(cov_jabar_pekanan)
Rows: 23
Columns: 5
$ tahun <dbl> 2020, 2020, 2020, 2020, 2020, 2020, 2020, 2020, 20...
$ pekan_ke <dbl> 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21,...
$ jumlah <int> 4, 2, 18, 45, 129, 185, 217, 238, 227, 338, 243, 1...
$ jumlah_pekanlalu <dbl> 0, 4, 2, 18, 45, 129, 185, 217, 238, 227, 338, 243...
$ lebih_baik <lgl> FALSE, TRUE, FALSE, FALSE, FALSE, FALSE, FALSE, FA...
Anda sungguh luar biasa! Dengan menggunakan data hasil perhitungan tersebut maka sekarang Anda dapat membuat bar-chat penambahan kasus pekanan yang ditambahkan informasi baru untuk menjawab pertanyaan: “Apakah pekan ini lebih baik?”
library(ggplot2)
library(hrbrthemes)
ggplot(cov_jabar_pekanan, aes(pekan_ke, jumlah, fill = lebih_baik)) +
geom_col(show.legend = FALSE) +
scale_x_continuous(breaks = 9:29, expand = c(0, 0)) +
scale_fill_manual(values = c("TRUE" = "seagreen3", "FALSE" = "salmon")) +
labs(
x = NULL,
y = "Jumlah kasus",
title = "Kasus Pekanan Positif COVID-19 di Jawa Barat",
subtitle = "Kolom hijau menunjukan penambahan kasus baru lebih sedikit dibandingkan satu pekan sebelumnya",
caption = "Sumber data: covid.19.go.id"
) +
theme_ipsum(
base_size = 13,
plot_title_size = 21,
grid = "Y",
ticks = TRUE
) +
theme(plot.title.position = "plot")
Ada yang akhirnya sembuh, namun tak sedikit pula yang meninggal akibat COVID-19. Sementara itu penambahan kasus baru terus terjadi di masyarakat. Hal ini mungkin memicu pertanyaan lain di diri Anda: “Hingga saat ini ada berapa kasus yang masih aktif?”. Aktif dalam artian sedang dalam perawatan atau isolasi.
Informasi ini sebenarnya telah disediakan di dalam respon API covid19.go.id yang Anda minta. Namun tidak ada salahnya jika Anda mencoba menghitungnya sendiri, apakah Anda setuju?
Jumlah kasus aktif dapat dihitung dengan cara mengurangi jumlah akumulasi positif dengan jumlah akumulasi sembuh dan jumlah akumulasi meninggal. Anda dapat menggunakan fungsi cumsum() untuk menghitung nilai akumulasi dari suatu vektor numerik. Lengkapilah baris kode berikut untuk menghitung jumlah akumulasi kasus aktif, kasus sembuh, dan kasus meninggal!
library(dplyr)
cov_jabar_akumulasi <-
new_cov_jabar %>%
transmute(
tanggal,
akumulasi_aktif = cumsum(kasus_baru) - cumsum(sembuh) - cumsum(meninggal),
akumulasi_sembuh = cumsum(sembuh),
akumulasi_meninggal = cumsum(meninggal)
)
tail(cov_jabar_akumulasi)
tanggal akumulasi_aktif akumulasi_sembuh akumulasi_meninggal
146 2020-07-24 3192 2494 201
147 2020-07-25 3230 2527 201
148 2020-07-26 3257 2550 201
149 2020-07-27 2917 2956 201
150 2020-07-28 2444 3563 201
151 2020-07-29 2491 3611 203
Sekarang cobalah Anda buat line-chart pola kasus aktif dengan menggunakan fungsi geom_line(). Sebagai pengingat, Anda dapat menggunakan templat kode berikut untuk membuat grafik menggunakan ggplot2():
ggplot(data = ..., aes(x = ..., y = ...)) +
geom_xxx()
Adapun hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut.
library(ggplot2)
ggplot(data = cov_jabar_akumulasi, aes(x = tanggal, y = akumulasi_aktif)) +
geom_line()
Kesimpulan apa yang dapat Anda tarik dari grafik tersebut?
terlihat kalau awal Juli trennya terus naik dengan sangat drastis, dan sampai puncaknya pada quartal keempat bulan Juni.
Sebagai penutup analisis dalam proyek ini Anda diminta untuk membuat grafik komparasi antara akumulasi kasus aktif, kasus sembuh, dan kasus meninggal.
Ada dua pilihan cara yang dapat Anda tempuh untuk membuat grafik tersebut:
cov_jabar_akumulasi, kemudian buat tiga layer geom_line() untuk setiap kolom satu per satu dengan warna garis yang berbeda;library(ggplot2)
ggplot(data = cov_jabar_akumulasi, aes(x = tanggal)) +
geom_line(aes(x = tanggal, y = akumulasi_aktif), color = "blue") +
geom_line(aes(x = tanggal, y = akumulasi_sembuh), color = "green") +
geom_line(aes(x = tanggal, y = akumulasi_meninggal), color = "red")
cov_jabar_akumulasi, kemudian buat satu layer geom_line() dengan menggunakan colour aestheticAnda akan diminta untuk menempuh cara nomor 2, yaitu dengan cara melakukan pivot pada data terlebih dahulu.
Anda akan menggunakan fungsi gather() dari paket tidyr untuk mentransformasi data cov_jabar_akumulasi. Data tersebut akan dirubah dari yang semula berformat wide menjadi format long. AKtifkanlah paket tidyr terlebih dahulu dan lengkapilah baris kode berikut untuk melakukan pivot data. Simpan hasil transformasi data tersebut sebagai cov_jabar_akumulasi_pivot! Perhatikan hasil dari fungsi dim() sebelum dan setelah Anda melakukan transformasi data.
library(dplyr)
library(tidyr)
dim(cov_jabar_akumulasi)
[1] 151 4
cov_jabar_akumulasi_pivot <-
cov_jabar_akumulasi %>%
gather(
key = "kategori",
value = "jumlah",
-tanggal
) %>%
mutate(
kategori = sub(pattern = "akumulasi_", replacement = "", kategori)
)
dim(cov_jabar_akumulasi_pivot)
[1] 453 3
glimpse(cov_jabar_akumulasi_pivot)
Rows: 453
Columns: 3
$ tanggal <date> 2020-03-01, 2020-03-02, 2020-03-03, 2020-03-04, 2020-03-0...
$ kategori <chr> "aktif", "aktif", "aktif", "aktif", "aktif", "aktif", "akt...
$ jumlah <int> 3, 3, 3, 4, 4, 5, 5, 5, 5, 5, 5, 6, 6, 6, 6, 7, 18, 21, 27...
Semenjak tidyr versi 1.0.0, Anda disarankan untuk menggunakan fungsi pivot_longer() sebagai pengganti gather() dan pivot_wider() sebagai pengganti spread(). pivot_longer() dan pivot_wider() memiliki fitur yang lebih lengkap dibandingkan gather() dan spread(). Proses transformasi cov_jabar_akumulasi menjadi cov_jabar_akumulasi_pivot dapat dikerjakan dengan menggunakan pivot_longer() sebagai berikut:
cov_jabar_akumulasi_pivot <-
cov_jabar_akumulasi %>%
pivot_longer(
cols = -tanggal,
names_to = "kategori",
names_prefix = "akumulasi_",
values_to = "jumlah"
)
dim(cov_jabar_akumulasi_pivot)
[1] 453 3
glimpse(cov_jabar_akumulasi_pivot)
Rows: 453
Columns: 3
$ tanggal <date> 2020-03-01, 2020-03-01, 2020-03-01, 2020-03-02, 2020-03-0...
$ kategori <chr> "aktif", "sembuh", "meninggal", "aktif", "sembuh", "mening...
$ jumlah <int> 3, 0, 0, 3, 0, 0, 3, 0, 1, 4, 0, 1, 4, 0, 1, 5, 0, 1, 5, 0...
Anda dapat mencoba mempraktekkan potongan coding tersebut pada R Studio pada desktop masing-masing dan apakah Anda menemukan perbedaan signifikan antara baris kode di atas dan baris kode sebelumnya yang Anda gunakan?
Anda hampir selesai! Pada tahap terakhir ini Anda cukup salin dan jalankan baris kode berikut di konsol untuk membuat grafik komparasi antara akumulasi kasus aktif, kasus sembuh dan kasus meninggal:
library(ggplot2)
library(hrbrthemes)
ggplot(cov_jabar_akumulasi_pivot, aes(tanggal, jumlah, colour = (kategori))) +
geom_line(size = 0.9) +
scale_y_continuous(sec.axis = dup_axis(name = NULL)) +
scale_colour_manual(
values = c(
"aktif" = "salmon",
"meninggal" = "darkslategray4",
"sembuh" = "olivedrab2"
),
labels = c("Aktif", "Meninggal", "Sembuh")
) +
labs(
x = NULL,
y = "Jumlah kasus akumulasi",
colour = NULL,
title = "Dinamika Kasus COVID-19 di Jawa Barat",
caption = "Sumber data: covid.19.go.id"
) +
theme_ipsum(
base_size = 13,
plot_title_size = 21,
grid = "Y",
ticks = TRUE
) +
theme(
plot.title = element_text(hjust = 0.5),
legend.position = "top"
)
Selamat Anda telah menyelesaikan proyek analisis COVID-19 ini! Anda telah berhasil melakukan impor data melalui API, melakukan transformasi data, serta membuat visualisasi untuk mengkomunikasikan hasil analisis data tentang COVID-19.
Anda dipersilakan untuk selanjutnya mengembangkan analisis dengan cara mengambil studi kasus provinsi lain atau bahkan melakukan komparasi antar provinsi. Anda dapat menggunakan skrip dasar yang tersedia pada tautan ini untuk memulai analisis. Dengan menggunakan studi kasus provinsi pilihan Anda, dapatkah Anda menjawab dua tantangan ini:
Apakah jumlah kasus di pekan ini lebih rendah dibandingkan pekan kemarin dan dua pekan kemarin secara berturut-turut? Buatlah visualisasinya!
Salah satu metrik yang dapat dihitung untuk mengamati persebaran COVID-19 di masyarakat adalah ‘Seventh-Day Amplification Factor’ (silakan baca ini dan ini). Dapatkah Anda menghitung metrik tersebut?