Oleh:
Amar Bachtiar Tirta Cindhana
NIM. 235090507111054
PROGRAM STUDI STATISTIKA
DEPARTEMEN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2025
1.1 Latar Belakang
Ketimpangan jumlah fasilitas kesehatan antarprovinsi di Indonesia
masih menjadi masalah besar karena memengaruhi kemudahan masyarakat
mendapatkan layanan kesehatan yang layak. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa fasilitas dan tenaga kesehatan belum tersebar
merata—wilayah perkotaan dan Pulau Jawa cenderung memiliki fasilitas
lebih banyak dibandingkan daerah terpencil atau wilayah Indonesia timur.
Akibatnya, akses masyarakat terhadap layanan kesehatan dasar menjadi
berbeda-beda di setiap provinsi. Hal ini terlihat dari tidak seimbangnya
jumlah rumah sakit, rumah sakit bersalin, poliklinik, puskesmas,
puskesmas pembantu, dan apotek di berbagai daerah,sehingga menyebabkan
kesenjangan masyarakat dalam memperoleh layanan kesehatan.
Agar pemerintah dapat membuat kebijakan pemerataan fasilitas
kesehatan yang lebih tepat, diperlukan analisis yang melihat pola dan
karakteristik tiap provinsi berdasarkan indikator seperti jumlah rumah
sakit, puskesmas, dan apotek. Metode pengelompokan (clustering), seperti
K-Medoids, sangat berguna untuk mengelompokkan provinsi yang memiliki
tingkat ketersediaan fasilitas kesehatan yang mirip. Dengan cara ini,
pemerintah dapat mengetahui provinsi mana yang masuk kelompok tinggi,
sedang, atau rendah, sehingga alokasi anggaran dan program peningkatan
layanan dapat diberikan pada kelompok yang paling membutuhkan. Metode
clustering juga banyak digunakan dalam penelitian sebelumnya untuk
menggambarkan ketimpangan kesehatan antarwilayah dan sebagai dasar
pendukung dalam perumusan kebijakan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Berapa jumlah klaster optimal untuk mengklasifikasikan
provinsi di Indonesia berdasarkan persebaran fasilitas kesehatan?
1.2.2 Apa karakteristik masing-masing klaster yang terbentuk dan
bagaimana perbedaan kondisi fasilitas kesehatan antar klaster
tersebut?
1.2.3 Bagaimana hasil pengelompokan K-Medoids dapat membantu
memberikan gambaran ketimpangan fasilitas kesehatan antar provinsi di
Indonesia?
1.3 Tujuan
1.3.1 Menentukan jumlah klaster yang paling optimal untuk
mengelompokkan provinsi berdasarkan persebaran fasilitas kesehatan.
1.3.2 Menganalisis karakteristik setiap klaster yang terbentuk serta
mengidentifikasi perbedaan kondisi fasilitas kesehatan antar
klaster.
1.3.3 Menyajikan gambaran ketimpangan fasilitas kesehatan antar
provinsi berdasarkan hasil pengelompokan sebagai dasar untuk rekomendasi
kebijakan.
1.4 Variabel
Data diperoleh dari website Badan Pusat Statistik (BPS) pada link
berikut:
https://shorturl.at/jI2n0
1.4.1 Jumlah rumah sakit
1.4.2 Jumlah rumah sakit bersalin
1.4.3 Jumlah poliklinik
1.4.4 Jumlah puskesmas
1.4.5 Jumlah puskesmas pembantu
2.1 Analisis Cluster
Analisis cluster merupakan teknik statistik yang digunakan untuk
mengelompokkan sekumpulan objek atau data ke dalam beberapa kelompok
berdasarkan kemiripan karakteristiknya (Awaliyah dkk., 2024). Prinsip
dasarnya adalah bahwa objek-objek yang berada dalam satu kelompok
memiliki kemiripan yang lebih tinggi dibandingkan dengan objek yang
berada pada kelompok lain (Hair dkk., 2010). Secara ideal, suatu hasil
pengelompokan yang baik ditandai oleh dua hal, yaitu tingginya tingkat
kemiripan antar objek dalam satu cluster (homogenitas dalam cluster) dan
besarnya perbedaan antar cluster (heterogenitas antar cluster). Dengan
demikian, setiap cluster akan menggambarkan kelompok objek yang secara
karakteristik benar-benar berbeda dari kelompok lainnya.
Dalam praktiknya, analisis cluster dibedakan menjadi dua pendekatan
utama, yaitu metode hirarki dan non-hirarki. Metode hirarki digunakan
ketika jumlah cluster belum ditentukan sebelumnya. Prosesnya dimulai
dengan mengelompokkan objek yang paling mirip, kemudian dilanjutkan
secara bertahap hingga membentuk struktur bertingkat yang biasanya
divisualisasikan melalui dendrogram. Sementara itu, metode non-hirarki
digunakan ketika jumlah cluster telah ditetapkan sejak awal. Prosedurnya
diawali dengan menentukan pusat cluster (centroid), kemudian menghitung
jarak masing-masing objek ke centroid tersebut. Setelah itu, posisi
centroid diperbarui secara iteratif hingga tidak terjadi lagi perubahan
pengelompokan.
2.2 Algoritma K-Medoids
K-Medoids, juga dikenal sebagai PAM (Partitioning Around Medoids),
adalah metode klaster partisi yang membentuk k klaster dengan memilih
medoid (objek nyata dalam data) sebagai pusat tiap klaster. Tujuan
K-Medoids adalah meminimalkan jumlah total dissimilaritas antara objek
dalam klaster dengan medoidnya, sehingga setiap medoid menjadi
representatif nyata dari klaster tersebut.
Salah satu keunggulan utama K-Medoids dibanding K-Means adalah
ketahanannya terhadap outlier, karena pusat klaster merupakan data
aktual (medoid) sehingga tidak mudah terpengaruh observasi ekstrim.
K-Medoids juga dapat diaplikasikan dengan berbagai ukuran dissimilarity
sehingga fleksibel untuk data numerik maupun kategori (dengan definisi
jarak yang sesuai).
Tahapan K-Medoids Clustering sebagai berikut:
1. Tentukan banyak cluster dengan nilai
silhouette, lalu secara acak pilih k objek pada sekumpulan n
objek sebagai medoids.
2. Hitung jarak antara objek dan medoid menggunakan jarak
Euclidean.
3. Tetapkan cluster untuk tiap objek.
4. Hitung total cost dan cost dari pertukaran medoids Oj
dengan Orandom.
\[Cost_k = \sum_{i∈Ck}d(i, m_k) \]
\[Total Cost = \sum_{k=1}^KCost_k =
\sum_{k=1}^K\sum_{i∈Ck}d(i, m_k)\]
5. Jika Total Costbaru < Total Costlama
maka tukar Oj dengan Orandom, untuk membentuk
sekumpulan k
objek baru sebagai medoids.
6. Lakukan hingga tidak ada perubahan
2.3 Ukuran Jarak Euclidean Dalam Clustering
Jarak Euclidean ialah akar dari jumlah kuadrat perbedaan/deviasi di
dalam nilai untuk setiap variabel. Jarak Euclidean juga biasa disebut
sebagai metode perhitungan jarak yang didasarkan pada ruang berdimensi
terbatas
bernilai riil. Adapun persamaan untuk menghitung jarak Euclidean
adalah sebagai berikut:
\[d(x,y)=\sqrt{\sum_{i=1}^n(x_i-y_i)^2}
\] dengan:
\(d(x,y)\) =
Jarak Euclidean antar objek \(x\) dan \(y\)
\(x_i\) = Nilai variabel ke-\(i\) objek \(x\)
\(y_i\) = Nilai variabel ke-\(i\) objek \(y\)
2.4 Nilai Silhouette
Nilai silhouette digunakan untuk menilai kecocokan objek, kualitas
cluster, memilih jumlah cluster optimal, dan mendeteksi outlier. Berikut
adalah rumus untuk menghitungnya:
\[ S(i)=\frac{b(i)-a(i)}{max\{a(i),b(i)\}}
\] dengan a(i) dan b(i) sebagai berikut: \[a(i)=\frac{1}{|C|-1}\sum_{j∈C_i, j\not=i}d(i,
j)\] \[b(i)=min\frac{1}{|C|}\sum_{j∈C_i}d(i,
j)\]
3.1 Memanggil Packages
library(tidyverse)
library(readxl)
library(factoextra)
library( cluster)
library(knitr)
1. Packages ‘tidyverse’ digunakan untuk mempermudah manipulasi dan
transformasi data sebelum analisis cluster.
2. Packages ‘readxl’ digunakan untuk membaca file Excel berisi
dataset yang akan dianalisis.
4. Packages ‘cluster’ digunakan untuk untuk menjalankan algoritma
k-medoids (PAM) dan menghitung silhouette untuk tiap objek s(i).
5. Packages ‘knitr’ digunakan untuk mempermudah penyajian tabel dan
ringkasan statistik hasil cluster dalam laporan.
3.2 Import dan Cleaning Data
data.faskes = read_excel('C:/Users/AMAR/Downloads/DATA_SARANA_KESEHATAN.xlsx')
data.faskes
data.clean = data.faskes[, -1]
data.clean
Syntax untuk import dataset dari file excel, kemudian menghapus
kolom pertama yang berisi nama Provinsi
3.3 Menentukan Jumlah Cluster Optimal dengan
Silhouette
fviz_nbclust(data.clean, pam, method = "silhouette")
Menentukan jumlah cluster optimal dengan
Silhouette
3.4 Melakukan Analisis Cluster K-Medoids
set.seed(123)
pam_model <- pam(data.clean, k = 2, metric = 'euclidean')
pam_model$clustering # cluster tiap provinsi
pam_model$medoids # medoid dari tiap cluster
pam_model$clusinfo # informasi cluster
data.faskes$cluster <- pam_model$clustering
data.faskes
Melakukan K-Medoids Clustering dengan jarak
Euclidean
3.5 Visualisasi Hasil Cluster
fviz_cluster(pam_model,
data = data.clean,
main = "Hasil Cluster K-Medoids Fasilitas Kesehatan")
3.6 Ringkasan Karakteristik Tiap Cluster
karakteristik <- data.clean %>%
mutate( cluster = pam_model$clustering) %>%
group_by(cluster) %>%
summarise_all("mean")
kable(karakteristik, caption = 'Karakteristik Cluster', digits = 1)
3.7 Validitas Kecocokan Objek ke Dalam Cluster
sil <- silhouette(pam_model$cluster, dist(data.clean, method = 'euclidean'))
sil_df <- as.data.frame(sil)
sil_df
sil_avg <- sil_df %>%
group_by(cluster) %>%
summarise(`Mean Silhouette` = mean(sil_width))
kable(sil_avg, caption = 'Rata-rata nilai silhouette tiap cluster')
Validitas kecocokan objek ke dalam cluster adalah ukuran seberapa
baik suatu objek ditempatkan pada cluster tertentu dibandingkan dengan
cluster lain.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Import Dataset
data.faskes = read_excel('C:/Users/AMAR/Downloads/DATA_SARANA_KESEHATAN.xlsx')
kable(data.faskes)
| ACEH |
64 |
225 |
258 |
395 |
971 |
346 |
| SUMATERA UTARA |
199 |
441 |
800 |
661 |
1887 |
740 |
| SUMATERA BARAT |
54 |
139 |
127 |
294 |
721 |
257 |
| RIAU |
55 |
207 |
329 |
272 |
1033 |
351 |
| JAMBI |
36 |
151 |
103 |
231 |
654 |
211 |
| SUMATERA SELATAN |
65 |
248 |
195 |
403 |
935 |
244 |
| BENGKULU |
20 |
5 |
49 |
190 |
456 |
141 |
| LAMPUNG |
53 |
238 |
307 |
350 |
936 |
356 |
| KEP. BANGKA BELITUNG |
21 |
25 |
25 |
63 |
148 |
73 |
| KEP. RIAU |
23 |
35 |
76 |
88 |
243 |
90 |
| DKI JAKARTA |
119 |
156 |
230 |
257 |
3 |
242 |
| JAWA BARAT |
292 |
1245 |
1670 |
1170 |
1800 |
1758 |
| JAWA TENGAH |
274 |
871 |
1232 |
921 |
1832 |
2068 |
| DI YOGYAKARTA |
61 |
102 |
158 |
126 |
300 |
226 |
| JAWA TIMUR |
317 |
1183 |
1101 |
1036 |
2338 |
1842 |
| BANTEN |
87 |
280 |
467 |
267 |
346 |
402 |
| BALI |
49 |
61 |
71 |
124 |
495 |
214 |
| NUSA TENGGARA BARAT |
31 |
20 |
72 |
173 |
550 |
237 |
| NUSA TENGGARA TIMUR |
48 |
42 |
108 |
414 |
1030 |
172 |
| KALIMANTAN BARAT |
39 |
95 |
98 |
264 |
836 |
123 |
| KALIMANTAN TENGAH |
19 |
63 |
95 |
221 |
1101 |
85 |
| KALIMANTAN SELATAN |
34 |
126 |
131 |
253 |
464 |
162 |
| KALIMANTAN TIMUR |
39 |
56 |
125 |
199 |
727 |
196 |
| KALIMANTAN UTARA |
11 |
4 |
15 |
59 |
179 |
49 |
| SULAWESI UTARA |
46 |
77 |
68 |
217 |
540 |
170 |
| SULAWESI TENGAH |
29 |
58 |
60 |
224 |
698 |
181 |
| SULAWESI SELATAN |
75 |
121 |
180 |
493 |
1394 |
490 |
| SULAWESI TENGGARA |
31 |
56 |
40 |
283 |
557 |
189 |
| GORONTALO |
14 |
2 |
42 |
96 |
250 |
97 |
| SULAWESI BARAT |
10 |
8 |
16 |
100 |
340 |
47 |
| MALUKU |
27 |
20 |
31 |
235 |
481 |
66 |
| MALUKU UTARA |
20 |
11 |
28 |
142 |
277 |
76 |
| PAPUA BARAT |
16 |
10 |
29 |
177 |
495 |
79 |
| PAPUA |
41 |
26 |
115 |
422 |
1146 |
125 |
data.clean = data.faskes[, -1]
kable(data.clean)
| 64 |
225 |
258 |
395 |
971 |
346 |
| 199 |
441 |
800 |
661 |
1887 |
740 |
| 54 |
139 |
127 |
294 |
721 |
257 |
| 55 |
207 |
329 |
272 |
1033 |
351 |
| 36 |
151 |
103 |
231 |
654 |
211 |
| 65 |
248 |
195 |
403 |
935 |
244 |
| 20 |
5 |
49 |
190 |
456 |
141 |
| 53 |
238 |
307 |
350 |
936 |
356 |
| 21 |
25 |
25 |
63 |
148 |
73 |
| 23 |
35 |
76 |
88 |
243 |
90 |
| 119 |
156 |
230 |
257 |
3 |
242 |
| 292 |
1245 |
1670 |
1170 |
1800 |
1758 |
| 274 |
871 |
1232 |
921 |
1832 |
2068 |
| 61 |
102 |
158 |
126 |
300 |
226 |
| 317 |
1183 |
1101 |
1036 |
2338 |
1842 |
| 87 |
280 |
467 |
267 |
346 |
402 |
| 49 |
61 |
71 |
124 |
495 |
214 |
| 31 |
20 |
72 |
173 |
550 |
237 |
| 48 |
42 |
108 |
414 |
1030 |
172 |
| 39 |
95 |
98 |
264 |
836 |
123 |
| 19 |
63 |
95 |
221 |
1101 |
85 |
| 34 |
126 |
131 |
253 |
464 |
162 |
| 39 |
56 |
125 |
199 |
727 |
196 |
| 11 |
4 |
15 |
59 |
179 |
49 |
| 46 |
77 |
68 |
217 |
540 |
170 |
| 29 |
58 |
60 |
224 |
698 |
181 |
| 75 |
121 |
180 |
493 |
1394 |
490 |
| 31 |
56 |
40 |
283 |
557 |
189 |
| 14 |
2 |
42 |
96 |
250 |
97 |
| 10 |
8 |
16 |
100 |
340 |
47 |
| 27 |
20 |
31 |
235 |
481 |
66 |
| 20 |
11 |
28 |
142 |
277 |
76 |
| 16 |
10 |
29 |
177 |
495 |
79 |
| 41 |
26 |
115 |
422 |
1146 |
125 |
4.2 Menentukan Jumlah Cluster Optimal dengan
Silhouette
fviz_nbclust(data.clean, pam, method = "silhouette")

4.3 Analisis Cluster K-Medoids
4.3.1 Melakukan Clustering
## [1] 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
## Rumah Sakit Rumah Sakit Bersalin Poliklinik Puskesmas Puskesmas Pembantu
## [1,] 46 77 68 217 540
## [2,] 274 871 1232 921 1832
## Apotek
## [1,] 170
## [2,] 2068
## size max_diss av_diss diameter separation
## [1,] 30 960.8397 342.0284 1434.483 914.3025
## [2,] 4 1487.0635 712.1810 1647.707 914.3025
| ACEH |
64 |
225 |
258 |
395 |
971 |
346 |
1 |
| SUMATERA UTARA |
199 |
441 |
800 |
661 |
1887 |
740 |
2 |
| SUMATERA BARAT |
54 |
139 |
127 |
294 |
721 |
257 |
1 |
| RIAU |
55 |
207 |
329 |
272 |
1033 |
351 |
1 |
| JAMBI |
36 |
151 |
103 |
231 |
654 |
211 |
1 |
| SUMATERA SELATAN |
65 |
248 |
195 |
403 |
935 |
244 |
1 |
| BENGKULU |
20 |
5 |
49 |
190 |
456 |
141 |
1 |
| LAMPUNG |
53 |
238 |
307 |
350 |
936 |
356 |
1 |
| KEP. BANGKA BELITUNG |
21 |
25 |
25 |
63 |
148 |
73 |
1 |
| KEP. RIAU |
23 |
35 |
76 |
88 |
243 |
90 |
1 |
| DKI JAKARTA |
119 |
156 |
230 |
257 |
3 |
242 |
1 |
| JAWA BARAT |
292 |
1245 |
1670 |
1170 |
1800 |
1758 |
2 |
| JAWA TENGAH |
274 |
871 |
1232 |
921 |
1832 |
2068 |
2 |
| DI YOGYAKARTA |
61 |
102 |
158 |
126 |
300 |
226 |
1 |
| JAWA TIMUR |
317 |
1183 |
1101 |
1036 |
2338 |
1842 |
2 |
| BANTEN |
87 |
280 |
467 |
267 |
346 |
402 |
1 |
| BALI |
49 |
61 |
71 |
124 |
495 |
214 |
1 |
| NUSA TENGGARA BARAT |
31 |
20 |
72 |
173 |
550 |
237 |
1 |
| NUSA TENGGARA TIMUR |
48 |
42 |
108 |
414 |
1030 |
172 |
1 |
| KALIMANTAN BARAT |
39 |
95 |
98 |
264 |
836 |
123 |
1 |
| KALIMANTAN TENGAH |
19 |
63 |
95 |
221 |
1101 |
85 |
1 |
| KALIMANTAN SELATAN |
34 |
126 |
131 |
253 |
464 |
162 |
1 |
| KALIMANTAN TIMUR |
39 |
56 |
125 |
199 |
727 |
196 |
1 |
| KALIMANTAN UTARA |
11 |
4 |
15 |
59 |
179 |
49 |
1 |
| SULAWESI UTARA |
46 |
77 |
68 |
217 |
540 |
170 |
1 |
| SULAWESI TENGAH |
29 |
58 |
60 |
224 |
698 |
181 |
1 |
| SULAWESI SELATAN |
75 |
121 |
180 |
493 |
1394 |
490 |
1 |
| SULAWESI TENGGARA |
31 |
56 |
40 |
283 |
557 |
189 |
1 |
| GORONTALO |
14 |
2 |
42 |
96 |
250 |
97 |
1 |
| SULAWESI BARAT |
10 |
8 |
16 |
100 |
340 |
47 |
1 |
| MALUKU |
27 |
20 |
31 |
235 |
481 |
66 |
1 |
| MALUKU UTARA |
20 |
11 |
28 |
142 |
277 |
76 |
1 |
| PAPUA BARAT |
16 |
10 |
29 |
177 |
495 |
79 |
1 |
| PAPUA |
41 |
26 |
115 |
422 |
1146 |
125 |
1 |
Dari hasil clustering tersebut, diperoleh bahwa provinsi di
Indonesia sudah terbagi menjadi 2 kelompok. Pada cluster 1,
terdapat 34 provinsi dan pada cluster 2 terdapat 4
provinsi.
4.3.2 Visualisasi Hasil Clustering
fviz_cluster(pam_model,
data = data.clean,
main = "Hasil Cluster K-Medoids Fasilitas Kesehatan")

Dari plot tersebut, diperoleh bahwa provinsi di Indonesia sudah
terbagi menjadi 2 kelompok. Pada cluster 1, terdapat 34
provinsi dan pada cluster 2 terdapat 4 provinsi. Namun Provinsi
dengan label ‘2’ yakni Sumatera Utara berada sedikit jauh dari
cluster 2 dan berada diantara kedua cluster.
4.3.3 Ringkasan Karakteristik Tiap Cluster
Karakteristik Cluster
| 1 |
41.2 |
88.9 |
121.6 |
234.4 |
610.2 |
189.9 |
| 2 |
270.5 |
935.0 |
1200.8 |
947.0 |
1964.2 |
1602.0 |
Berdasarkan hasil analisis cluster pada tabel, terlihat bahwa
cluster 1 memiliki jumlah fasilitas kesehatan yang jauh lebih sedikit
dibandingkan cluster 2. Hal ini menunjukkan bahwa cluster 1 cenderung
mewakili wilayah dengan ketersediaan fasilitas kesehatan relatif lebih
sedikit. Sebaliknya, cluster 2 ditandai dengan jumlah fasilitas
kesehatan yang jauh lebih banyak. Kondisi ini menggambarkan bahwa
cluster 2 merupakan kelompok wilayah dengan ketersediaan fasilitas
kesehatan yang lebih banyak dibandingkan cluster 1. Dengan demikian,
perbedaan utama antara kedua cluster adalah pada jumlah fasilitas
kesehatan, di mana cluster 2 berada pada kategori tinggi dan cluster 1
berada pada kategori sedikit
4.3.4 Validitas Kecocokan Objek ke Dalam Cluster
## cluster neighbor sil_width
## 1 1 2 0.7330053
## 2 2 1 0.0748676
## 3 1 2 0.8373905
## 4 1 2 0.7111212
## 5 1 2 0.8528111
## 6 1 2 0.7616546
## 7 1 2 0.8614787
## 8 1 2 0.7361713
## 9 1 2 0.8087496
## 10 1 2 0.8312591
## 11 1 2 0.7531083
## 12 2 1 0.6427329
## 13 2 1 0.6528023
## 14 1 2 0.8318588
## 15 2 1 0.6658155
## 16 1 2 0.7316945
## 17 1 2 0.8585255
## 18 1 2 0.8592301
## 19 1 2 0.7575939
## 20 1 2 0.8261930
## 21 1 2 0.7478057
## 22 1 2 0.8564069
## 23 1 2 0.8476448
## 24 1 2 0.8130912
## 25 1 2 0.8657953
## 26 1 2 0.8534098
## 27 1 2 0.5144775
## 28 1 2 0.8596822
## 29 1 2 0.8324527
## 30 1 2 0.8414148
## 31 1 2 0.8576793
## 32 1 2 0.8381600
## 33 1 2 0.8594206
## 34 1 2 0.7161539
Rata-rata nilai silhouette tiap cluster
| 1 |
0.8018480 |
| 2 |
0.5090546 |
Dari hasil nilai Silhouette untuk tiap objek
(Si), sebagian besar memiliki nili kecocokan diatas 50%,
namun terdapat satu provinsi, yakni Sumatera Utara yang memiliki nilai
kecocokan rendah di angka 7% yang mengindikasikan bahwa Provinsi
Sumatera Utara bisa berada di antara cluster 1 dan
cluster 2. Secara rata-rata, nilai kecocokan untuk
cluster 1 berada di angka 80% dan cluster 2 di angka
50,9%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa antar objek dalam
cluster memiliki kemiripan karakteristik yang cukup
tinggi.
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis disimpulkan bahwa jumlah cluster
optimal untuk mengelompokkan Provinsi berdasarkan fasilitas kesehatan
adalah 2, dimana cluster 1 adalah Provinsi dengan kategori
jumlah fasilitas kesehatan yang sedikit dan cluster 2 adalah
Provinsi dengan kategori jumlah fasilitas kesehatan yang lebih banyak.
Banyak sedikitnya jumlah fasilitas kesehatan bukan semata-mata
dipengaruhi karena kondisi geografis daerah perkotaan padat dan daerah
terpencil, Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengklasifikasikan
Provinsi berdasarkan dengan jumlah fasilitas kesehatan yang
tersedia.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan agar pemerintah Provinsi,
khususnya wilayah pada cluster 1, mengevaluasi faktor rendahnya jumlah
fasilitas kesehatan, seperti kondisi geografis, kepadatan penduduk, dan
anggaran. Intervensi yang tepat dapat meningkatkan akses dan
ketersediaan fasilitas kesehatan. Penelitian selanjutnya sebaiknya
menggunakan metode klasterisasi yang mempertimbangkan aspek spasial dan
menambahkan variabel tambahan seperti luas wilayah, anggaran, kualitas
layanan, dan indikator lain agar cluster yang terbentuk lebih lengkap
dan representatif.
Awaliyah, L., Rahaningsih, N., & Dana, R., D. (2024).
Implementasi Algoritma K-Means Dalam Analisis Cluster Korban Kekerasan
di Provinsi Jawa Barat. JATI (Jurnal Mahasiswa Teknik
Informatika), 8(1), 188-195.
Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., & Anderson, R. E.
(2010). Multivariate Data Analysis (7th ed.). Pearson
Sadali, M. I. Dominasi kota sebagai konsentrasi fasilitas kesehatan
(Jurnal Region, Universitas Sebelas Maret).
Sangga, V. A. P. (2018). Perbandingan algoritma K-Means dan algoritma
K-Medoids dalam pengelompokan komoditas peternakan di provinsi Jawa
Tengah tahun 2015.