Tugas Week 10
Essential of Probability
1 Pengenalan Dasar Probabilitas dalam Statistika
Probabilitas merupakan salah satu konsep dasar dalam statistika yang digunakan untuk mengukur kemungkinan terjadinya suatu peristiwa atau kejadian dalam ruang sampel. Probabilitas dapat didefinisikan sebagai angka yang berada di antara 0 dan 1, dengan arti:
Probabilitas 0 berarti peristiwa tersebut tidak akan terjadi.
Probabilitas 1 berarti peristiwa tersebut pasti terjadi.
Konsep probabilitas memungkinkan kita untuk memperkirakan hasil yang mungkin terjadi berdasarkan data yang kita miliki atau melalui percobaan acak. Dalam percobaan acak sederhana seperti melempar koin, probabilitas munculnya kepala adalah 0,5 atau 50% karena kedua hasil yang mungkin (kepala atau ekor) memiliki kemungkinan yang sama.
1.1 Teori Probabilitas
Teori probabilitas memberikan dasar matematis untuk memahami dan menghitung probabilitas suatu kejadian. Salah satu elemen utama dalam teori probabilitas adalah ruang sampel (sample space), yang merupakan kumpulan semua hasil yang mungkin terjadi dalam sebuah percobaan.
Contoh:
Dalam pelemparan koin, ruang sampelnya adalah {kepala, ekor}.
Dalam pelemparan dadu, ruang sampelnya adalah {1, 2, 3, 4, 5, 6}.
Peristiwa atau kejadian yang kita minati adalah subset dari ruang sampel ini, yang bisa berupa salah satu hasil atau sekumpulan hasil.
1.2 Jenis-Jenis Probabilitas
Probabilitas dapat dibagi menjadi beberapa jenis, tergantung pada cara perhitungannya:
Probabilitas Klasik: Probabilitas dihitung berdasarkan jumlah hasil yang diinginkan dibandingkan dengan jumlah total hasil yang mungkin. Sebagai contoh, probabilitas munculnya angka 4 pada pelemparan dadu adalah 1/6 karena ada satu sisi yang menunjukkan angka 4 dari total 6 sisi dadu.
Probabilitas Empiris: Probabilitas ini dihitung berdasarkan data yang diperoleh dari eksperimen atau pengamatan. Misalnya, jika kita melempar koin 100 kali dan kepala muncul 55 kali, maka probabilitas empiris munculnya kepala adalah 55/100.
Probabilitas Subjektif: Ini adalah perkiraan probabilitas yang diberikan berdasarkan penilaian pribadi atau pengalaman, tanpa data eksperimen yang konkret.
1.3 Penerapan Probabilitas
Probabilitas memiliki banyak aplikasi praktis dalam berbagai bidang kehidupan sehari-hari dan penelitian ilmiah, di antaranya:
Asuransi: Perusahaan asuransi menggunakan probabilitas untuk menghitung risiko dan menentukan premi asuransi. Misalnya, probabilitas kecelakaan mobil memengaruhi besarnya premi yang harus dibayar oleh pemegang polis.
Meteorologi: Dalam peramalan cuaca, probabilitas digunakan untuk meramalkan kemungkinan terjadinya hujan, badai, atau fenomena cuaca lainnya berdasarkan data historis dan model matematis.
Kesehatan dan Epidemiologi: Dalam bidang kesehatan, probabilitas digunakan untuk memperkirakan prevalensi penyakit, mengevaluasi faktor risiko, dan merencanakan intervensi kesehatan masyarakat.
Keuangan: Dalam analisis risiko investasi, probabilitas digunakan untuk memodelkan fluktuasi pasar, memprediksi harga saham, dan mengevaluasi portofolio investasi.
Ilmu Sosial dan Kebijakan Publik: Penelitian yang melibatkan survei atau eksperimen sering kali menggunakan probabilitas untuk menarik kesimpulan tentang populasi berdasarkan sampel. Probabilitas juga digunakan dalam analisis kebijakan publik untuk memprediksi dampak dari keputusan yang diambil.
2 Konsep Dasar
Probabilitas adalah konsep dasar dalam matematika yang digunakan untuk mengukur kemungkinan terjadinya suatu peristiwa. Dalam memahami probabilitas, ada beberapa konsep utama yang perlu dikuasai, yaitu probabilitas sederhana, ruang sampel, dan aturan komplementer.
2.1 Probabilitas Sederhana
Probabilitas suatu peristiwa A dapat dihitung dengan rumus berikut:
\[P(A) = \frac{\text{Jumlah hasil yang menguntungkan}}{\text{Jumlah total hasil yang mungkin}}\]
Sebagai contoh, jika sebuah koin dilempar, probabilitas mendapatkan “heads” (H) adalah 50% karena ada dua hasil yang mungkin: “heads” atau “tails”. Dengan demikian, probabilitas mendapatkan “heads” adalah:
\[P(H) = \frac{1}{2} = 0,5 = 50\%\]
2.2 Probabilitas Gabungan untuk Peristiwa Independen
Ketika dua peristiwa bersifat independen (hasil dari satu peristiwa tidak mempengaruhi peristiwa lainnya), probabilitas gabungan dari kedua peristiwa tersebut dihitung dengan mengalikan probabilitas masing-masing peristiwa.
Untuk dua peristiwa A dan B yang independen, probabilitas gabungan dihitung dengan rumus:
\[P(A \cap B) = P(A) \times P(B)\]
Misalnya, jika kita melempar dua koin berturut-turut, probabilitas untuk mendapatkan “heads” pada kedua lemparan (HH) adalah:
\[P(HH) = P(H) \times P(H) = 0,5 \times 0,5 = 0,25 = 25\%\]
2.3 Ruang Sampel
Ruang sampel adalah himpunan dari semua hasil yang mungkin dalam suatu percobaan. Dalam percobaan melempar dua koin, ruang sampel terdiri dari empat kemungkinan hasil:
\[S = \{HH, HT, TH, TT\}\]
Keterangan: - HH: Dua heads - HT:
Heads pada lemparan pertama dan tails pada lemparan kedua
- TH: Tails pada lemparan pertama dan heads pada
lemparan kedua - TT: Dua tails
Probabilitas masing-masing hasil dihitung dengan mengalikan probabilitas setiap peristiwa. Misalnya, probabilitas untuk mendapatkan “HH” adalah:
\[P(HH) = 0,5 \times 0,5 = 0,25\]
2.4 Probabilitas Setidaknya Satu Tails
Probabilitas untuk mendapatkan setidaknya satu “tails” dalam dua lemparan koin dapat dihitung dengan menjumlahkan probabilitas dari hasil yang mencakup setidaknya satu tails, yaitu “HT”, “TH”, dan “TT”:
\[P(\text{setidaknya satu tails}) = 0,25 + 0,25 + 0,25 = 0,75 = 75\%\]
Aturan Komplementer
Aturan komplementer menyatakan bahwa probabilitas suatu peristiwa tidak terjadi adalah 1 dikurangi probabilitas peristiwa tersebut. Secara matematis:
\[P(A^c) = 1 - P(A)\]
Sebagai contoh, untuk percobaan melempar dua koin, probabilitas untuk tidak mendapatkan dua tails (TT) adalah:
\[P(\text{bukan TT}) = 1 - P(TT) = 1 - 0,25 = 0,75\]
Aturan Probabilitas Utama
Ada dua aturan utama dalam probabilitas yang harus dipatuhi:
- Probabilitas berada antara 0 dan 1:
- Probabilitas suatu peristiwa selalu terletak di antara 0 dan 1
- Peristiwa dengan probabilitas 0 tidak akan terjadi
- Probabilitas 1 menunjukkan peristiwa yang pasti terjadi
- Jumlah probabilitas hasil adalah 1:
- Jumlah dari probabilitas seluruh hasil yang mungkin dalam suatu percobaan harus selalu sama dengan 1
Kesimpulan
Probabilitas sederhana, probabilitas gabungan untuk peristiwa independen, ruang sampel, dan aturan komplementer adalah konsep-konsep dasar yang penting dalam mempelajari probabilitas. Aturan dasar dalam probabilitas, yaitu bahwa probabilitas suatu peristiwa berada dalam rentang 0 hingga 1 dan jumlah total probabilitas dari seluruh hasil yang mungkin adalah 1, merupakan prinsip fundamental dalam teori probabilitas.
3 Mandiri Dan Bergantung
Pada bagian ini, dibahas mengenai perbedaan mendasar antara Independent Events (Peristiwa Mandiri) dan Dependent Events (Peristiwa Bergantung). Pemahaman terhadap kedua jenis peristiwa ini sangat penting dalam probabilitas, karena keduanya melibatkan perhitungan yang berbeda. Melalui berbagai contoh, seperti pelemparan dadu, pembalikan koin, dan pengambilan marmer tanpa pengembalian, materi ini memberikan ilustrasi yang jelas tentang bagaimana menghitung probabilitas pada peristiwa yang saling bergantung dan yang tidak saling bergantung.
3.1 Independent Events
Independent events adalah dua peristiwa yang kemunculannya tidak saling memengaruhi. Dengan kata lain, hasil dari peristiwa pertama tidak mengubah probabilitas peristiwa kedua.
Secara matematis, untuk dua peristiwa independen A dan B, probabilitas terjadinya keduanya secara bersamaan adalah:
\[P(A \cap B) = P(A) \times P(B)\]
Contoh Kasus Independent Events
Pertanyaan: Jika sebuah dadu (6 sisi) dilempar dan sebuah koin dibalik, berapa probabilitas muncul angka 5 dan heads?
Langkah 1: Probabilitas masing-masing peristiwa
Peluang muncul angka 5 pada dadu: \[P(\text{rolling a 5}) = \frac{1}{6}\]
Peluang mendapatkan heads pada koin: \[P(H) = \frac{1}{2}\]
Langkah 2: Karena peristiwa independen, kalikan kedua probabilitas tersebut \[P(\text{5 dan heads}) = \frac{1}{6} \times \frac{1}{2} = \frac{1}{12}\]
Interpretasi: Probabilitas terjadinya kedua peristiwa secara bersamaan adalah 1/12, setara dengan 0,0833 atau 8,33%.
3.2 Dependent Events
Dependent events adalah dua peristiwa di mana terjadinya peristiwa pertama mempengaruhi probabilitas peristiwa kedua. Kondisi yang membuat peristiwa menjadi dependent adalah tanpa pengembalian (without replacement) karena jumlah total item berubah setelah pengambilan pertama.
Secara matematis: \[P(A \cap B) = P(A) \times P(B|A)\]
Contoh Kasus 1: Mengambil Satu Green lalu Satu Blue (Tanpa Pengembalian)
Dalam kotak terdapat: - 7 green marbles - 3 blue marbles
- Total = 10 marbles
Pertanyaan: Berapa probabilitas mengambil green kemudian blue, tanpa pengembalian?
Langkah 1: Probabilitas mengambil green pertama \[P(G_1) = \frac{7}{10} = 0.7\]
Langkah 2: Setelah 1 green diambil, marmer tersisa 9 buah (3 di antaranya blue) \[P(B_2|G_1) = \frac{3}{9} = 0.33\]
Langkah 3: Kalikan kedua probabilitas \[P(G_1 \cap B_2) = \frac{7}{10} \times \frac{3}{9} = \frac{7}{30} = 0.233\]
Interpretasi: Probabilitas mengambil green lalu blue tanpa pengembalian adalah 0,233 atau 23,3%.
Contoh Kasus 2: Mengambil Dua Green (Tanpa Pengembalian)
Langkah 1: Probabilitas mengambil green pertama \[P(G_1) = \frac{7}{10}\]
Langkah 2: Setelah 1 green diambil, tersisa 6 green dari total 9 marmer \[P(G_2|G_1) = \frac{6}{9}\]
Langkah 3: Probabilitas dua green berturut-turut \[P(G_1 \cap G_2) = \frac{7}{10} \times \frac{6}{9} = \frac{7}{15} = 0.4667\]
Interpretasi: Peluang mengambil dua green berturut-turut tanpa pengembalian adalah 46,67%.
Ringkasan Konsep
Independent Events - Hasil peristiwa pertama tidak memengaruhi peristiwa kedua - Rumus: \[P(A \cap B) = P(A) \times P(B)\]
Dependent Events - Hasil peristiwa pertama mengubah probabilitas peristiwa kedua - Terjadi ketika tanpa pengembalian - Rumus: \[P(A \cap B) = P(A) \times P(B|A)\]
Kesimpulan
Materi ini membedakan dua jenis hubungan antar-peristiwa dalam probabilitas. Pada independent events, peristiwa berjalan tanpa saling ketergantungan. Sebaliknya, dependent events memperlihatkan perubahan probabilitas akibat terjadinya peristiwa sebelumnya. Pemahaman perbedaan ini sangat penting karena penggunaan formula yang tepat bergantung pada apakah peristiwa independen atau dependen. Contoh-contoh ini menunjukkan aplikasi nyata melalui percobaan seperti pelemparan dadu, pembalikan koin, dan pengambilan marmer tanpa pengembalian.
4 Penyatuan Peristiwa
Pada materi ini, dibahas mengenai probabilitas union dari dua peristiwa, yaitu probabilitas terjadinya salah satu dari dua peristiwa tersebut. Sebelum membahas lebih lanjut, beberapa konsep penting yang perlu dikuasai adalah ruang sampel dan probabilitas sederhana, yang sudah dijelaskan pada materi sebelumnya.
Melalui berbagai contoh dan ilustrasi, termasuk pelemparan dua dadu, materi ini akan membahas cara menghitung probabilitas union, baik itu untuk dua peristiwa yang tidak saling bergantung maupun ketika kita ingin menghitung probabilitas “OR” pada dua peristiwa. Pemahaman ini sangat penting, terutama dalam menghadapi kasus-kasus probabilitas yang lebih kompleks.
4.1 Sample Space (Ruang Sampel)
Ruang sampel merupakan himpunan seluruh hasil yang mungkin terjadi dalam suatu percobaan statistik.
Sebagai contoh, ketika melempar sebuah dadu, terdapat enam kemungkinan hasil, yaitu 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Himpunan inilah yang menjadi ruang sampel untuk pelemparan satu dadu.
Apabila dua dadu dilempar secara bersamaan, ruang sampelnya menjadi lebih besar. Karena setiap dadu memiliki enam sisi, maka total kemungkinan hasilnya adalah 6 × 6 = 36. Dengan demikian, terdapat 36 kombinasi yang mungkin terjadi dari dua dadu tersebut.
4.2 Probabilitas Sederhana
Probabilitas suatu peristiwa dihitung menggunakan rumus:
\[P(A) = \frac{\text{Jumlah hasil yang menguntungkan}}{\text{Jumlah total hasil yang mungkin}}\]
Sebagai contoh, probabilitas memperoleh dua angka “4” saat melempar dua dadu dapat dihitung sebagai berikut. Hanya terdapat satu kombinasi yang menghasilkan dua angka “4”, sementara ruang sampelnya terdiri atas 36 kemungkinan. Maka:
\[P(\text{dua 4}) = \frac{1}{36}\]
4.3 Probabilitas Union dari Dua Peristiwa
Probabilitas union menggambarkan peluang terjadinya salah satu dari dua peristiwa. Secara matematis, probabilitas union dari dua peristiwa A dan B adalah:
\[P(A \cup B) = P(A) + P(B) - P(A \cap B)\]
Pada rumus ini, \(P(A \cup B)\) merupakan probabilitas terjadinya peristiwa A atau B, sementara \(P(A)\) dan \(P(B)\) merupakan probabilitas masing-masing peristiwa. Adapun \(P(A \cap B)\) menunjukkan probabilitas terjadinya kedua peristiwa secara bersamaan.
Contoh 1: Probabilitas Mendapatkan Dua Angka Genap
Untuk menentukan probabilitas munculnya dua angka genap pada dua lemparan dadu, dicari terlebih dahulu seluruh kombinasi yang menghasilkan dua angka genap. Berdasarkan ruang sampel, terdapat 9 kombinasi yang memenuhi kriteria tersebut. Maka:
\[P(\text{dua angka genap}) = \frac{9}{36} = 0.25\]
Contoh 2: Probabilitas Mendapatkan Setidaknya Satu Angka “2”
Untuk menentukan probabilitas munculnya setidaknya satu angka “2”, dihitung seluruh kombinasi yang memuat angka “2” pada salah satu dadu. Berdasarkan ruang sampel, terdapat 11 hasil yang memenuhi. Maka:
\[P(\text{setidaknya satu 2}) = \frac{11}{36} \approx 0.3056\]
4.4 Probabilitas Union dari Dua Peristiwa dengan Operator “OR”
Kata “OR” pada soal probabilitas menunjukkan bahwa yang dihitung adalah union dari dua peristiwa. Sebagai contoh, hitung probabilitas terjadinya dua angka genap atau setidaknya satu angka “2”. Dengan menggunakan rumus union:
Diketahui: - \(P(\text{dua angka genap}) = \frac{9}{36}\) - \(P(\text{setidaknya satu 2}) = \frac{11}{36}\) - \(P(\text{dua angka genap dan setidaknya satu 2}) = \frac{5}{36}\)
Maka: \[P(\text{dua angka genap atau setidaknya satu 2}) = \frac{9}{36} + \frac{11}{36} - \frac{5}{36} = \frac{15}{36} = 0.4167\]
4.5 Visualisasi dengan Diagram Venn
Pemahaman mengenai probabilitas union dapat diperjelas melalui diagram Venn. Pada diagram tersebut:
- Area berwarna hijau menggambarkan peristiwa dua angka genap
- Area berwarna biru menggambarkan peristiwa munculnya setidaknya satu angka “2”
- Area yang saling tumpang tindih menunjukkan terjadinya kedua peristiwa secara bersamaan (intersection)
Karena area intersection terhitung dua kali saat menjumlahkan \(P(A)\) dan \(P(B)\), maka bagian tersebut harus dikurangi. Inilah alasan mengapa rumus union menggunakan pengurangan \(P(A \cap B)\).
Kesimpulan
Probabilitas union dari dua peristiwa diperoleh dengan menjumlahkan probabilitas masing-masing peristiwa, kemudian mengurangi probabilitas terjadinya keduanya secara bersamaan untuk menghindari penghitungan ganda. Untuk setiap soal yang menggunakan operator “OR”, rumus yang digunakan adalah:
\[P(A \cup B) = P(A) + P(B) - P(A \cap B)\]
Dengan memahami konsep ini serta penerapannya, berbagai persoalan probabilitas dalam ruang sampel yang kompleks dapat diselesaikan dengan lebih sistematis.
5 Eksklusif dan Lengkap
Pembahasan kali ini mencakup peristiwa saling eksklusif dan peristiwa ekstensif dalam probabilitas. Kedua jenis peristiwa ini memiliki karakteristik yang penting untuk dipahami, terutama dalam konteks ruang sampel yang lebih kompleks seperti percobaan melempar dua dadu enam sisi. Penjelasan ini akan menguraikan cara menghitung probabilitas untuk peristiwa-peristiwa yang tidak dapat terjadi bersamaan (saling eksklusif) serta peristiwa-peristiwa yang mencakup seluruh hasil dalam ruang sampel (ekstensif), disertai dengan contoh perhitungan yang relevan.
Materi ini membahas peristiwa saling eksklusif (mutually exclusive events) dan peristiwa lengkap (exhaustive events) dalam probabilitas, dengan menggunakan contoh ruang sampel dari percobaan melempar dua dadu enam sisi.
5.1 Ruang Sampel (Sample Space)
Ruang sampel merupakan himpunan seluruh hasil yang mungkin dari suatu percobaan. Misalnya, pada percobaan melempar satu dadu enam sisi, ruang sampelnya terdiri dari enam kemungkinan hasil: 1, 2, 3, 4, 5, atau 6.
Jika dua dadu dilempar secara bersamaan, ruang sampelnya berjumlah 36 hasil yang mungkin. Hal ini karena masing-masing dadu memiliki enam sisi sehingga setiap kombinasi dua angka dari dua dadu membentuk ruang sampel tersebut.
5.2 Peristiwa Saling Eksklusif (Mutually Exclusive Events)
Peristiwa saling eksklusif adalah peristiwa yang tidak memiliki hasil yang sama atau tidak berbagi elemen hasil apa pun. Artinya, dua peristiwa tersebut tidak dapat terjadi secara bersamaan. Oleh karena itu, probabilitas keduanya terjadi pada saat yang sama bernilai nol.
Contoh:
Misalkan terdapat dua peristiwa:
- Peristiwa A: Mendapatkan angka setidaknya 1-5 pada dua dadu
- Peristiwa B: Jumlah angka dari dua dadu kurang dari 4
Terdapat 11 hasil yang memenuhi kriteria peristiwa A sehingga probabilitasnya adalah:
\[P(A) = \frac{11}{36}\]
Untuk peristiwa B, terdapat 3 hasil yang memenuhi kriteria jumlah kurang dari 4 sehingga probabilitasnya:
\[P(B) = \frac{3}{36}\]
Karena tidak terdapat hasil yang sama antara kedua peristiwa tersebut, maka A dan B merupakan peristiwa saling eksklusif, sehingga:
\[P(A \cap B) = 0\]
5.3 Peristiwa Lengkap (Exhaustive Events)
Peristiwa lengkap merupakan peristiwa-peristiwa yang bersama-sama mencakup seluruh hasil yang mungkin dalam ruang sampel. Jika digambarkan melalui diagram Venn, seluruh area ruang sampel terwakili oleh peristiwa tersebut tanpa ada bagian yang tersisa.
Contoh:
Misalkan terdapat dua peristiwa:
- Peristiwa A: Mendapatkan angka setidaknya 1-6 pada dua dadu
- Peristiwa B: Jumlah angka dari dua dadu kurang dari 11
Peristiwa A memiliki 11 hasil yang memenuhi kriteria, sehingga probabilitasnya:
\[P(A) = \frac{11}{36}\]
Peristiwa B memiliki 33 hasil yang memenuhi kriteria jumlah kurang dari 11, sehingga:
\[P(B) = \frac{33}{36}\]
Karena kedua peristiwa tersebut bersama-sama mencakup seluruh ruang sampel (36 hasil), maka A dan B adalah peristiwa lengkap. Dengan demikian, probabilitas union keduanya adalah:
\[P(A \cup B) = 1\]
5.4 Hubungan antara Peristiwa Saling Eksklusif dan Lengkap
Peristiwa saling eksklusif dan peristiwa lengkap dapat muncul secara bersamaan. Misalnya, jika peristiwa A adalah jumlah angka dua dadu yang genap, dan peristiwa B adalah jumlah angka dua dadu yang ganjil, kedua peristiwa tersebut tidak mungkin terjadi secara bersamaan sehingga bersifat saling eksklusif. Namun, keduanya secara kolektif mencakup seluruh ruang sampel, sehingga juga merupakan peristiwa lengkap.
Contoh:
- Peristiwa A: Jumlah angka dua dadu adalah genap (18 hasil)
- Peristiwa B: Jumlah angka dua dadu adalah ganjil (18 hasil)
Keduanya tidak tumpang tindih sehingga saling eksklusif. Karena jumlah hasil dari kedua peristiwa mencakup seluruh ruang sampel (36 hasil), maka A dan B juga merupakan peristiwa lengkap.
Kesimpulan
Peristiwa saling eksklusif adalah peristiwa yang tidak memiliki hasil yang sama, sehingga probabilitas terjadinya kedua peristiwa secara bersamaan bernilai nol.
Peristiwa lengkap adalah peristiwa yang bersama-sama mencakup seluruh hasil dalam ruang sampel, sehingga probabilitas union-nya selalu bernilai 1.
Suatu pasangan peristiwa dapat bersifat saling eksklusif sekaligus lengkap apabila kedua peristiwa tersebut tidak tumpang tindih tetapi bersama-sama merepresentasikan seluruh ruang sampel.
6 Percobaan Binomial
Pembahasan kali ini mencakup distribusi probabilitas binomial, yang digunakan untuk menghitung probabilitas terjadinya suatu sukses atau gagal dalam eksperimen yang diulang beberapa kali. Dalam probabilitas binomial, hanya ada dua hasil yang mungkin, yaitu sukses atau gagal. Penjelasan ini akan memandu melalui beberapa contoh dan cara perhitungan probabilitas binomial, termasuk bagaimana memastikan bahwa suatu eksperimen memenuhi syarat untuk disebut eksperimen binomial, serta menghitung probabilitas pada eksperimen yang melibatkan percobaan berulang.
Distribusi Probabilitas Binomial
Distribusi probabilitas binomial mengacu pada probabilitas terjadinya suatu sukses atau gagal dalam suatu percobaan yang diulang beberapa kali. Pada probabilitas binomial, hanya terdapat dua hasil yang mungkin, yaitu sukses atau gagal. Untuk memudahkan pemahaman, istilah “bi” yang berarti “dua”—seperti pada sepeda (dua roda) atau teropong (dua lensa)—dapat digunakan untuk mengingat bahwa dalam probabilitas binomial hanya terdapat dua kemungkinan hasil.
6.1 Setting Binomial
Sebuah eksperimen dikatakan memiliki setting binomial apabila memenuhi empat kondisi berikut:
Jumlah percobaan (n) tetap
Jumlah percobaan yang dilakukan harus ditentukan sebelumnya.Terdapat dua hasil yang mungkin untuk setiap percobaan
Pada setiap percobaan hanya ada dua kemungkinan hasil, yaitu sukses atau gagal.Probabilitas sukses (p) konstan untuk setiap percobaan
Artinya, peluang sukses harus tetap sama pada setiap percobaan.Setiap percobaan bersifat independen
Hasil dari satu percobaan tidak memengaruhi hasil percobaan lainnya.
Jika suatu eksperimen memenuhi keempat kondisi tersebut, maka eksperimen tersebut dapat disebut sebagai eksperimen binomial.
6.2 Contoh Soal Binomial
Misalkan sebuah koin dilemparkan sebanyak tiga kali. Pertanyaannya adalah: berapa probabilitas mendapatkan satu kepala, dan apakah ini merupakan eksperimen binomial?
| Kemungkinan | Lemparan_1 | Lemparan_2 | Lemparan_3 | Probabilitas |
|---|---|---|---|---|
| Cara 1 | H | T | T | 0.5 × 0.5 × 0.5 = 0.125 |
| Cara 2 | T | H | T | 0.5 × 0.5 × 0.5 = 0.125 |
| Cara 3 | T | T | H | 0.5 × 0.5 × 0.5 = 0.125 |
Dengan probabilitas kepala = 0,5 dan ekor = 0,5, probabilitas masing-masing hasil dihitung dengan mengalikan probabilitas tiap kejadian. Misalnya untuk hasil H T T:
\[P(HTT) = 0,5 \times 0,5 \times 0,5 = 0,125\]
Karena terdapat tiga hasil yang memenuhi syarat, total probabilitas mendapatkan satu kepala adalah:
\[P(\text{satu kepala}) = 0,125 + 0,125 + 0,125 = 0,375\]
Pemeriksaan Binomial
Selanjutnya, kita memeriksa apakah eksperimen ini memenuhi syarat sebagai eksperimen binomial:
| Kondisi | Status | Penjelasan |
|---|---|---|
| Jumlah percobaan tetap (n = 3) | ✓ Terpenuhi | Koin dilempar tepat 3 kali |
| Dua hasil mungkin (Kepala/Ekor) | ✓ Terpenuhi | Sukses = Kepala, Gagal = Ekor |
| Probabilitas sukses konstan (p = 0.5) | ✓ Terpenuhi | Probabilitas kepala selalu 0.5 |
| Percobaan independen | ✓ Terpenuhi | Hasil lemparan tidak saling mempengaruhi |
Karena seluruh kondisi terpenuhi, eksperimen ini merupakan eksperimen binomial.
6.3 Contoh Soal Lanjutan
Misalkan terdapat 10 bola dalam sebuah kotak, terdiri dari 3 bola merah, 2 bola hijau, dan 5 bola biru. Jika dipilih 5 bola dengan pengembalian, berapa probabilitas memilih tepat 2 bola hijau?
Pemeriksaan Binomial Untuk menentukan apakah percobaan ini merupakan eksperimen binomial, kita memeriksa kondisi berikut:
| Kondisi | Status | Penjelasan |
|---|---|---|
| Jumlah percobaan tetap (n = 5) | ✓ Terpenuhi | Mengambil tepat 5 bola |
| Dua hasil mungkin (Hijau/Bukan Hijau) | ✓ Terpenuhi | Sukses = bola hijau, Gagal = bola lain |
| Probabilitas sukses konstan (p = 0.2) | ✓ Terpenuhi | p = 2/10 = 0.2 (tetap karena pengembalian) |
| Percobaan independen | ✓ Terpenuhi | Pengembalian menjamin independence |
Probabilitas Dasar
P(Sukses) = P(Hijau) = 2/10 = 0.2
P(Gagal) = P(Bukan Hijau) = 8/10 = 0.8
Menggunakan Rumus Binomial
Untuk menghitung probabilitas memilih tepat dua bola hijau, dapat digunakan rumus binomial:
\[P(X = k) = \binom{n}{k} p^k (1-p)^{n-k}\]
Dengan:
\(n = 5\) (jumlah percobaan)
\(k = 2\) (jumlah sukses yang diinginkan)
\(p = 0,2\) (probabilitas sukses)
\(1 - p = 0,8\) (probabilitas gagal)
Substitusi nilai ke dalam rumus:
\[P(X = 2) = \binom{5}{2} (0,2)^2 (0,8)^3 = 10 \times 0,04 \times 0,512 = 0,2048\]
Jadi, probabilitas memilih tepat dua bola hijau adalah 0,2048.
7 Distribusi Binomial
Distribusi binomial digunakan untuk menghitung peluang sukses dalam sejumlah percobaan, di mana setiap percobaan hanya memiliki dua kemungkinan hasil (sukses atau gagal) dan probabilitas sukses tetap konstan di setiap percobaan. Pahami konsep dasar distribusi binomial untuk memudahkan analisis probabilitas dalam eksperimen yang melibatkan dua hasil yang terbatas.
Pengertian Distribusi Binomial
Distribusi binomial adalah distribusi probabilitas diskrit yang menggambarkan jumlah sukses dalam sejumlah percobaan independen dengan probabilitas sukses yang tetap.
7.1 Rumus Binomial
Rumus binomial digunakan untuk menghitung probabilitas terjadinya k sukses dalam n percobaan, dengan probabilitas sukses p pada setiap percobaan. Rumusnya adalah:
\[P(k) = \binom{n}{k} p^k (1-p)^{n-k}\]
Dengan keterangan: - \(k\) adalah jumlah sukses yang diinginkan - \(n\) adalah jumlah percobaan - \(p\) adalah probabilitas sukses pada setiap percobaan
7.2 Contoh Kasus Binomial
Misalkan koin dilempar dua kali, dan ingin dihitung probabilitas mendapatkan 1 kepala (sukses). Dalam hal ini: - \(n = 2\) (dua lemparan koin) - \(p = 0.5\) (peluang mendapatkan kepala sebesar 50%)
Menggunakan rumus binomial, probabilitas untuk setiap nilai k (0, 1, dan 2) adalah:
\[P(0) = \binom{2}{0} (0.5)^0 (0.5)^2 = 0.25\] \[P(1) = \binom{2}{1} (0.5)^1 (0.5)^1 = 0.50\] \[P(2) = \binom{2}{2} (0.5)^2 (0.5)^0 = 0.25\]
Dengan demikian, probabilitas mendapatkan: - 0 kepala adalah 0.25 - 1 kepala adalah 0.50 - 2 kepala adalah 0.25
7.3 Visualisasi Distribusi Binomial
Visualisasi Dasar (n=2, p=0.5)
Pengaruh Nilai p terhadap Bentuk Distribusi
Perbandingan Tiga Bentuk Distribusi Binomial
| Parameter | p…0.1 | p…0.5 | p…0.8 |
|---|---|---|---|
| Probabilitas Sukses (p) | 0.1 | 0.5 | 0.8 |
| Bentuk Distribusi | Skewed Right (Miring Kanan) | Simetris | Skewed Left (Miring Kiri) |
| Mean (μ = np) | 10 × 0.1 = 1 | 10 × 0.5 = 5 | 10 × 0.8 = 8 |
| Varians (σ² = np(1-p)) | 10 × 0.1 × 0.9 = 0.9 | 10 × 0.5 × 0.5 = 2.5 | 10 × 0.8 × 0.2 = 1.6 |
| Standar Deviasi (σ) | √0.9 ≈ 0.95 | √2.5 ≈ 1.58 | √1.6 ≈ 1.26 |
| Karakteristik | Probabilitas sukses rendah, sebagian besar outcome berupa kegagalan | Probabilitas sukses dan gagal seimbang, distribusi berbentuk bell curve | Probabilitas sukses tinggi, sebagian besar outcome berupa sukses |
| Interpretasi Praktis | Sangat sulit mendapatkan sukses, outcome cenderung terkonsentrasi di nilai k kecil | Outcome tersebar merata, paling mungkin mendapatkan 4-6 sukses | Sangat mudah mendapatkan sukses, outcome cenderung terkonsentrasi di nilai k besar |
5. Pengaruh Nilai p pada Bentuk Distribusi
Distribusi binomial sangat dipengaruhi oleh nilai p sebagai probabilitas sukses pada setiap percobaan.
- Jika p = 0.5, distribusi bersifat simetris
- Jika p < 0.5, distribusi condong ke kanan (right-skewed), menunjukkan lebih banyak kegagalan daripada sukses
- Jika p > 0.5, distribusi condong ke kiri (left-skewed), menunjukkan lebih banyak sukses daripada kegagalan
Contoh: - Jika \(p = 0.1\) dan \(n = 10\), distribusi akan terpusat pada nilai rendah (lebih banyak kegagalan) - Jika \(p = 0.8\) dan \(n = 10\), distribusi terpusat pada nilai tinggi (lebih banyak sukses)
6. Pendekatan Normal untuk Distribusi Binomial
Saat nilai n semakin besar, distribusi binomial cenderung mendekati distribusi normal. Untuk menggunakan pendekatan normal, harus dipenuhi dua kondisi berikut:
\[n \times p \geq 10\] \[n \times (1-p) \geq 10\]
Kedua syarat ini memastikan bahwa pendekatan normal dapat digunakan secara aman untuk analisis dan perhitungan probabilitas pada distribusi binomial.
Contoh Pengecekan:
| Contoh | n | p | np | n1_p | Kriteria_1 | Kriteria_2 | Pendekatan_Normal |
|---|---|---|---|---|---|---|---|
| n=10, p=0.5 | 10 | 0.50 | 5 | 5 | Tidak | Tidak | Tidak Bisa |
| n=10, p=0.1 | 10 | 0.10 | 1 | 9 | Tidak | Ya | Tidak Bisa |
| n=50, p=0.1 | 50 | 0.10 | 5 | 45 | Tidak | Ya | Tidak Bisa |
| n=100, p=0.05 | 100 | 0.05 | 5 | 95 | Tidak | Ya | Tidak Bisa |
Ringkasan Visual Perkembangan ke Distribusi Normal
Kesimpulan
Distribusi binomial digunakan untuk menghitung probabilitas jumlah sukses dalam percobaan berulang. Rumus binomial memungkinkan perhitungan probabilitas sukses pada setiap percobaan, dan parameter seperti rata-rata, varians, dan standar deviasi dapat dihitung secara langsung. Bentuk distribusi sangat ditentukan oleh nilai p, yang mempengaruhi apakah distribusi bersifat simetris atau condong ke salah satu sisi. Ketika nilai n besar dan memenuhi dua kondisi tertentu, distribusi binomial dapat didekati dengan distribusi normal.
8 Daftar Pustaka
[1] Dsciencelabs (bookdown). (n.d.). Essentials of Probability. Diakses dari: https://bookdown.org/dsciencelabs/intro_statistics/06-Essentials_of_Probability.html
[2] Revou.co. (n.d.). Probabilitas: Pengertian, Rumus, dan Cara Menghitung. Diakses dari: https://www.revou.co/kosakata/probabilitas
[3] Gurumuda.net. (n.d.). Konsep dasar probabilitas dalam statistika. Diakses dari: https://gurumuda.net/statistika/konsep-dasar-probabilitas-dalam-statistika.htm