COVER
Judul
Analisis Spasial Kasus Pneumonia Pada Balita di Jawa Timur Tahun
2022
Nama
Stephani Julieta
Program Studi
S-1 Statistika
NPM
140610230050
Mata Kuliah
Spasial
Dosen Pembimbing Mata Kuliah
I Gede Nyoman Mindra Jaya, P.hd
Abstrak
(Isi abstrak singkat ±150–200 kata: latar belakang, tujuan, metode, hasil utama, dan kesimpulan. Akan diisi setelah seluruh analisis selesai.)
Pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada balita di berbagai negara, termasuk Indonesia. Pada kelompok usia balita, pneumonia berkontribusi besar terhadap beban penyakit karena sistem imun yang belum matang, kerentanan terhadap infeksi saluran napas, serta faktor lingkungan dan sosial ekonomi yang dapat memperburuk risiko penularan dan keparahan. Selain berdampak pada kesehatan anak, pneumonia pada balita juga menimbulkan beban ekonomi bagi keluarga dan sistem layanan kesehatan akibat meningkatnya kebutuhan kunjungan pelayanan, pengobatan, dan perawatan.
Di tingkat daerah, beban pneumonia balita tidak selalu merata. Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu provinsi dengan jumlah penduduk besar serta keragaman karakteristik wilayah—mulai dari kawasan perkotaan padat, wilayah industri, hingga kawasan perdesaan dan kepulauan—memiliki potensi variasi risiko pneumonia yang berbeda antar kabupaten/kota. Perbedaan tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor kepadatan penduduk, kualitas hunian dan ventilasi rumah, akses air bersih dan sanitasi, cakupan imunisasi, status gizi, perilaku pencarian pengobatan, hingga aksesibilitas dan kualitas layanan kesehatan. Selain itu, faktor lingkungan seperti kualitas udara (misalnya polusi perkotaan, pembakaran sampah, atau asap rokok dalam rumah) dan kondisi iklim setempat juga dapat berperan dalam memengaruhi pola kejadian pneumonia.
Pada tahun 2022, kondisi pemulihan layanan kesehatan pascapandemi turut menjadi perhatian karena dapat memengaruhi cakupan layanan dasar (seperti imunisasi, pemantauan tumbuh kembang, dan penemuan kasus). Situasi ini berpotensi memunculkan perubahan pola pelaporan dan distribusi kasus antarwilayah. Oleh karena itu, pemetaan dan analisis distribusi kasus pneumonia balita tahun 2022 penting dilakukan untuk memahami apakah terdapat konsentrasi kasus pada wilayah tertentu (cluster) dan apakah wilayah dengan beban tinggi berdekatan secara geografis, yang dapat mengindikasikan adanya pengaruh faktor spasial.
Pendekatan analisis spasial menjadi relevan karena mampu menggambarkan pola persebaran kasus secara geografis serta mengidentifikasi wilayah prioritas secara lebih presisi dibandingkan analisis nonspasial. Melalui pemetaan tematik dan uji autokorelasi spasial (misalnya Moran’s I) maupun analisis klaster (misalnya LISA/hotspot), penelitian dapat menunjukkan apakah kasus pneumonia balita cenderung mengelompok pada lokasi tertentu atau menyebar secara acak. Hasil analisis spasial ini dapat menjadi dasar untuk intervensi kesehatan masyarakat yang lebih tepat sasaran—misalnya penguatan penemuan kasus dan tata laksana di kabupaten/kota tertentu, peningkatan cakupan imunisasi dan edukasi pencegahan di wilayah berisiko, serta perbaikan determinan lingkungan dan sosial yang berkontribusi terhadap tingginya kejadian pneumonia.
Berdasarkan uraian tersebut, analisis spasial kasus pneumonia pada balita di Jawa Timur tahun 2022 perlu dilakukan untuk (1) memetakan distribusi kasus menurut kabupaten/kota, (2) menilai ada tidaknya autokorelasi spasial, dan (3) mengidentifikasi klaster wilayah risiko tinggi/rendah sebagai dasar penyusunan kebijakan dan program pencegahan pneumonia balita yang lebih efektif dan berbasis wilayah.
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN
KONSEP EPIDEMIOLOGI (AGENT–HOST–ENVIRONMENT)
UKURAN ASOSIASI
DESAIN STUDI
SUMBER DATA
VARIABEL
METODE ANALISIS
ALUR KERJA
TABEL HASIL
PETA
GRAFIK TREN
INTERPRETASI
KESIMPULAN
SARAN
SCRIPT ANALISIS