Essentials of Probability

Tugas ~ Week 10

Angelique Kiyoshi Lakeisha B.U

NIM: 52250001

Tugas Statistik Probabilitas — Mr. Bakti Siregar


Definisi Probabilitas

Bab ini membahas konsep-konsep dasar dalam probabilitas yang menjadi fondasi penting dalam statistika dan analisis data. Secara sederhana, probabilitas dapat diartikan sebagai kemungkinan, sedangkan secara formal probabilitas merupakan ukuran yang menyatakan seberapa besar peluang terjadinya suatu peristiwa secara acak. Konsep ini digunakan untuk menggambarkan ketidakpastian, menilai peluang suatu kejadian, serta mendukung pengambilan keputusan yang lebih objektif berbasis data. Karena itu, pemahaman yang kuat mengenai probabilitas sangat diperlukan sebelum mempelajari teknik statistik yang lebih kompleks.

Pada bab ini dijelaskan berbagai teori dasar probabilitas, seperti ruang sampel dan kejadian, aturan komplemen, hubungan antara kejadian yang saling bergantung maupun tidak bergantung, serta gabungan beberapa kejadian. Selain itu dibahas pula jenis-jenis kejadian khusus seperti kejadian saling meniadakan dan kejadian saling melengkapi. Bab ini juga memperkenalkan konsep eksperimen binomial dan distribusi binomial, yang banyak digunakan dalam analisis data dengan dua kemungkinan hasil.

Rangkuman ini disusun untuk memberikan gambaran yang jelas, singkat, dan terstruktur dari seluruh materi tersebut sehingga dapat membantu memahami konsep probabilitas secara menyeluruh.

1 Konsep Dasar Probabilitas

Pada bagian ini, kita memahami fondasi paling dasar dari probabilitas. Sebelum membahas lebih jauh, penting mengenali bahwa konsep seperti percobaan acak, ruang sampel, dan peristiwa adalah “bahasa utama” dalam probabilitas yang akan terus muncul pada topik berikutnya. Video berikut membantu kita melihat bagaimana konsep-konsep dasar ini digunakan untuk menyatakan peluang suatu kejadian secara lebih terstruktur.

Rangkuman Vidio

Probabilitas adalah ukuran yang menggambarkan seberapa besar kemungkinan sebuah peristiwa akan terjadi dalam suatu eksperimen acak. Nilainya selalu di antara 0 dan 1, dimana 0 berarti mustahil terjadi dan 1 berarti pasti terjadi.

Setiap percobaan acak memiliki ruang sampel atau sample space (\(S\)), yaitu himpunan semua hasil yang mungkin terjadi. Jika kita tertarik pada suatu kejadian tertentu, misalnya munculnya hasil tertentu dari percobaan, kejadian tersebut dilambangkan sebagai \(A\) dan \(A\) merupakan subset dari \(S\), karena ia terdiri dari sebagian hasil yang berada di dalam ruang sampel.

Jika semua hasil dalam \(S\) memiliki peluang yang sama untuk terjadi (equally-likely outcomes), maka probabilitas kejadian \(A\) dapat dihitung dengan membandingkan jumlah hasil di dalam \(A\) terhadap jumlah seluruh hasil di dalam \(S\). Secara matematis dapat dituliskan sebagai:

\[ P(A) = \frac{n(A)}{n(S)} \] di mana \(n(A)\) = banyak hasil yang memenuhi \(A\), dan \(n(S)\) = banyak hasil di \(S\) (ruang sampel).

Contoh sederhana

  • Lempar 1 koin: \(S = \{H, T\}\). Jika koin fair, maka: \[ P(H) = \frac{1}{2}, \quad P(T) = \frac{1}{2} \]

  • Lempar 1 dadu 6 sisi: \(S = \{1,2,3,4,5,6\}\). Peluang muncul angka “5”: \[ P(5) = \frac{1}{6} \]

Aturan dasar
- Nilai probabilitas setiap kejadian antara 0 dan 1.
- Total probabilitas semua kemungkinan hasil dalam ruang sampel sama dengan 1.


Aturan Komplemen
Jika \(A\) adalah sebuah kejadian, maka komplemennya \(A^c\) (kejadian “A tidak terjadi”) juga merupakan kejadian. Karena antara “A terjadi” vs “A tidak terjadi” salah satu pasti terjadi, maka berlaku: \[ P(A^c) = 1 - P(A) \] atau ekuivalen: \[ P(A) + P(A^c) = 1 \]

  • Contoh 1: Misalnya peluang tidak muncul “gambar” jika kita lempar koin fair dan “gambar” dianggap satu sisi koin, berarti: \[ P(\text{not gambar}) = 1 - P(\text{gambar}) = 1 - \tfrac{1}{2} = \tfrac{1}{2} \]

  • Contoh 2:Jika kita melempar dadu dan A adalah kejadian “muncul angka 5”, maka komplementnya, yaitu “tidak muncul angka 5”, memiliki peluang: \[ P(A^c) = 1 - P(\text{A}) = 1 - \frac{1}{6} = \frac{5}{6} \]


Konsep dasar ini adalah fondasi dari seluruh topik probabilitas selanjutnya. Memahami ini dengan baik membuat kita lebih nyaman dan paham ketika menghadapi situasi yang lebih kompleks seperti gabungan kejadian, probabilitas bersyarat, distribusi probabilitas, dll.

2 Perbedaan Kejadian Independen dan Dependen

Dalam kehidupan sehari-hari, beberapa hal terjadi tanpa saling mempengaruhi, sementara hal lainnya justru saling berkaitan. Prinsip yang sama berlaku dalam probabilitas. Bagian ini membantu kita membedakan kedua situasi tersebut secara matematis. Dalam probabilitas, hal tersebut dinamakan dengan Kejadian Independen dan Kejadian Dependen. Video berikut akan menjelaskan perbedaan peristiwa independen dan dependen, serta bagaimana probabilitas bersyarat muncul dari situasi tersebut.

Rangkuman Vidio

Dalam probabilitas, dua kejadian dapat bersifat independen atau dependen, tergantung apakah terjadinya satu kejadian mempengaruhi peluang terjadinya kejadian lainnya. Memahami perbedaan keduanya penting karena cara menghitung peluang gabungannya (\(P(A \cap B)\)) akan berbeda.

2.1 Kejadian Independen

Dua kejadian dikatakan independen jika hasil dari satu kejadian tidak mempengaruhi probabilitas kejadian lainnya. Dengan kata lain, apa yang terjadi pada kejadian pertama tidak mengubah peluang kejadian kedua.

Secara matematis berlaku:

\[ P(A \cap B) = P(A) \times P(B) \]

Contoh 1 – Melempar koin dua kali

Setiap lemparan koin tidak terpengaruh oleh lemparan sebelumnya.

  • P(H) pada lemparan pertama: \(0.5\)
  • P(H) pada lemparan kedua: \(0.5\)

Karena independen:

\[ P(\text{HH}) = 0.5 \times 0.5 = 0.25 = 25\% \]

Contoh 2 – Melempar dadu dan koin

Dua eksperimen ini tidak saling mempengaruhi.

  • Peluang muncul angka 5 pada dadu: \(\frac{1}{6}\)
  • Peluang muncul gambar pada koin: \(\frac{1}{2}\)

Maka:

\[ P(\text{muncul 5 dan gambar}) = \frac{1}{6} \times \frac{1}{2} = \frac{1}{12} \]

2.2 Kejadian Dependen

Dua kejadian disebut dependen jika terjadinya kejadian pertama mempengaruhi peluang kejadian kedua. Situasi ini biasanya terjadi ketika tidak ada pengembalian (without replacement), seperti dalam pengambilan bola atau kartu.

Rumus yang digunakan:

\[ P(A \cap B) = P(A) \times P(B \mid A) \]

di mana \(P(B \mid A)\) adalah peluang B setelah A terjadi.

Misalkan terdapat 10 kelereng dalam satu kotak:

Jumlah kelereng hijau = 7
Jumlah kelereng biru = 3
Jumlah total kelereng = 10

Contoh 1: Peluang mendapat kelereng hijau, kemudian biru (tanpa pengembalian)

Langkah 1 – Pengambilan pertama: kelereng hijau

\[ P(\text{hijau pertama}) = \frac{7}{10} \]

Langkah 2 – Pengambilan kedua: kelereng biru, setelah satu hijau diambil

Karena satu kelereng (hijau) sudah diambil dan tidak dikembalikan, maka sisa kelereng:
- Hijau tersisa: 6
- Biru tetap: 3
- Total kelereng tersisa: 9

Sehingga probabilitas mengambil biru pada pengambilan kedua adalah:

\[ P(\text{biru kedua} \mid \text{hijau pertama}) = \frac{3}{9} \]

Langkah 3 – Probabilitas gabungan

Karena kejadian ini dependen, kita gunakan:

\[ P(A \cap B) = P(A) \times P(B \mid A) \]

\[ P(\text{hijau lalu biru}) = \frac{7}{10} \times \frac{3}{9} \]

\[ = \frac{21}{90} = \frac{7}{30} \approx 0.233 \]


Contoh 2: Peluang mendapat dua kelereng hijau berturut-turut (tanpa pengembalian)

Langkah 1 – Pengambilan pertama: kelereng hijau

\[ P(\text{hijau pertama}) = \frac{7}{10} \]

Langkah 2 – Pengambilan kedua: kelereng hijau lagi

Setelah satu hijau diambil, tersisa:
- Hijau tersisa: 6
- Total sisa kelereng: 9

\[ P(\text{hijau kedua} \mid \text{hijau pertama}) = \frac{6}{9} \]

Langkah 3 – Probabilitas gabungan

\[ P(\text{dua hijau}) = \frac{7}{10} \times \frac{6}{9} \]

\[ = \frac{42}{90} = \frac{7}{15} \approx 0.4667 \]


Kedua contoh ini menunjukkan inti dari Kejadian Dependen dimana peluang pada pengambilan kedua berubah karena hasil pengambilan pertama mempengaruhi jumlah kelereng yang tersisa.

Catatan Penting

  • Kejadian Independen
    Hasil satu kejadian tidak mempengaruhi kejadian lainnya.
    \[ P(A \cap B) = P(A) \times P(B) \]

  • Kejadian Dependen
    Hasil satu kejadian mempengaruhi kejadian lainnya.
    \[ P(A \cap B) = P(A) \times P(B \mid A) \]

Perbedaan utama terletak pada apakah peluang kejadian kedua berubah setelah kejadian pertama berlangsung. Dalam probabilitas, kejadian tanpa pengembalian (without replacement) hampir selalu bersifat dependen, karena pengambilan sebelumnya mengubah jumlah item yang tersisa. Sebaliknya, dengan pengembalian (with replacement) biasanya menghasilkan kejadian independen.

3 Gabungan Peristiwa

Sering kali kita tertarik mengetahui peluang bahwa “setidaknya salah satu” dari beberapa kejadian dapat terjadi. Sub bab ini menjelaskan cara menghitung kemungkinan terjadinya suatu peristiwa dengan tepat, dan menyadari bahwa saat dua kejadian bisa terjadi bersama, kita perlu berhati-hati agar tidak menghitung peluangnya dua kali. Video berikut akan menunjukkan bagaimana rumus gabungan (union) bekerja dan bagaimana menerapkannya pada contoh-contoh sederhana.

Rangkuman Vidio

Sebelum masuk ke materi inti sub bab ini, kita meninjau kembali konsep dari probabilitas sederhana. Dimana Probabilitas suatu kejadian dapat dihitung dengan: \[ P(A) = \frac{\text{jumlah hasil yang memenuhi A}}{\text{jumlah total hasil yang memungkinkan}} \]

Pada sub bab sebelumnya, kita juga mempelajari tentang ruang sampel. Ruang sampel adalah himpunan semua hasil yang mungkin terjadi dari sebuah percobaan acak.

  • Jika kita melempar 1 buah dadu, maka ruang sampelnya: \[ S = \{1,2,3,4,5,6\}, \quad n(S)=6 \]

  • Jika kita melempar 2 buah dadu sekaligus, maka setiap dadu memiliki 6 kemungkinan.
    Total ruang sampel menjadi: \[ n(S) = 6 \times 6 = 36 \]

Berikut ilustrasi ruang sampel untuk dua buah dadu (36 pasangan hasil):

Logo


Contoh 1: Peluang muncul dadu angka (4,4)

Hanya ada 1 pasangan yang bernilai (4,4), sehingga: \[ P(4,4) = \frac{1}{36} \]


Contoh 2: Peluang Dua Angka Genap

Angka genap pada dadu adalah 2, 4, dan 6.
Jika dua dadu, maka setiap dadu memiliki 3 kemungkinan genap.

Sehingga total pasangan dua angka genap: \[ 3 \times 3 = 9 \] Sehingga: \[ P(\text{dua angka genap}) = \frac{9}{36} \]


Contoh 3: Peluang Setidaknya Satu Angka 2

Kita mencari pasangan yang mengandung angka 2 minimal di salah satu dadu.

Ada total 11 pasangan yang memenuhi kondisi tersebut, sehingga: \[ P(\text{setidaknya satu angka 2}) = \frac{11}{36} \]


Contoh 4: Peluang Dua Angka Enam (Irisan Dua Kejadian Independen)

Kita ingin menghitung peluang muncul (6,6).
Dua dadu bersifat independen, sehingga: \[ P(6,6) = P(6) \times P(6) = \frac{1}{6} \times \frac{1}{6} = \frac{1}{36} \]

Secara ruang sampel, memang hanya ada satu pasangan dengan hasil angka dadu (6,6).

Kemudian, bagaimana jika kita ingin mencari dua peristiwa sekaligus?
Dalam video dijelaskan bahwa jika dua kejadian A dan B memiliki bagian yang beririsan, maka peluang gabungan tidak bisa hanya dijumlahkan begitu saja.
Gabungan peristiwa atau union (\(A \cup B\)) adalah kejadian di mana A terjadi, atau B terjadi, atau keduanya terjadi. Konsep ini penting karena banyak peristiwa dalam kehidupan nyata saling tumpang tindih sehingga kita perlu cara yang tepat untuk menghitung peluang total tanpa menghitung bagian yang sama dua kali.
Jika A dan B adalah dua kejadian dalam ruang sampel \(S\), maka gabungan keduanya adalah:

\[ A \cup B = \{ \omega \in S \mid \omega \text{ berada di A, atau B, atau keduanya} \} \]

Dimana \[\omega \in S\] adalah satu elemen/hasil yang ada di dalam ruang sampel

Contoh 5: Peluang Dua Angka Genap dan Setidaknya Satu Angka 2
(Irisan Dua Peristiwa)

Kedua peristiwa ini tumpang tindih.
Cara terbaik untuk penyelesaian ini adalah dengan mengamati ruang sampel. Terdapat \(\frac{9}{36}\) kemungkinan untuk mendapatkan dadu angka genap, dan \(\frac{11}{36}\) kemungkinan untuk mendapatkan dadu setidaknya satu angka 2.
Jika kita perhatikan, ada 5 pasangan yang memenuhi kedua kondisi tersebut.

Maka: \[ P(A \cap B) = \frac{5}{36} \]


Contoh 6: Peluang Dua Angka Genap atau Setidaknya Satu Angka 2
(Gabungan Dua Peristiwa)

Untuk gabungan kejadian, kita menggunakan rumus: \[ P(A \cup B) = P(A) + P(B) - P(A \cap B) \]

Substitusi nilai dari perhitungan sebelumnya: \[ P(A \cup B) = \frac{9}{36} + \frac{11}{36} - \frac{5}{36} = \frac{15}{36} \]

Berikut adalah gambar diagram venn yang menggambarkan hubungan kedua event tersebut:


Probabilitas Nilai Desimal
\(P(\text{dua angka genap})\) 0.25
\(P(\text{setidaknya satu angka 2})\) 0.3055
\(P(A \cap B)\) 0.1389
\(P(A \cup B)\) 0.4167

4 Eksklusif dan Menyeluruh

Di sub bab ini, kita membedakan kejadian-kejadian yang “tidak mungkin terjadi bersamaan” dengan kumpulan kejadian yang bersama-sama sudah mencakup semua kemungkinan. Pada dasarnya, tidak semua kejadian bisa terjadi bersamaan, dan ada juga kejadian-kejadian yang bersama-sama mencakup semua kemungkinan yang mungkin terjadi. Di bagian ini kita akan mengenali kedua konsep tersebut secara sistematis. Video berikut akan membantu kamu memahami kedua istilah ini dan perannya dalam menyusun perhitungan probabilitas.

Rangkuman Vidio

Video menjelaskan dua konsep utama dalam probabilitas, yaitu kejadian saling eksklusif (mutually exclusive) dan kejadian menyeluruh (collectively exhaustive). Kedua konsep ini digunakan untuk memahami hubungan antar kejadian dan bagaimana peluangnya dihitung di dalam ruang sampel suatu percobaan acak.


Kejadian Saling Eksklusif
Definisi: Dua kejadian dikatakan mutually exclusive apabila tidak memiliki outcome yang sama. Dengan kata lain, kedua kejadian tidak dapat terjadi secara bersamaan.
Ciri-Ciri
- Tidak memiliki irisan pada diagram Venn.
- Disebut juga sebagai disjoint events.
- Kondisi matematis:
\[ P(A \cap B) = 0 \]

Contohnya pada satu kali pelemparan dadu:
- Kejadian A: muncul angka 3
- Kejadian B: muncul angka 5

A dan B tidak dapat terjadi pada saat yang sama, sehingga termasuk kejadian saling eksklusif.


Contoh kejadian saling eksklusif dengan Dua Dadu

Ruang sampel dua dadu berisi 36 pasangan angka.

Kejadian A: Muncul minimal satu angka 5
- Jumlah hasil yang memenuhi: 11
- Peluang:
\[ P(A) = \frac{11}{36} \]

Kejadian B: Jumlah kedua dadu kurang dari 4
- Hasil yang memenuhi: (1,1), (1,2), (2,1)
- Peluang:
\[ P(B) = \frac{3}{36} \]

Apakah A dan B kejadian eksklusif?
- Kejadian A memerlukan adanya angka 5 pada salah satu dadu.
- Kejadian B hanya memungkinkan total 2 atau 3.
- Tidak ada Hasil yang memiliki angka 5 dan jumlahnya < 4.

Karena tidak ada irisan:
\[ P(A \cap B) = 0 \]

Kesimpulan: A dan B adalah mutually exclusive events.

Kejadian Menyeluruh
Definisi: Kumpulan kejadian disebut exhaustive atau menyeluruh apabila secara bersama-sama menutupi seluruh ruang sampel. Artinya, dalam setiap percobaan, pasti ada salah satu kejadian yang terjadi.
Ciri-Ciri:
- Pada diagram Venn, keduanya menutupi seluruh kotak ruang sampel.
- Boleh memiliki irisan (tidak harus saling meniadakan).
- Kondisi matematis: \[ P(A \cup B) = 1 \]

Contoh sederhana pada satu dadu:
- A: muncul bilangan genap
- B: muncul bilangan ganjil

A dan B bersama-sama mencakup semua kemungkinan, sehingga bersifat exhaustive.


Contoh Kejadian Menyeluruh dengan Dua Dadu

Kejadian A: Muncul minimal satu angka 6
- Jumlah Hasil: 11
- Peluang:
\[ P(A) = \frac{11}{36} \]

Kejadian B: Jumlah kedua dadu kurang dari 11
- Jumlah hasil: 33
- Peluang:
\[ P(B) = \frac{33}{36} \]

Pada video dijelaskan bahwa terdapat 8 outcome yang menjadi irisan A dan B.

Menggunakan rumus gabungan: \[ P(A \cup B) = P(A) + P(B) - P(A \cap B) \] \[ P(A \cup B) = \frac{11}{36} + \frac{33}{36} - \frac{8}{36} = \frac{36}{36} = 1 \]

Kesimpulan: kejadian A dan B adalah kejadian menyeluruh atau exhaustive events.


Contoh kejadian yang memenuhi kedua sifat sekaligus: jumlah dua dadu genap dan ganjil.

kejadian A: Jumlah kedua dadu genap
- Hasil: 18
- Peluang:
\[ P(A) = \frac{18}{36} \]

Kejadian B: Jumlah kedua dadu ganjil
- Hasil: 18
- Peluang:
\[ P(B) = \frac{18}{36} \]

Apakah Kejadian Eksklusif?
- Suatu bilangan tidak mungkin genap dan ganjil pada saat yang sama.
- Tidak ada irisan.
\[ P(A \cap B) = 0 \]

Apakah Kejadian Menyeluruh?
- Semua bilangan pasti genap atau ganjil.
- Bersama-sama mencakup seluruh ruang sampel.
\[ P(A \cup B) = 1 \]

Kesimpulan: A dan B adalah kejadian yang saling meniadakan sekaligus saling melengkapi.

Rumus-Rumus yang Digunakan \[ P(A \cup B) = P(A) + P(B) - P(A \cap B) \]

Kejadian Eksklusif atau Mutually Exclusive: \[ P(A \cap B) = 0 \]

Kejadian Menyeluruh atau Exhaustive: \[ P(A \cup B) = 1 \]

5 Percobaan Binomial

Di bagian ini, kita mulai masuk ke percobaan yang hasilnya hanya terdiri dari dua kemungkinan, misalnya “sukses” atau “gagal”. Subbab ini memperkenalkan ciri-ciri yang harus dipenuhi agar sebuah percobaan dapat disebut binomial. Video berikut akan membantu kamu mengidentifikasi kapan sebuah situasi bisa dimodelkan sebagai percobaan binomial.

Rangkuman Vidio

Sebelum masuk ke materi inti sub bab ini, kita meninjau kembali konsep dasar yang berkaitan dengan pengaturan binomial.
Distribusi binomial digunakan untuk menghitung probabilitas mendapatkan sejumlah keberhasilan dari beberapa percobaan yang diulang-ulang dengan kondisi tertentu.


Kata binomial mengandung awalan “bi-” yang berarti dua. Dalam konteks ini maksudnya dua hasil yang mungkin pada setiap percobaan, yaitu sukses atau gagal. Contohnya: pada lemparan koin, dua hasilnya adalah Head (sukses) atau Tail (gagal).

Empat syarat (tatanan) percobaan binomial
Suatu percobaan dapat dimodelkan dengan distribusi binomial jika memenuhi keempat syarat berikut:

  1. Jumlah percobaan (n) tetap.
    Contoh: melempar koin 3 kali → n = 3.

  2. Hanya dua kemungkinan hasil pada setiap percobaan.
    Kita menyebut salah satu hasil sebagai sukses (success) dan yang lain gagal (failure).

  3. Probabilitas sukses (p) konstan pada setiap percobaan.
    Artinya peluang sukses tidak berubah antar percobaan.

  4. Percobaan saling independen.
    Hasil satu percobaan tidak memengaruhi hasil percobaan lain.

Jika keempat kondisi ini terpenuhi, kita boleh menggunakan rumus binomial untuk menghitung probabilitas.


Notasi umum
- \(n\) : jumlah percobaan
- \(k\) : jumlah keberhasilan
- \(p\) : probabilitas sukses pada setiap percobaan
- \(1-p\) (atau \(q\)) : probabilitas gagal pada setiap percobaan
- \(\displaystyle \binom{n}{k}\) : kombinasi (n pilih k)

Rumus binomial: \[ P(X = k) \;=\; \binom{n}{k} \, p^k \, (1-p)^{\,n-k} \]

Rumus ini memberi probabilitas mendapatkan tepat \(k\) sukses dari \(n\) percobaan.

Contoh 1: Melempar Koin 3 Kali

Pertanyaan: Berapa probabilitas mendapatkan tepat satu sisi H ketika koin dilempar tiga kali? Apakah ini merupakan percobaan binomial?

Pengecekan Tatanan Binomial
- n = 3 → tetap ✔
- Dua hasil: H (sukses), T (gagal) ✔
- Probabilitas H = 0.5 (konstan) ✔
- Setiap lemparan independen ✔

Contoh ini termasuk percobaan binomial.

Daftar Hasil dengan Tepat 1 H

Ada tiga kemungkinan urutan:

  • H T T
  • T H T
  • T T H

Karena P(H) = 0.5 dan P(T) = 0.5, maka untuk setiap urutan:

\[ 0.5 \times 0.5 \times 0.5 = 0.125 \]

Total probabilitas untuk tiga outcome:

\[ 0.125 + 0.125 + 0.125 = 0.375 \]


Penghitungan dengan Rumus untuk Soal Koin

\[ n = 3,\; k = 1,\; p = 0.5 \] \[ P(X=1) = \binom{3}{1} (0.5)^1 (0.5)^{2} = 3 \times 0.125 = 0.375 \]


Contoh 2: Mengambil Kelereng (Dengan Pengembalian)

Dalam satu kotak terdapat:

  • 3 kelereng pink
  • 2 kelereng hijau
  • 5 kelereng biru

Total = 10 kelereng.

Pertanyaan: Jika kita mengambil 5 kelereng dengan pengembalian, berapa probabilitas mendapatkan tepat 2 kelereng hijau?

Langkah 1: Pengecekan Tatanan Binomial
- n = 5 → tetap ✔
- Dua hasil: hijau (sukses), tidak hijau (gagal) ✔
- Probabilitas p = 2/10 = 0.2 (konstan) ✔
- Ada pengembalian → percobaan independen ✔

Contoh ini termasuk percobaan binomial.


Langkah 2: Menentukan 10 Outcome yang Berisi Tepat 2 Hijau

Misalkan:
- G = hijau
- = bukan hijau

Terdapat 10 susunan (kombinasi posisi G):

Outcome Trial 1 Trial 2 Trial 3 Trial 4 Trial 5
1 G G
2 G G
3 G G
4 G G
5 G G
6 G G
7 G G
8 G G
9 G G
10 G G

Setiap susunan memiliki:

  • 2 sukses (G): \(p^2 = 0.2^2\)
  • 3 gagal (–): \(0.8^3\)

Sehingga probabilitas setiap outcome:

\[ 0.2^2 \times 0.8^3 = 0.02048 \]

Jumlah 10 outcome:

\[ 10 \times 0.02048 = 0.2048 \]


Penghitungan dengan Rumus untuk Soal Kelereng

Diketahui:
- n = 5
- k = 2
- p = 0.2

\[ P(2) = \binom{5}{2} (0.2)^2 (0.8)^3 = 0.2048 \]

Hasilnya sama seperti perhitungan enumerasi 10 outcome.

6 Distribusi Binomial

Setelah mengenal apa itu percobaan binomial, kita juga harus mempelajari dan memahami bagaimana peluang setiap jumlah sukses dapat dihitung. Bagian ini membantu kita melihat hubungan antara parameter percobaan dengan bentuk distribusinya. Video berikut akan menunjukkan bagaimana rumus binomial digunakan serta apa arti nilai harapan dan varians pada konteks ini.

Rangkuman Vidio

Pada sub bab ini, kita mempelajari bagaimana bentuk distribusi binomial, bagaimana cara menghitung probabilitasnya, bagaimana distribusinya berubah ketika nilai p dan n dimanipulasi, serta kapan distribusi binomial dapat didekati dengan distribusi normal.

Review Rumus Binomial

\[ P(X = k) = \binom{n}{k} p^{k} (1 - p)^{n - k} \]

Di mana:
- \(n\) = jumlah percobaan
- \(k\) = jumlah keberhasilan
- \(p\) = probabilitas keberhasilan

Contoh:
Jika kita melempar koin 2 kali, maka:
- \(n = 2\)
- \(p = 0.5\) (peluang muncul sisi H)
- nilai \(k\) dapat 0, 1, atau 2

Hasil perhitungan dari rumus binomial adalah:

\[ P(0) = 0.25,\quad P(1) = 0.50,\quad P(2) = 0.25 \]

Nilai ini kemudian divisualisasikan dalam diagram batang untuk menunjukkan probabilitas masing-masing jumlah keberhasilan.

Membentuk Distribusi Binomial dari Data

Ketika nilai probabilitas keberhasilan (p) dan jumlah percobaan (n) dimasukkan ke dalam rumus, nilai-nilai probabilitas untuk setiap \(k\) digambarkan sebagai grafik batang.
Pada kasus koin (p = 0.5, n = 2), grafiknya simetris karena peluang keberhasilan dan kegagalan sama.

Dengan kata lain, grafik binomial dapat dibuat hanya dengan menggunakan rumus binomial untuk setiap nilai k.

Parameter Distribusi Binomial

Video menjelaskan bahwa jika sebuah variabel acak \(X\) mengikuti distribusi binomial, maka:

Parameter Rumus Deskripsi
Rata-rata (Mean) (μ) \[\mu = n \cdot p\] Menggambarkan nilai harapan atau rata-rata banyaknya keberhasilan dalam n percobaan.
Varians (σ²) \[\sigma^2 = n \cdot p \cdot (1 - p)\] Menunjukkan seberapa besar variasi kemungkinan hasil dari nilai rata-rata distribusi.
Simpangan Baku (σ) \[\sigma = \sqrt{n \cdot p \cdot (1 - p)}\] Mengukur seberapa jauh penyebaran nilai dari rata-ratanya, merupakan akar kuadrat dari varians.

Parameter ini penting untuk memahami bentuk dan penyebaran distribusi.


Pada bagian ini, vidio menunjukkan bagaimana nilai p mempengaruhi bentuk distribusi.

Kondisi Contoh Deskripsi
p = 0.5 0.5 Distribusi simetris, karena peluang sukses = gagal.
p < 0.5 0.1 Distribusi miring ke kanan (right-skewed). Lebih mungkin memperoleh sedikit keberhasilan.
p > 0.5 0.8 Distribusi miring ke kiri (left-skewed). Karena keberhasilan lebih mungkin terjadi.


Vidio juga menunjukkan bagaimana nilai n (jumlah percobaan) mempengaruhi bentuk distribusi

Kondisi Contoh Deskripsi
Kecil n = 10 Distribusi masih lebar dan kurang halus. Penyebaran peluang relatif besar karena jumlah percobaan sedikit.
Sedang n = 20 Distribusi mulai terlihat lebih halus dan lebih terpusat di sekitar nilai ekspektasi (np). Jumlah kemungkinan nilai bertambah sehingga grafik mulai tampak lebih teratur.
Besar n = 50 Distribusi menjadi jauh lebih halus, lebih sempit, dan lebih simetris. Dengan percobaan yang lebih banyak, bentuk distribusi mulai mendekati distribusi normal.

Dapat disimpulkan, ketika n meningkat, distribusi binomial:

  • semakin halus
  • semakin mirip dengan distribusi normal
  • data terkumpul di sekitar mean \(np\)

Hal ini terjadi karena law of large numbers, yang membuat pola probabilitas lebih stabil saat percobaan semakin banyak.


Kapan Distribusi Binomial Bisa Didekati Normal?

Video menjelaskan sebuah pedoman kasar (rough guideline) untuk menentukan apakah distribusi binomial dapat dianggap mendekati distribusi normal.

Distribusi binomial dapat didekati normal jika:
1. \(np \ge 10\)
2. \(n(1 - p) \ge 10\)

Keduanya harus terpenuhi.

Namun, ada beberapa yang menggunakan angka 5, sehingga menjadi:
1. \(np \ge 5\)
2. \(n(1 - p) \ge 5\)

7 Referensi

[1] DSCienceLabs, Essentials of Probability, in Introductory Statistics with R,
Bookdown. Available: https://bookdown.org/dsciencelabs/intro_statistics/06-Essentials_of_Probability.html, 2024.

[2] Simple Learning Pro, “Essentials of Probability – Basic Definitions,” YouTube.
Available: https://youtu.be/ynjHKBCiGXY?si=yaWVv2Sq7lqpWCtc, 2023.

[3] Simple Learning Pro, “Independent and Dependent Events,” YouTube.
Available: https://youtu.be/LS-_ihDKr2M?si=BL4AJc1-WO58pWk_, 2023.

[4] Simple Learning Pro, “Union of Events,” YouTube.
Available: https://youtu.be/vqKAbhCqSTc?si=YmTyDsqXMw0jTe7u, 2023.

[5] Simple Learning Pro, “Mutually Exclusive and Exhaustive Events,” YouTube.
Available: https://youtu.be/f7agTv9nA5k?si=1IA30WNrm3nz9OSV, 2023.

[6] Simple Learning Pro, “Binomial Experiments,” YouTube.
Available: https://youtu.be/nRuQAtajJYk?si=B10qkaW8-PbLnlUz, 2023.

[7] Simple Learning Pro, “The Binomial Distribution,” YouTube.
Available: https://youtu.be/Y2-vSWFmgyI?si=q_a6uQ0-6naQS4Ox, 2023.