title: “Laporan 2 Pengantar Statistika Spasial” author: “Resi Popita” date: “2025-11-09” output: html_document: default
Salah satu metode yang umum digunakan untuk menganalisis pola titik adalah metode Kuadran (Quadrat Analysis). Metode ini dilakukan dengan cara membagi wilayah pengamatan menjadi beberapa bagian berbentuk kuadran, kemudian menghitung jumlah titik pada masing-masing kuadran. Perbandingan antara nilai varians dan rata-rata jumlah titik tersebut menghasilkan Variance to Mean Ratio (VMR) yang digunakan untuk menentukan jenis pola sebaran. Nilai VMR yang lebih besar dari satu menunjukkan pola mengelompok, nilai mendekati satu menunjukkan pola acak, dan nilai lebih kecil dari satu menunjukkan pola seragam (Aidi, 2009). Selain itu, metode Tetangga Terdekat (Nearest Neighbor Index/NNI) juga banyak digunakan dalam analisis spasial. Metode ini menggunakan perbandingan antara nilai rata-rata jarak terhadap titik pengamatan tetangga terdekatnya dengan nilai harapan rata-rata jarak yang terjadi jika titik-titik tersebut menyebar spasial secara acak, (Modul Statistika Spasial, Pertemuan 2, 2025).
Mahasiswa mampu menentukan pola titik spasial dengan menggunakan R
Mahasiswa mampu menganalisis pola titik dengan metode kuadran dan Nearest-Neighbor
Bagaimana menentukan pola titik spasial dengan menggunakan R
Bagaiman menganalisis pola titik dengan metode kuadran dan Nearest-Neighbor
Pola titik spasial (spatial point pattern) adalah pola acak titik-titik dalam ruang d-dimensi, dengan jumlah dimensi yang sama dengan atau lebih dari dua Pola titik spasial digunakan sebagai model statistik untuk menganalisispola sebaran titik, di mana titik tersebut mewakili lokasi suatu objek penelitian. Peran penting dari metode ini adalah untuk mengidentifikasi tren spasial dalam intensitas titik.Analisis statistik pola titik spasial dapat mengungkapkan fitur-fitur penting. Analisis pola sebaran dalam hal ini merupakan fokus utama yang penting untuk dipelajari dalam pola titik spasial (Sulhan, 2020).
Data yang digunakan pada praktikum ini merupakan data sekunder yang berasal dari paket bawaan R, yaitu spatstat.data dan datasets. Data cells dari paket spatstat.data digunakan untuk analisis pola sebaran titik menggunakan Metode Kuadran, sementara data quakes dari paket datasets digunakan untuk analisis pola sebaran titik dengan Metode Nearest Neighbor. Kedua data tersebut digunakan sebagai contoh dalam praktikum statistika spasial untuk memahami metode analisis pola titik.
Variabel yang digunakan dalam praktikum ini terdiri atas:
Variabel berupa koordinat titik yang mewakili posisi sel pada suatu area pengamatan. Data ini digunakan untuk mengidentifikasi pola sebaran apakah acak, mengelompok, atau seragam menggunakan Metode Kuadran.
Variabel berupa informasi lokasi gempa, yaitu Latitude (lintang), Longitude (bujur), Depth (kedalaman), Magnitude (kekuatan gempa)
Berikut analisis membuat peta dengan menggunakan program R:
Membuka program R.
Pengumpulan data
Menentukan Hipotesis
Menentukan Statistik Uji
Menentukan Kriteria Penolakan
Kesimpulan
library(spatstat.geom)
## Warning: package 'spatstat.geom' was built under R version 4.5.2
## Loading required package: spatstat.data
## Warning: package 'spatstat.data' was built under R version 4.5.2
## Loading required package: spatstat.univar
## Warning: package 'spatstat.univar' was built under R version 4.5.2
## spatstat.univar 3.1-4
## spatstat.geom 3.6-0
library(spatstat)
## Warning: package 'spatstat' was built under R version 4.5.2
## Loading required package: spatstat.random
## Warning: package 'spatstat.random' was built under R version 4.5.2
## spatstat.random 3.4-2
## Loading required package: spatstat.explore
## Warning: package 'spatstat.explore' was built under R version 4.5.2
## Loading required package: nlme
## spatstat.explore 3.5-3
## Loading required package: spatstat.model
## Warning: package 'spatstat.model' was built under R version 4.5.2
## Loading required package: rpart
## spatstat.model 3.4-2
## Loading required package: spatstat.linnet
## Warning: package 'spatstat.linnet' was built under R version 4.5.2
## spatstat.linnet 3.3-2
##
## spatstat 3.4-1
## For an introduction to spatstat, type 'beginner'
library(spatstat.data)
library(sp)
data(cells)
plot(cells, main = "Sebaran Titik Data 'cells'")
plot(density(cells, 10), main = "Kerapatan Titik (Density Plot)")
Q <- quadratcount(cells, nx = 4, ny = 3)
plot(cells, main = "Pola Sebaran dengan Kuadran 4x3")
plot(Q, add = TRUE, cex = 2)
rt2 <- mean(Q) # rata-rata titik per kuadran
var <- sd(Q)^2 # varians titik per kuadran
VMR <- var / rt2 # Variance to Mean Ratio
VMR
## [1] 0.3376623
hasil_quadrat <- quadrat.test(cells, nx = 4, ny = 3)
## Warning: Some expected counts are small; chi^2 approximation may be inaccurate
data(quakes)
head(quakes)
## lat long depth mag stations
## 1 -20.42 181.62 562 4.8 41
## 2 -20.62 181.03 650 4.2 15
## 3 -26.00 184.10 42 5.4 43
## 4 -17.97 181.66 626 4.1 19
## 5 -20.42 181.96 649 4.0 11
## 6 -19.68 184.31 195 4.0 12
2.Mengambil subset data agar tidak terlalu banyak
quakes_sub <- quakes[1:500, ]
coordinates(quakes_sub) <- ~long + lat
nni <- function(x, win = c("hull","extent")){
win <- match.arg(win)
W <- if (win=="hull") convexhull.xy(coordinates(x)) else {
e <- as.vector(bbox(x))
as.owin(c(e[1], e[3], e[2], e[4]))
}
p <- as.ppp(coordinates(x), W = W)
A <- area.owin(W)
o <- mean(nndist(p)) # jarak observasi rata-rata
e <- 0.5 * sqrt(A / p$n) # jarak ekspektasi rata-rata
se <- 0.26136 * sqrt(A) / p$n # standard error
z <- (o - e) / se
p2 <- 2 * pnorm(-abs(z))
list(NNI = o / e, z = z, p.value = p2,
expected.mean.distance = e, observed.mean.distance = o)
}
hasil_nni <- nni(quakes_sub)
## Warning: data contain duplicated points
hasil_nni
## $NNI
## [1] 0.5714298
##
## $z
## [1] -18.33318
##
## $p.value
## [1] 4.498097e-75
##
## $expected.mean.distance
## [1] 0.4081602
##
## $observed.mean.distance
## [1] 0.2332349
Analisis pola sebaran spasial pada penelitian ini dilakukan dengan dua pendekatan yang berbeda, yaitu Metode Kuadran (Quadrat Analysis) untuk data cells dan Metode Nearest Neighbor Index (NNI) untuk data quakes. Kedua metode ini digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik penyebaran titik, apakah bersifat acak, seragam, atau mengelompok.
Dari hasil perhitungan metode Kuadran diperoleh nilai Variance to Mean Ratio (VMR) sebesar 0,34. Nilai tersebut lebih kecil dari 1, yang berarti variasi jumlah titik antar kuadran lebih kecil dibandingkan rata-ratanya. Kondisi ini menunjukkan bahwa sebaran titik pada data cells cenderung seragam (uniform). Dengan kata lain, titik-titik pada data tersebut tersebar merata di seluruh area tanpa adanya pola pengelompokan yang menonjol.
Sebaliknya, analisis menggunakan metode Nearest Neighbor Index (NNI) terhadap data quakes menghasilkan nilai NNI = 0,57, z = -18,33, dan p-value = 4,50 × 10⁻⁷⁵. Nilai indeks yang lebih kecil dari 1 serta nilai p yang sangat rendah mengindikasikan bahwa jarak antar titik nyata lebih dekat dibandingkan jarak yang diharapkan jika titik-titik tersebar secara acak. Oleh karena itu, pola sebaran gempa pada data quakes dapat dikategorikan sebagai pola mengelompok (clustered).
Aidi, M. N. 2009. Perbandingan Deteksi Pola Sebaran Titik Spasial Secara Acak dengan Metode Kuadran dan Tetangga Terdekat. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Diakses dari https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/64910
Modul Statistika Spasial Pertemuan 1. 2025. Visualisasi data spasial dengan R. Program Studi Statistik.