Analisis multivariat merupakan bagian dari ilmu statistika yang digunakan untuk mengolah data yang memiliki banyak variabel. Salah satu metode yang paling terkenal ialah analisis cluster. Analisis cluster sendiri dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya yaitu analisis cluster hierarki, analisis cluster non hierarki dan Multidimentional Scaling. Teknik ini digunakan peneliti untuk mengidentifikasi data yang memiliki kemiripan satu dengan yang lainnya.
Salah satu data yang menarik untuk dipelajari adalah data sarana kesehatan di Indonesia. Sarana kesehatan merupakan variabel penting dalam memahami kondisi kesehatan masyarakat di suatu wilayah. Sejak jaman dahulu sarana kesehatan dianggap sebagai parameter dalam menilai tingkat kesehatan masyarakat dan pemerataan layanan kesehatan. Sebagian besar orang beranggapan bahwa distribusi sarana kesehatan di setiap wilayah sudah stabil. Namun faktanya, ketersediaan layanan kesehatan di Indonesia tidak sepenuhnya merata, ketersediaan layanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh banyak hal seperti pertumbuhan penduduk, alokasi anggaran daerah, kebijkan pemerintah dan kondisi geografis. Faktor tersebut membuat analisis cluster menarik untuk dilakukan agar dapat memahami pola persebaran dan kesamaan karakteristik sarana kesehatan di Indonesia
Dalam beberapa dekade terakhir, perhatian masyarakat mengenai akses layanan kesehatan sangat tinggi. Demikian pula pemerintah, mereka semua membutuhkan informasi mengenai distribusi, jumlah serta kualitas sarana ksehatan di Indonesia. Informasi tersebut digunakan oleh pemerintah untuk membuat kebijakan serta di gunakan masyarakat untuk memantau pemerintahan dalam membuat kebijakan serta memnatau pemenuhan hak masyarakat. Analisis cluster waktu penting dilakukan sebab dengan analisis cluster dimungkinkan untuk membuat pemetaan kondisi sarana kesehatan secara komperhensif hingga dapat mengidentifikasi provinsi mana yang kekurangan layanan kesehatan. Dengan demikian, analisis multivariat terhadap data sarana kesehatan menjadi penting dilakukan agar pengelolaan dan pengembangan fasilitas kesehatan didasarkan pada data ilmiah sehingga lebih akurat, terstuktur, dan logis.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah:
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Analisis cluster adalah bagian dari analisis multivariat, yaitu analisis yang digunakan untuk data yang memiliki lebih dari satu peubah. Tujuan dari analisis cluster adalah untuk mengelompokkan objek berdasarkan kemiripan karakteristik yang dimilikinya (Muhartini dkk, 2022). Oleh karena itu, analisis cluster memiliki sifat utama yaitu bersifat homogen antar anggota dalam cluster serta bersifat heterogen antar cluster.
Dalam pengelompokkannya analisis cluster didasari oleh kedekatan jarak objek. Objek yang memiliki jarak yang dekat dengan objek yang lainnya dianggap memiliki karakteristik yang mirip dan akan dikelompokkan dalam cluster yang sama. Dalam menentukan jarak ada beberapa metode yang dapat digunakan seperti Euclidian, Manhattan, Mahalanobis. Analisis cluster terbagi menjadi dua bagian yaitu analisis cluster hierarki dan analisis cluster non hierarki (Rachmatin, 2014).
Analisis cluster hierarki merupakan teknik pengelompokan tanpa mengetahui atau menentukan jumlah cluster terlebih dahulu (Muhartini dkk, 2022). Teknik ini dibagi menjadi dua pendekatan yaitu agglomerative dan divisive. Pendekatan agglomerative menganggap setiap objek sebagai cluster sehingga jumlah objek sama dengan jumlah cluster, lalu objek yang memiliki kedekatan serta kemiripan akan digabung secara bertahap menjadi cluster yang lebih besar (Simanjuntak dkk, 2021). Sedangkan pendekatan divisive adalah pemecahan objek yang semula berada dalam satu cluster menjadi sub cluster yang lebih kecil hingga terbentuk kelompok yang homogen (Harahap dkk, 2024).
Menurut Imasdiani, dkk (2022) Metode hirarki juga memiliki beberapa metode diantaranya:
Metode ini mengelompokkan objek berdasarkan pada jarak terpendek.
Metode ini mengelompokkan objek berdasarkan pada jarak terjauh.
Metode ini mengelompokkan objek berdasarkan pada jarak rata-rata antar objek.
Metode ini mengelompokkan objek berdasarkan pada analisis varians untuk menghitung jarak antar cluster dengan meminimumkan jumlah kuadrat.
Validitas cluster merupakan uji yang digunakan untuk menentukan jumlah cluster optimal (Afira dkk, 2020). Adapun beberapa uji validitas yang sering digunakan adalah Indeks Silhoeutte yaitu dengan menilai kualitas pembentukan suatu cluster dengan melihat seberapa baik sebuah objek ditempatkan pada clusternya. Apabila hasil mendekati 1 maka objek berada dalam cluster yang tepat. Selanjutanya ada Indeks Dunn yaitu ukuran yang membandingkan jarak antar cluster dengan penyebaran di dalam cluster, semakin tinggi nilai indeks Dunn, semakin baik cluster yang dihasilkan. Dan yang selanjutnya dalah Indeks Davies-Bouldin mengukur kualitas cluster dengan mempertimbangkan dua hal sekaligus: jarak antar cluster dan kedekatan antar objek dalam cluster. Nilai indeks yang lebih kecil menunjukkan kualitas cluster yang lebih baik.
Fasilitas kesehatan adalah sarana medis untuk mencegah, mendiagnosis, mengobati, dan memantau kondisi kesehatan masyarakat. Menurtut Kemenkes RI ada 9 jenis fasilitas kesehatan yaitu rumah sakit, klinik, praktik mandiri, ESIA dan ESMP, GPN, puskesmas, LAB kesehatan, SIRANAP, dan RAP.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik, terdiri dari:
library(readxl)
data <- read_excel("C:\\Users\\ASUS\\Downloads\\DATA_SARANA_KESEHATAN.xlsx")
head(data)
## # A tibble: 6 × 7
## Provinsi `Rumah Sakit` `Rumah Sakit Bersalin` Poliklinik Puskesmas
## <chr> <dbl> <dbl> <dbl> <dbl>
## 1 ACEH 64 225 258 395
## 2 SUMATERA UTARA 199 441 800 661
## 3 SUMATERA BARAT 54 139 127 294
## 4 RIAU 55 207 329 272
## 5 JAMBI 36 151 103 231
## 6 SUMATERA SELATAN 65 248 195 403
## # ℹ 2 more variables: `Puskesmas Pembantu` <dbl>, Apotek <dbl>
Langkah langkah yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
datasarana <- read_excel("C:\\Users\\ASUS\\Downloads\\DATA_SARANA_KESEHATAN.xlsx")
summary(datasarana)
## Provinsi Rumah Sakit Rumah Sakit Bersalin Poliklinik
## Length:34 Min. : 10.00 Min. : 2.00 Min. : 15.00
## Class :character 1st Qu.: 24.00 1st Qu.: 25.25 1st Qu.: 51.75
## Mode :character Median : 40.00 Median : 70.00 Median : 105.50
## Mean : 68.21 Mean : 188.44 Mean : 248.56
## 3rd Qu.: 63.25 3rd Qu.: 194.25 3rd Qu.: 221.25
## Max. :317.00 Max. :1245.00 Max. :1670.00
## Puskesmas Puskesmas Pembantu Apotek
## Min. : 59.0 Min. : 3.0 Min. : 47.0
## 1st Qu.: 174.0 1st Qu.: 373.5 1st Qu.: 103.5
## Median : 244.0 Median : 605.5 Median : 192.5
## Mean : 318.2 Mean : 769.5 Mean : 356.0
## 3rd Qu.: 383.8 3rd Qu.:1015.2 3rd Qu.: 323.8
## Max. :1170.0 Max. :2338.0 Max. :2068.0
provinsi <- datasarana$Provinsi
data_faskes <- datasarana[, 2:7]
standarisasi <- scale(data_faskes)
standarisasi
## Rumah Sakit Rumah Sakit Bersalin Poliklinik Puskesmas
## [1,] -0.05263593 0.11869971 0.02467667 0.2903606
## [2,] 1.63686691 0.82001158 1.44131747 1.2964990
## [3,] -0.17778429 -0.16052632 -0.31772175 -0.0916694
## [4,] -0.16526945 0.06025705 0.21025139 -0.1748839
## [5,] -0.40305133 -0.12156454 -0.38045123 -0.3299653
## [6,] -0.04012109 0.19337644 -0.13998822 0.3206204
## [7,] -0.60328870 -0.59559942 -0.52159257 -0.4850468
## [8,] -0.19029912 0.16090829 0.15274936 0.1201492
## [9,] -0.59077387 -0.53066314 -0.58432205 -0.9654212
## [10,] -0.56574420 -0.49819500 -0.45102190 -0.8708593
## [11,] 0.63568004 -0.10533047 -0.04850772 -0.2316210
## [12,] 2.80074664 3.43045023 3.71526120 3.2217789
## [13,] 2.57547960 2.21614171 2.57044815 2.2799425
## [14,] -0.09018043 -0.28065844 -0.23669617 -0.7271252
## [15,] 3.11361754 3.22914775 2.22804973 2.7149272
## [16,] 0.23520530 0.29727449 0.57094591 -0.1937962
## [17,] -0.24035846 -0.41377783 -0.46409054 -0.7346902
## [18,] -0.46562551 -0.54689721 -0.46147681 -0.5493489
## [19,] -0.25287330 -0.47546730 -0.36738259 0.3622276
## [20,] -0.36550682 -0.30338614 -0.39351988 -0.2051437
## [21,] -0.61580354 -0.40728420 -0.40136106 -0.3677901
## [22,] -0.42808100 -0.20273490 -0.30726684 -0.2467509
## [23,] -0.36550682 -0.43001190 -0.32294921 -0.4510045
## [24,] -0.71592223 -0.59884624 -0.61045933 -0.9805511
## [25,] -0.27790297 -0.36182880 -0.47193173 -0.3829200
## [26,] -0.49065518 -0.42351827 -0.49284156 -0.3564427
## [27,] 0.08502727 -0.21896897 -0.17919415 0.6610432
## [28,] -0.46562551 -0.43001190 -0.54511612 -0.1332766
## [29,] -0.67837772 -0.60533987 -0.53988867 -0.8405995
## [30,] -0.72843706 -0.58585898 -0.60784561 -0.8254696
## [31,] -0.51568485 -0.54689721 -0.56863968 -0.3148354
## [32,] -0.60328870 -0.57611854 -0.57648087 -0.6666056
## [33,] -0.65334805 -0.57936535 -0.57386714 -0.5342190
## [34,] -0.34047715 -0.52741633 -0.34908649 0.3924874
## Puskesmas Pembantu Apotek
## [1,] 0.36477863 -1.982660e-02
## [2,] 2.02302791 7.590507e-01
## [3,] -0.08780032 -1.957659e-01
## [4,] 0.47701821 -9.942372e-03
## [5,] -0.20909148 -2.867008e-01
## [6,] 0.29960727 -2.214649e-01
## [7,] -0.56753400 -4.250800e-01
## [8,] 0.30141758 -5.814252e-05
## [9,] -1.12511127 -5.595055e-01
## [10,] -0.95313127 -5.258991e-01
## [11,] -1.38760706 -2.254186e-01
## [12,] 1.86553044 2.771480e+00
## [13,] 1.92346054 3.384302e+00
## [14,] -0.84994327 -2.570481e-01
## [15,] 2.83948034 2.937535e+00
## [16,] -0.76666874 9.087677e-02
## [17,] -0.49693169 -2.807703e-01
## [18,] -0.39736432 -2.353028e-01
## [19,] 0.47158727 -3.637978e-01
## [20,] 0.12038600 -4.606632e-01
## [21,] 0.60011969 -5.357834e-01
## [22,] -0.55305148 -3.835662e-01
## [23,] -0.07693842 -3.163535e-01
## [24,] -1.06899148 -6.069498e-01
## [25,] -0.41546748 -3.677515e-01
## [26,] -0.12943758 -3.460062e-01
## [27,] 1.13054222 2.648392e-01
## [28,] -0.38469211 -3.301914e-01
## [29,] -0.94045906 -5.120612e-01
## [30,] -0.77753064 -6.109035e-01
## [31,] -0.52227611 -5.733434e-01
## [32,] -0.89158053 -5.535750e-01
## [33,] -0.49693169 -5.476444e-01
## [34,] 0.68158390 -4.567095e-01
## attr(,"scaled:center")
## Rumah Sakit Rumah Sakit Bersalin Poliklinik
## 68.20588 188.44118 248.55882
## Puskesmas Puskesmas Pembantu Apotek
## 318.23529 769.50000 356.02941
## attr(,"scaled:scale")
## Rumah Sakit Rumah Sakit Bersalin Poliklinik
## 79.90516 307.99421 382.59522
## Puskesmas Puskesmas Pembantu Apotek
## 264.37715 552.38981 505.85634
#single
dist_s <- dist(standarisasi, method = "manhattan")
hc_s <- hclust(dist_s, method = "single")
d_s <- cophenetic(hc_s)
corave_s <- cor(dist_s,d_s)
corave_s
## [1] 0.9512567
#complete
dist_c <- dist(standarisasi, method = "manhattan")
hc_c <- hclust(dist_c, method = "complete")
d_c <- cophenetic(hc_c)
corave_c <- cor(dist_c,d_c)
corave_c
## [1] 0.9380828
#average
dist_a <- dist(standarisasi, method = "manhattan")
hc_a <- hclust(dist_a, method = "average")
d_a <- cophenetic(hc_a)
corave_a <- cor(dist_a,d_a)
corave_a
## [1] 0.9412844
#ward
dist_w <- dist(standarisasi, method = "manhattan")
hc_w <- hclust(dist_w, method = "average")
d_w <- cophenetic(hc_w)
corave_w <- cor(dist_w,d_w)
corave_w
## [1] 0.9412844
matriks_jarak <- dist(standarisasi, method = "manhattan")
metode_linkage <- c("single", "complete", "average", "ward.D2")
nilai_korelasi <- sapply(metode_linkage, function(m) {
kluster_sementara <- hclust(matriks_jarak, method = m)
jarak_cophenetic <- cophenetic(kluster_sementara)
cor(matriks_jarak, jarak_cophenetic)
})
nilai_korelasi
## single complete average ward.D2
## 0.9512567 0.9380828 0.9412844 0.9360677
library(clValid)
## Loading required package: cluster
validasi_internal <- clValid(
standarisasi,
nClust = 2:6,
clMethods = "hierarchical",
validation = "internal",
metric = "manhattan",
method = "single"
)
## Warning in clValid(standarisasi, nClust = 2:6, clMethods = "hierarchical", :
## rownames for data not specified, using 1:nrow(data)
summary(validasi_internal)
##
## Clustering Methods:
## hierarchical
##
## Cluster sizes:
## 2 3 4 5 6
##
## Validation Measures:
## 2 3 4 5 6
##
## hierarchical Connectivity 4.7869 7.2159 9.7159 11.7159 15.3671
## Dunn 0.5711 0.9855 0.5836 0.5768 0.3734
## Silhouette 0.8209 0.7053 0.6607 0.6565 0.2909
##
## Optimal Scores:
##
## Score Method Clusters
## Connectivity 4.7869 hierarchical 2
## Dunn 0.9855 hierarchical 3
## Silhouette 0.8209 hierarchical 2
library(factoextra)
## Loading required package: ggplot2
## Welcome! Want to learn more? See two factoextra-related books at https://goo.gl/ve3WBa
clus_hier <- eclust(standarisasi, FUNcluster = "hclust", k = 2,
hc_method = "single", graph = TRUE)
## Warning: `aes_string()` was deprecated in ggplot2 3.0.0.
## ℹ Please use tidy evaluation idioms with `aes()`.
## ℹ See also `vignette("ggplot2-in-packages")` for more information.
## ℹ The deprecated feature was likely used in the factoextra package.
## Please report the issue at <https://github.com/kassambara/factoextra/issues>.
## This warning is displayed once every 8 hours.
## Call `lifecycle::last_lifecycle_warnings()` to see where this warning was
## generated.
## Warning: Using `size` aesthetic for lines was deprecated in ggplot2 3.4.0.
## ℹ Please use `linewidth` instead.
## ℹ The deprecated feature was likely used in the factoextra package.
## Please report the issue at <https://github.com/kassambara/factoextra/issues>.
## This warning is displayed once every 8 hours.
## Call `lifecycle::last_lifecycle_warnings()` to see where this warning was
## generated.
## Warning: The `<scale>` argument of `guides()` cannot be `FALSE`. Use "none" instead as
## of ggplot2 3.3.4.
## ℹ The deprecated feature was likely used in the factoextra package.
## Please report the issue at <https://github.com/kassambara/factoextra/issues>.
## This warning is displayed once every 8 hours.
## Call `lifecycle::last_lifecycle_warnings()` to see where this warning was
## generated.
fviz_dend(clus_hier, rect = TRUE, cex = 0.5)
link_centroid <- eclust(data_faskes,
FUNcluster = "hclust",
k = 2,
hc_method = "single",
graph = TRUE)
anggota_cluster <- link_centroid$cluster
anggota_cluster
## [1] 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
data_cluster <- cbind(datasarana, Cluster = anggota_cluster)
head(data_cluster)
## Provinsi Rumah Sakit Rumah Sakit Bersalin Poliklinik Puskesmas
## 1 ACEH 64 225 258 395
## 2 SUMATERA UTARA 199 441 800 661
## 3 SUMATERA BARAT 54 139 127 294
## 4 RIAU 55 207 329 272
## 5 JAMBI 36 151 103 231
## 6 SUMATERA SELATAN 65 248 195 403
## Puskesmas Pembantu Apotek Cluster
## 1 971 346 1
## 2 1887 740 1
## 3 721 257 1
## 4 1033 351 1
## 5 654 211 1
## 6 935 244 1
library(dplyr)
##
## Attaching package: 'dplyr'
## The following objects are masked from 'package:stats':
##
## filter, lag
## The following objects are masked from 'package:base':
##
## intersect, setdiff, setequal, union
data_cluster <- cbind(datasarana, Cluster = anggota_cluster)
data_cluster <- cbind(datasarana, Cluster = anggota_cluster)
karakteristik_cluster <- data_cluster %>%
group_by(Cluster) %>%
summarise(
rata_rumahsakit = mean(`Rumah Sakit`, na.rm = TRUE),
rata_rsb = mean(`Rumah Sakit Bersalin`, na.rm = TRUE),
rata_poliklinik = mean(Poliklinik, na.rm = TRUE),
rata_puskesmas = mean(Puskesmas, na.rm = TRUE),
rata_pustu = mean(`Puskesmas Pembantu`, na.rm = TRUE),
rata_apotek = mean(Apotek, na.rm = TRUE)
)
karakteristik_cluster
## # A tibble: 2 × 7
## Cluster rata_rumahsakit rata_rsb rata_poliklinik rata_puskesmas rata_pustu
## <int> <dbl> <dbl> <dbl> <dbl> <dbl>
## 1 1 46.3 100. 143. 248. 651.
## 2 2 294. 1100. 1334. 1042. 1990
## # ℹ 1 more variable: rata_apotek <dbl>
Berdasarkan hasil statistik deskriptif, menunjukkan bahwa masih terdapat varians yang besar antarprovinsi. Hal ini terlihat dari rentang nilai minimum dan maksimum yang cukup lebar pada setiap fasilitas kesehatan. Temuan ini mengindikasikan bahwa distribusi kesehatan di Indonesia masih belum merata.
Standarisasi dilakukan dengan metode z-score, proses standarisasi ini dilakukan agar setiap variabel berada pada skala yang sama, sehingga tidak akan ada variabel yang mendominasi, sehingga hasil cluster akan lebih objektif.
| Metode | Korelasi Cophenetic |
|---|---|
| Single | 0.9513 (terbaik) |
| Complete | 0.9381 |
| Average | 0.9413 |
| Ward.D2 | 0.9361 |
Berdasarkan hasil korelasi Cophenetic, metode single linkage memiliki nilai korelasi tertinggi yaitu sebesar 0.9513. Dengan demikian metode single linkage dipilih sebagai model linkage terbaik sebab dipercaya sebagai metode yang paling mampu mempertahankan struktur jarak asli dibanding metode lain.
| Indeks | Score | Method | Clusters |
|---|---|---|---|
| Connectivity | 4.7869 | hierarchical | 2 |
| Dunn | 0.9855 | hierarchical | 3 |
| Silhouette | 0.8209 | hierarchical | 2 |
Berdasarkan hasil validasi jumlah cluster, indeks Connectivity dan Silhouette menunjukkan hasil terbaik pada 2 cluster, sedangkan indeks Dunn menunjukkan hasil terbaik pada 3 cluster. “Karena dua indeks menunjukkan hasil yang sama yaitu 2 cluster, sementara hanya satu indeks yang menunjukkan 3 cluster, maka jumlah cluster terbaik yang dipilih adalah 2.
Berdasarkan pemotongan dendogram didapatkan dua kelompok sebagai berikut:
Cluster 1: Anggota dari kelompok ini adalah seluruh provinsi di Indonesia, kecuali Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Kelompok ini memiliki ketersediaan fasilitas kesehatan yang tergolong rendah hingga sedang, sehingga menunjukkan adanya keterbatasan infrastruktur dan akses layanan kesehatan. Pembangunan fasilitas kesehatan di wilayah ini lebih berfokus pada layanan dasar seperti Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya jumlah Puskesmas dan Puskesmas Pembantu. Namun, fasilitas layanan kesehatan tingkat lanjut masih belum merata. Rata-rata jumlah rumah sakit, poliklinik, dan rumah sakit bersalin di cluster ini masih lebih rendah. Akibatnya, apabila masyarakat di provinsi yang berada di cluster 1 perlu dirujuk ke provinsi besar untuk mendapatkan layanan spesialis. Kondisi geografis seperti wilayah kepulauan, daerah pegunungan, serta jarak antarwilayah yang jauh juga menjadi salah satu penyebab lambatnya pemerataan fasilitas kesehatan. Selain itu, jumlah tenaga medis spesialis biasanya lebih sedikit karena fasilitas yang tersedia belum sepenuhnya mendukung.
Cluster 2: Anggota dari kelompok ini adalah tiga provinsi di Pulau Jawa, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Provinsi-provinsi dalam kelompok ini memiliki ketersediaan fasilitas kesehatan yang tergolong lengkap dan banyak serta jauh lebih maju dari cluster 1. Fasilitas kesehatan di Cluster 2 jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan Cluster 1. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh kepadatan penduduk yang tinggi, sehingga kebutuhan layanan kesehatan meningkat membuat para investor tertarik untuk berinvestasi di bidang kesehatan, selain itu pula pulau jawa merupakan pusat pembangunan serta pusat ekonomi sehingga fasilitas infrastrukturnya juga berkembang lebih cepat.
Afira, N., & Wijayanto, A. W. (2020). Analisis Cluster Kemiskinan Provinsi di Indonesia Tahun 2019 dengan Metode Partitioningdan Hierarki. Jurnal Sistem Komputer, 101-109.
Badan Pusat Statistik (2019, Februari 8). Jumlah Desa/Kelurahan Yang Memiliki Sarana Kesehatan Menurut Provinsi (Desa), 2018.
Harahap, A. Y., Sari, R. E., Gunawan, H., & Nasution, A. B. (2024). Evaluation of Product Sales Data Using Clustering Method and Hierarchical Divisive Clustering at PT.AYN. Journal of Interdisciplinary Research in Science and Technology (MARCOPOLO), 1145-1158.
Imasdiani, Purnamasari, I., & Amijaya, F. D. (2022). Perbandingan Hasil Analisis Cluster Dengan Menggunakan Metode Average Linkage Dan Metode Ward (Studi Kasus : Kemiskinan Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2018) . Jurnal EKSPONENSIAL , 9-18.
Kementrian Kesehatan RI (2025). FASILITAS KESEHATAN.
Muhartini, A. A., Febriati, T., & Sukmawati, S. (2022). ANALISIS CLUSTER UNTUK MENGELOMPOKKAN PENGGUNAAN KARTU PERDANA SELULER DI UNIVERSITAS BINA BANGSA (Survei Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika T.A 2021-2022). Jurnal Bayesian: Jurnal Ilmiah Statistika dan Ekonometrika , 15-30.
Rachmatin , D. (2014). APLIKASI METODE-METODE AGGLOMERATIVE DALAM ANALISIS KLASTER PADA DATA TINGKAT POLUSI UDARA. Infinity Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung,, 133-149.
Simanjuntak, K. P., & Khaira, U. (2021). Pengelompokkan Titik Api di Provinsi Jambi dengan Algoritma Agglomerative Hierarchical Clustering. Institute of Research and Publication Indonesia, 7-16.