Laporan dalam format word_document dapat dilihat
melalui link
berikut
Analisis survival merupakan metode statistik yang digunakan
untuk mempelajari waktu sampai terjadinya suatu peristiwa, seperti
kematian, kekambuhan penyakit, atau kejadian lainnya yang relevan dalam
penelitian medis. Dalam konteks penelitian ini, analisis survival
diterapkan untuk mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi lama waktu
hidup pasien penderita kanker paru-paru berdasarkan data dari
dataset lung. Dataset ini memuat informasi mengenai waktu
kelangsungan hidup pasien (time), status kejadian
(status), serta beberapa variabel penjelas seperti usia
(age), jenis kelamin (sex), dan status
performa pasien (ph.ecog) yang menggambarkan kondisi fisik
dan kemampuan menjalani aktivitas sehari-hari.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perbedaan jenis kelamin mempengaruhi peluang kelangsungan hidup pasien, serta menilai apakah usia dan tingkat performa pasien berpengaruh secara signifikan terhadap risiko kematian. Analisis dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu estimasi kurva Kaplan-Meier untuk menggambarkan pola kelangsungan hidup berdasarkan jenis kelamin, uji Log-Rank untuk menguji perbedaan signifikan antar kelompok, serta model Cox Proportional Hazards untuk mengidentifikasi variabel yang berpengaruh terhadap risiko kematian pasien kanker paru-paru.
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat
kelangsungan hidup antara pasien laki-laki dan perempuan, di mana pasien
perempuan memiliki peluang bertahan hidup yang lebih tinggi. Selain itu,
faktor status performa (ph.ecog) terbukti berpengaruh
signifikan terhadap risiko kematian, sementara usia tidak menunjukkan
pengaruh yang bermakna. Dengan demikian, hasil penelitian ini memberikan
gambaran bahwa kondisi fisik pasien dan faktor jenis kelamin merupakan
aspek penting yang mempengaruhi prognosis pasien kanker paru-paru.
library yang
diperlukan serta pemuatan dataset(lung). Kemudian dilakukan
eksplorasi awal untuk melihat struktur dan ringkasan datanya.
#memanggil library yang digunakan
library(survival)
library(survminer)
#data set
data(lung)
head(lung)
## inst time status age sex ph.ecog ph.karno pat.karno meal.cal wt.loss
## 1 3 306 2 74 1 1 90 100 1175 NA
## 2 3 455 2 68 1 0 90 90 1225 15
## 3 3 1010 1 56 1 0 90 90 NA 15
## 4 5 210 2 57 1 1 90 60 1150 11
## 5 1 883 2 60 1 0 100 90 NA 0
## 6 12 1022 1 74 1 1 50 80 513 0
#Deskripsi data
summary(lung)
## inst time status age
## Min. : 1.00 Min. : 5.0 Min. :1.000 Min. :39.00
## 1st Qu.: 3.00 1st Qu.: 166.8 1st Qu.:1.000 1st Qu.:56.00
## Median :11.00 Median : 255.5 Median :2.000 Median :63.00
## Mean :11.09 Mean : 305.2 Mean :1.724 Mean :62.45
## 3rd Qu.:16.00 3rd Qu.: 396.5 3rd Qu.:2.000 3rd Qu.:69.00
## Max. :33.00 Max. :1022.0 Max. :2.000 Max. :82.00
## NA's :1
## sex ph.ecog ph.karno pat.karno
## Min. :1.000 Min. :0.0000 Min. : 50.00 Min. : 30.00
## 1st Qu.:1.000 1st Qu.:0.0000 1st Qu.: 75.00 1st Qu.: 70.00
## Median :1.000 Median :1.0000 Median : 80.00 Median : 80.00
## Mean :1.395 Mean :0.9515 Mean : 81.94 Mean : 79.96
## 3rd Qu.:2.000 3rd Qu.:1.0000 3rd Qu.: 90.00 3rd Qu.: 90.00
## Max. :2.000 Max. :3.0000 Max. :100.00 Max. :100.00
## NA's :1 NA's :1 NA's :3
## meal.cal wt.loss
## Min. : 96.0 Min. :-24.000
## 1st Qu.: 635.0 1st Qu.: 0.000
## Median : 975.0 Median : 7.000
## Mean : 928.8 Mean : 9.832
## 3rd Qu.:1150.0 3rd Qu.: 15.750
## Max. :2600.0 Max. : 68.000
## NA's :47 NA's :14
table(lung$status)
##
## 1 2
## 63 165
Berdasarkan hasil eksplorasi awal terhadap dataset(lung)
dari paket survival, data ini berisi informasi mengenai pasien
penderita kanker paru-paru yang menjalani terapi, dengan total 228
observasi dan sejumlah variabel seperti waktu kelangsungan hidup
(time), status kelangsungan hidup (status),
usia (age), jenis kelamin (sex), serta kondisi
kesehatan
(ph.ecog, ph.karno, pat.karno, meal.cal, dan wt.loss).
Nilai status menunjukkan bahwa terdapat 165 pasien (sekitar 72,4%) yang
meninggal dan 63 pasien (27,6%) yang masih hidup atau tersensor selama
masa observasi. Rata-rata waktu kelangsungan hidup pasien adalah sekitar
305 hari dengan median 255,5 hari, menandakan bahwa setengah dari pasien
meninggal dalam waktu kurang dari satu tahun setelah pengamatan dimulai.
Usia pasien berkisar antara 39 hingga 82 tahun dengan rata-rata 62
tahun, menunjukkan bahwa sebagian besar pasien berada pada usia lanjut.
Variabel (sex) memiliki nilai rata-rata 1,39, yang
menunjukkan bahwa mayoritas pasien adalah laki-laki (kode 1). Skor
(ph.ecog) memiliki median 1, artinya secara umum pasien
mengalami keterbatasan aktivitas ringan. Selain itu, terdapat data yang
hilang pada beberapa variabel, seperti (meal.cal) (47 nilai
hilang) dan (wt.loss) (14 nilai hilang), yang menunjukkan
adanya ketidaksempurnaan data yang perlu diperhatikan sebelum dilakukan
analisis lanjutan. Secara keseluruhan, dataset ini memberikan gambaran
umum tentang karakteristik demografis dan klinis pasien kanker paru-paru
yang dapat dianalisis lebih lanjut menggunakan metode survival
analysis.
#Analisis Kaplan–Meier
#Kurva Kaplan–Meier
km_fit <- survfit(Surv(time, status) ~ sex, data = lung)
ggsurvplot(km_fit, data = lung, pval = TRUE, risk.table = TRUE,
surv.median.line = "hv",
title = "Kaplan–Meier Curve by Sex")
## Warning: Using `size` aesthetic for lines was deprecated in ggplot2 3.4.0.
## ℹ Please use `linewidth` instead.
## ℹ The deprecated feature was likely used in the ggpubr package.
## Please report the issue at <https://github.com/kassambara/ggpubr/issues>.
## This warning is displayed once every 8 hours.
## Call `lifecycle::last_lifecycle_warnings()` to see where this warning was
## generated.
## Ignoring unknown labels:
## • colour : "Strata"
Berdasarkan hasil analisis Kaplan–Meier pada
dataset(lung), diperoleh kurva kelangsungan hidup yang
membandingkan probabilitas bertahan hidup antara pasien laki-laki
(sex = 1) dan perempuan (sex = 2). Dari grafik
terlihat bahwa kurva survival untuk perempuan cenderung berada
di atas kurva laki-laki hampir di sepanjang waktu pengamatan, yang
menunjukkan bahwa perempuan memiliki peluang bertahan hidup lebih tinggi
dibandingkan laki-laki. Nilai p-value dari uji
Log-Rank sebesar 0.001 mengindikasikan bahwa perbedaan antara
kedua kurva survival tersebut signifikan secara statistik pada
tingkat kepercayaan 95%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa jenis
kelamin memiliki pengaruh terhadap waktu kelangsungan hidup pasien
kanker paru-paru, di mana perempuan cenderung memiliki masa hidup yang
lebih panjang dibandingkan laki-laki setelah menjalani terapi.
#Uji Log-Rank
survdiff(Surv(time, status) ~ sex, data = lung)
## Call:
## survdiff(formula = Surv(time, status) ~ sex, data = lung)
##
## N Observed Expected (O-E)^2/E (O-E)^2/V
## sex=1 138 112 91.6 4.55 10.3
## sex=2 90 53 73.4 5.68 10.3
##
## Chisq= 10.3 on 1 degrees of freedom, p= 0.001
Hasil uji Log-Rank menunjukkan nilai statistik chi-square sebesar 10.3 dengan derajat kebebasan 1 dan nilai p = 0.001, yang berarti terdapat perbedaan signifikan antara kurva kelangsungan hidup pasien laki-laki dan perempuan. Secara rinci, kelompok laki-laki (sex = 1) memiliki 112 kejadian kematian dari 138 pasien, sedangkan kelompok perempuan (sex = 2) memiliki 53 kejadian kematian dari 90 pasien. Nilai Expected menunjukkan jumlah kematian yang diharapkan jika tidak ada perbedaan antara kelompok; terlihat bahwa laki-laki mengalami lebih banyak kematian dari yang diharapkan (112 dibanding 91,6), sedangkan perempuan mengalami lebih sedikit (53 dibanding 73,4). Hasil ini memperkuat temuan dari kurva Kaplan–Meier bahwa perempuan memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan laki-laki pada dataset kanker paru-paru ini.
ph.ecog)
terhadap risiko kematian (hazard). Model ini tidak memerlukan
asumsi bentuk spesifik fungsi baseline hazard.
#Estimasi Model
fit <- coxph(Surv(time, status) ~ age + sex + ph.ecog, data = lung)
summary(fit)
## Call:
## coxph(formula = Surv(time, status) ~ age + sex + ph.ecog, data = lung)
##
## n= 227, number of events= 164
## (1 observation deleted due to missingness)
##
## coef exp(coef) se(coef) z Pr(>|z|)
## age 0.011067 1.011128 0.009267 1.194 0.232416
## sex -0.552612 0.575445 0.167739 -3.294 0.000986 ***
## ph.ecog 0.463728 1.589991 0.113577 4.083 4.45e-05 ***
## ---
## Signif. codes: 0 '***' 0.001 '**' 0.01 '*' 0.05 '.' 0.1 ' ' 1
##
## exp(coef) exp(-coef) lower .95 upper .95
## age 1.0111 0.9890 0.9929 1.0297
## sex 0.5754 1.7378 0.4142 0.7994
## ph.ecog 1.5900 0.6289 1.2727 1.9864
##
## Concordance= 0.637 (se = 0.025 )
## Likelihood ratio test= 30.5 on 3 df, p=1e-06
## Wald test = 29.93 on 3 df, p=1e-06
## Score (logrank) test = 30.5 on 3 df, p=1e-06
Hasil estimasi model Cox Proportional Hazards menunjukkan
bahwa dari tiga variabel yang diuji, yaitu usia (age),
jenis kelamin (sex), dan status performa pasien
(ph.ecog), hanya dua variabel yang berpengaruh signifikan
terhadap waktu kelangsungan hidup pasien kanker paru-paru, yaitu
(sex) dan (ph.ecog), sedangkan
(age) tidak signifikan (p = 0.232). Nilai koefisien untuk
variabel sex adalah -0.5526 dengan hazard ratio
(exp(coef)) sebesar 0.575, yang berarti bahwa pasien perempuan memiliki
risiko kematian sekitar 42,5% lebih rendah dibandingkan laki-laki
(karena nilai HR < 1). Sementara itu, variabel (ph.ecog)
memiliki koefisien positif sebesar 0.4637 dengan hazard ratio
sebesar 1.59, menandakan bahwa setiap peningkatan satu unit skor
performance status (yang menunjukkan kondisi fisik yang lebih
buruk) akan meningkatkan risiko kematian sebesar 59%. Uji keseluruhan
model (Likelihood ratio, Wald, dan Score test) semuanya signifikan (p
< 0.001), menunjukkan bahwa model secara keseluruhan memiliki
kemampuan yang baik dalam menjelaskan variasi waktu kelangsungan hidup.
Nilai concordance sebesar 0.637 menunjukkan bahwa model
memiliki kemampuan prediksi yang cukup baik dalam membedakan pasien
dengan risiko tinggi dan rendah terhadap kematian.
cox.zph() dan
divisualisasikan untuk memastikan kestabilan hazard ratio.
#Uji Asumsi Proportional Hazards
ph_test <- cox.zph(fit)
ph_test
## chisq df p
## age 0.188 1 0.66
## sex 2.305 1 0.13
## ph.ecog 2.054 1 0.15
## GLOBAL 4.464 3 0.22
ggcoxzph(ph_test)
Hasil uji asumsi proportional hazards menggunakan fungsi
cox.zph() menunjukkan bahwa seluruh variabel dalam model,
yaitu usia (age), jenis kelamin (sex), dan
status performa pasien (ph.ecog), memiliki nilai
p-value yang lebih besar dari 0.05 (masing-masing 0.66, 0.13,
dan 0.15), serta nilai p-value global sebesar 0.22. Hal ini
menandakan bahwa tidak terdapat bukti signifikan untuk menolak asumsi
proportional hazards pada model, atau dengan kata lain,
rasio hazard antara kelompok tetap konstan sepanjang waktu.
Dengan demikian, model Cox Proportional Hazards yang digunakan
memenuhi asumsi dasar yang diperlukan, sehingga hasil estimasi koefisien
dan interpretasi hazard ratio dapat dianggap valid dan dapat
diandalkan untuk analisis kelangsungan hidup pasien kanker paru-paru
ini.
#Kurva Survival Terprediksi
ggadjustedcurves(fit, data = lung, variable = "sex",
legend.title = "Sex",
title = "Adjusted Survival Curves by Sex")
## Ignoring unknown labels:
## • fill : "Sex"
## • linetype : "Sex"
## • shape : "Sex"
Grafik Adjusted Survival Curves by Sex menampilkan kurva
kelangsungan hidup yang telah disesuaikan berdasarkan model Cox
Proportional Hazards untuk dua kelompok jenis kelamin. Terlihat
bahwa kelompok perempuan (Sex = 2, garis biru) memiliki tingkat
kelangsungan hidup yang lebih tinggi dibandingkan kelompok laki-laki
(Sex = 1, garis merah) sepanjang waktu pengamatan. Hal ini
menunjukkan bahwa pada setiap titik waktu, peluang perempuan untuk
bertahan hidup lebih besar daripada laki-laki setelah mengontrol
variabel lain seperti usia dan status performa (ph.ecog).
Jarak yang konsisten antara kedua kurva memperkuat hasil uji
log-rank dan model Cox sebelumnya, yang menyatakan
bahwa jenis kelamin berpengaruh signifikan terhadap risiko kematian.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perempuan memiliki prognosis
kelangsungan hidup yang lebih baik dibandingkan laki-laki pada pasien
kanker paru-paru dalam dataset ini.
Berdasarkan hasil analisis survival terhadap data pasien
kanker paru-paru dari dataset(lung), dapat disimpulkan
bahwa jenis kelamin berpengaruh signifikan terhadap kelangsungan hidup
pasien. Hasil analisis Kaplan–Meier dan uji Log-Rank
menunjukkan bahwa pasien perempuan memiliki peluang bertahan hidup yang
lebih tinggi dibandingkan laki-laki, dengan perbedaan yang signifikan
secara statistik (p = 0.001). Status performa pasien
(ph.ecog) memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap
risiko kematian (p < 0.001). Semakin buruk kondisi fisik pasien
(semakin tinggi skor ph.ecog), maka semakin besar risiko
kematiannya. Usia pasien tidak berpengaruh signifikan terhadap
kelangsungan hidup (p = 0.232), sehingga umur bukan faktor utama yang
menentukan risiko kematian pada kasus kanker paru-paru dalam
dataset ini. Model Cox Proportional Hazards yang
digunakan terbukti valid karena memenuhi asumsi proportional
hazards (p-value global = 0.22), dengan nilai concordance
sebesar 0.637 yang menunjukkan kemampuan model cukup baik dalam
memprediksi risiko kematian. Secara keseluruhan, jenis kelamin dan
kondisi fisik pasien merupakan dua faktor dominan yang mempengaruhi
prognosis kelangsungan hidup penderita kanker paru-paru.
Hasil analisis survival terhadap data pasien kanker paru-paru memberikan beberapa implikasi penting baik dalam konteks medis maupun penelitian lanjutan. Pertama, temuan bahwa jenis kelamin berpengaruh signifikan terhadap kelangsungan hidup menunjukkan bahwa faktor biologis dan hormonal dapat memainkan peran penting dalam respon terhadap pengobatan maupun ketahanan tubuh terhadap perkembangan penyakit. Hal ini dapat mendorong pihak medis untuk mempertimbangkan pendekatan pengobatan yang lebih personalisasi antara pasien laki-laki dan perempuan.
Kedua, variabel status performa pasien (ph.ecog)
terbukti sebagai indikator klinis yang sangat penting terhadap risiko
kematian. Oleh karena itu, penilaian kondisi fisik pasien perlu
dilakukan secara rutin dan dijadikan salah satu dasar utama dalam
menentukan strategi terapi. Pasien dengan skor (ph.ecog)
tinggi (menunjukkan kondisi fisik yang lemah) perlu mendapatkan
perhatian lebih intensif, baik dari segi perawatan suportif maupun
pengawasan medis. Ketiga, meskipun usia tidak berpengaruh signifikan,
hal ini memberikan wawasan bahwa tingkat keparahan penyakit dan kondisi
fisik lebih menentukan prognosis dibanding faktor umur kronologis.
Artinya, upaya peningkatan kualitas hidup dan kondisi fisik pasien dapat
lebih berpengaruh terhadap ketahanan hidup dibanding sekadar
memperhitungkan usia.
Therneau, T. M., & Grambsch, P. M. (2000). Modeling Survival Data: Extending the Cox Model. Springer.