Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah teknik untuk mendukung proses pengambilan keputusan yang bertujuan untuk menentukan pilihan terbaik dari beberapa alternatif yang dapat diambil. AHP dikembangkan oleh Thomas L.Saaty pada tahun 1970-an, dan telah mengalami banyak perbaikan dan pengembangan hingga saat ini. Kelebihan AHP adalah dapat memberikan kerangka yang komprehensif dan rasional dalam menstrukturkan permasalahan pengambilan keputusan.
Gambaran umum dari proses AHP dapat dilihat pada gambar berikut;
AHP
Tahapan pertama dari AHP adalah Structuring, yaitu menstrukturkan alur pengambilan keputusan berdasarkan dua komponen utama; Komponen pertama adalah tujuan dari AHP dan variabel yang digunakan, sedangkan komponen kedua adalah alternatif-alternatif yang dapat diambil untuk memenuhi tujuan AHP tersebut. Pada Tahap Structuring, akan ditentukan apa tujuan dari AHP, apa saja variabel dan sub-variabel yang digunakan, dan apa saja alternative yang tersedia. Tahapan Structuring pada AHP dengan menggunakan Paket Library ahp pada R statistics
Tahap berikutnya pada AHP adalah Assessment, yaitu tahap pemberian nilai atau bobot terhadap variabel, sub-variabel, dan alternatif. Pemberian bobot ini dapat berupa Direct Assessment atau pemberian bobot secara langsung, Verbal Assessment, pemberian bobot berdasarkan persepsi penilaian atasan terhadap beberapa variabel
[Pandji, Dodi, 8]
[Pandji, Sunarto, 7]
[Pandji, Hari, 6]
[Pandji, Gagah, 5]
[Dodi, Hari, 4]
[Dodi, Gagah, 4]
[Dodi, Sunarto, 3]
[Sunarto, Hari, 2]
[Sunarto, Gagah, 2]
[Hari, Gagah, 1]
[Pandji, Dodi, 9]
[Pandji, Sunarto, 8]
[Pandji, Hari, 7]
[Pandji, Gagah, 5]
[Dodi, Hari, 4]
[Dodi, Gagah, 3]
[Dodi, Sunarto, 5]
[Sunarto, Hari, 4]
[Sunarto, Gagah, 2]
[Hari, Gagah, 3]
[Pandji, Dodi, 7]
[Pandji, Sunarto, 6]
[Pandji, Hari, 5]
[Pandji, Gagah, 4]
[Dodi, Hari, 3]
[Dodi, Gagah, 2]
[Dodi, Sunarto, 2]
[Sunarto, Hari, 2]
[Sunarto, Gagah, 2]
[Hari, Gagah, 2]
[Pandji, Dodi, 8]
[Pandji, Sunarto, 7]
[Pandji, Hari, 6]
[Pandji, Gagah, 5]
[Dodi, Hari, 4]
[Dodi, Gagah, 3]
[Dodi, Sunarto, 3]
[Sunarto, Hari, 2]
[Sunarto, Gagah, 2]
[Hari, Gagah, 1]
Teridiri dari tujuan, variabel yang digunakan dan alternatifnya apa saja :
Hasil Analisa perhitungan dari AHP
| Weight | Pandji | Dodi | Sunarto | Hari | Gagah | Inconsistency | |
|---|---|---|---|---|---|---|---|
| Memilih Pemimpin yang paling Cocok | 100.0% | 60.4% | 17.8% | 9.2% | 6.3% | 6.2% | 7.4% |
| Kontribusi | 65.1% | 39.9% | 11.9% | 5.6% | 3.7% | 3.9% | 9.5% |
| Komitmen | 20.6% | 11.7% | 3.3% | 2.3% | 1.7% | 1.5% | 8.7% |
| Kompetensi | 9.6% | 5.9% | 1.8% | 0.9% | 0.6% | 0.5% | 22.4% |
| Usia | 4.8% | 3.0% | 0.8% | 0.4% | 0.3% | 0.3% | 8.8% |
Tampak dari perhitungan AHP Sdr. Pandji memiliki peluang yang lebih besar dibandingkan kandidat lainnya dengan bobot 60.4%, sedangkan calon yang lain mempunyai bobot yang relatif kecil (< dari 25%).
Dari perhitungan diatas tampak pada kolom Inkonsistensi terjadi ketika atasan menilai kompetensi, inkonsistensinya terjadi diluar ambang batas 10%. Hal ini dimungkinkan terjadi bias penilaianyang cukup besar yakni 22.4%, sehingga penilaian pada aspek ini harus ditinjau ulang dikemudian hari.
Demikian teknik AHP dapat digunakan untuk memilih pemimpin dengan cara yang obyektif. Keseluruhan perhitungan dikalkulasi dengan R statistics menggunakan paket library(ahp) untuk lebih lanjut bisa merujuk : https://ipub.com/ahp-package/
Depok 12 Januari 2017