BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam era transformasi digital saat ini, analisis spasial memiliki peranan penting dalam memahami berbagai fenomena alam dan sosial yang terjadi di permukaan bumi. Data geospasial tidak hanya dimanfaatkan untuk menampilkan posisi geografis, tetapi juga untuk mengeksplorasi hubungan keruangan dan dinamika temporal dari suatu peristiwa. Salah satu implementasi nyatanya adalah pemetaan lokasi gempa bumi, yang berfungsi untuk mengidentifikasi pola aktivitas seismik serta potensi risiko di suatu wilayah. Melalui penerapan teknologi analisis spasial berbasis bahasa pemrograman R, proses pengolahan hingga visualisasi data dapat dilakukan secara sistematis, efisien, dan mudah direplikasi oleh peneliti lain (Andriani & Yusuf, 2023).

Pembuatan peta gempa dalam R memanfaatkan berbagai paket seperti sf, ggplot2, dan rnaturalearth, yang memberikan fleksibilitas dalam mengelola dan menampilkan data spasial, baik berupa batas administrasi, garis sesar, maupun titik episentrum gempa. Kombinasi fungsi seperti st_as_sf() dan geom_sf() memungkinkan peneliti untuk menampilkan data koordinat secara visual, dengan warna dan ukuran titik yang mewakili variabel penting seperti kedalaman dan magnitudo gempa. Pendekatan ini tidak hanya mempermudah interpretasi terhadap persebaran aktivitas seismik, tetapi juga meningkatkan ketepatan dalam analisis spasial yang mendukung mitigasi bencana (Putri & Rachman, 2024).

Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk memetakan sebaran episentrum gempa di Provinsi Kalimantan Selatan menggunakan data kejadian gempa tahun 2024. Peta yang dihasilkan memperlihatkan pola spasial aktivitas seismik dan keterkaitannya, salah satu jalur patahan aktif di Indonesia. Hasil visualisasi ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam memahami kerentanan wilayah serta mendukung kebijakan mitigasi risiko gempa bumi di masa mendatang (Kurniawan, 2022; Dewi, 2024).

Tujuan

  1. Mahasiswa dapat membuat peta dengan paket pemrograman R.
  2. Mahasiswa dapat membuat peta dengan data titik spasial pada R.

Rumusan Masalah

  1. Bagaimana cara membuat peta dengan paket pemrograman R?
  2. Bagaimana cara membuat peta dengan data titik spasial pada R?

Batasan Masalah

  1. Peta yang dibuat merupakan peta epicenter gempa bumi di Indonesia tahun 2024, menggunakan paket-paket R yang dianggap paling mudah digunakan.(Setiap praktikan diminta untuk menampilkan peta pada provinsi yang berbeda).

  2. Peta kedua menampilkan seluruh kabupaten/kota pada satu provinsi di Indonesia, dengan warna yang berbeda untuk setiap kabupaten/kota.(Setiap praktikan juga membuat peta dengan provinsi yang berbeda dari praktikan lainnya).

BAB II PEMBAHASAN

Input Library

library(sf)
## Warning: package 'sf' was built under R version 4.5.2
## Linking to GEOS 3.13.1, GDAL 3.11.4, PROJ 9.7.0; sf_use_s2() is TRUE
library(ggplot2)
library(rnaturalearth)
## Warning: package 'rnaturalearth' was built under R version 4.5.2
library(rnaturalearthdata)
## Warning: package 'rnaturalearthdata' was built under R version 4.5.2
## 
## Attaching package: 'rnaturalearthdata'
## The following object is masked from 'package:rnaturalearth':
## 
##     countries110
library(dplyr)
## Warning: package 'dplyr' was built under R version 4.5.1
## 
## Attaching package: 'dplyr'
## The following objects are masked from 'package:stats':
## 
##     filter, lag
## The following objects are masked from 'package:base':
## 
##     intersect, setdiff, setequal, union
library(lubridate)
## Warning: package 'lubridate' was built under R version 4.5.2
## 
## Attaching package: 'lubridate'
## The following objects are masked from 'package:base':
## 
##     date, intersect, setdiff, union
library(viridis)   
## Warning: package 'viridis' was built under R version 4.5.2
## Loading required package: viridisLite
library(readr)
## Warning: package 'readr' was built under R version 4.5.2

Input Data Gempa

data_kalsel <- read_csv("C:/Users/lenovo/Documents/aurel/S7/PrakSpasial/koorgemkalsel.csv")
## Rows: 2 Columns: 22
## ── Column specification ────────────────────────────────────────────────────────
## Delimiter: ","
## chr   (8): magType, net, id, place, type, status, locationSource, magSource
## dbl  (12): latitude, longitude, depth, mag, nst, gap, dmin, rms, horizontalE...
## dttm  (2): time, updated
## 
## ℹ Use `spec()` to retrieve the full column specification for this data.
## ℹ Specify the column types or set `show_col_types = FALSE` to quiet this message.
nrow(data_kalsel)
## [1] 2
head(data_kalsel)
## # A tibble: 2 × 22
##   time                latitude longitude depth   mag magType   nst   gap  dmin
##   <dttm>                 <dbl>     <dbl> <dbl> <dbl> <chr>   <dbl> <dbl> <dbl>
## 1 2024-12-07 00:37:55    -2.04      115.  10     4.8 mb         15   102  2.02
## 2 2024-02-13 01:22:19    -3.26      115.  13.6   4.9 mb         88    69  2.84
## # ℹ 13 more variables: rms <dbl>, net <chr>, id <chr>, updated <dttm>,
## #   place <chr>, type <chr>, horizontalError <dbl>, depthError <dbl>,
## #   magError <dbl>, magNst <dbl>, status <chr>, locationSource <chr>,
## #   magSource <chr>

Konversi Kedalam Spasial

gempa_sf <- st_as_sf(data_kalsel, coords = c("longitude", "latitude"), 
                     crs = 4326, remove = FALSE)
indo <- ne_states(country = "indonesia", returnclass = "sf")
unique(indo$name)
##  [1] "Kalimantan Timur"    "Nusa Tenggara Timur" "Kalimantan Barat"   
##  [4] "Papua"               "Jawa Timur"          "Maluku"             
##  [7] "Nusa Tenggara Barat" "Sulawesi Selatan"    "Jawa Tengah"        
## [10] "Jawa Barat"          "Jakarta Raya"        "Banten"             
## [13] "Yogyakarta"          "Sulawesi Tenggara"   "Papua Barat"        
## [16] "Sulawesi Tengah"     "Maluku Utara"        "Kepulauan Riau"     
## [19] "Riau"                "Gorontalo"           "Sulawesi Utara"     
## [22] "Sulawesi Barat"      "Jambi"               "Sumatera Selatan"   
## [25] "Lampung"             "Bengkulu"            "Sumatera Barat"     
## [28] "Sumatera Utara"      "Aceh"                "Kalimantan Tengah"  
## [31] "Kalimantan Selatan"  "Bali"                "Bangka-Belitung"
kalimantanselatan <- indo %>% filter(name == "Kalimantan Selatan")

Visualisasi Peta Sebaran Gempa (Tanpa Shapefile)

Peta sebaran gempa di Provinsi Kalimantan Selatan memperlihatkan bahwa aktivitas gempa di wilayah ini tergolong jarang terjadi dan tidak tersebar merata. Titik gempa tampak hanya muncul di beberapa lokasi tertentu dengan magnitudo sekitar 4,8 hingga 4,9, yang tergolong gempa berkekuatan sedang. Kedalaman gempa yang divisualisasikan dengan gradasi warna menunjukkan nilai sekitar 10–13 km, yang termasuk kategori gempa dangkal. Gempa dangkal seperti ini berpotensi menimbulkan guncangan yang dapat dirasakan di permukaan, namun karena jumlah dan sebarannya sedikit, aktivitas seismik di Kalimantan Selatan relatif rendah dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia yang berada di zona subduksi aktif. Secara umum, peta ini menunjukkan bahwa Kalimantan Selatan bukan merupakan wilayah dengan tingkat kerentanan tinggi terhadap gempa bumi, namun tetap perlu kewaspadaan terhadap potensi gempa dangkal lokal yang bisa terjadi akibat aktivitas sesar minor di sekitar wilayah tersebut.

Visualisasi Peta Sebaran Gempa (Menggunakan Shapefile)

setwd("C:/Users/lenovo/Documents/aurel/S7/PrakSpasial/Kalimantanselatan")

# Pastikan file SHP dan file pendukung (dbf, shx, prj) ada di folder yang sama
kalimantanselatan_shp <- st_read("Kalimantan_Selatan_ADMIN_BPS.shp")
## Reading layer `Kalimantan_Selatan_ADMIN_BPS' from data source 
##   `C:\Users\lenovo\Documents\aurel\S7\PrakSpasial\Kalimantanselatan\Kalimantan_Selatan_ADMIN_BPS.shp' 
##   using driver `ESRI Shapefile'
## Simple feature collection with 13 features and 6 fields
## Geometry type: MULTIPOLYGON
## Dimension:     XY
## Bounding box:  xmin: 114.3466 ymin: -4.744813 xmax: 116.5589 ymax: -1.31504
## Geodetic CRS:  WGS 84
# Lihat nama kolom agar tahu mana yang bisa digunakan untuk "fill"
names(kalimantanselatan_shp)
## [1] "ADM0_EN"   "date"      "validOn"   "PROVINCE"  "Kabupaten" "PRV2"     
## [7] "geometry"

Peta tersebut menunjukkan sebaran gempa yang terjadi di Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan data dari USGS. Berdasarkan hasil visualisasi, terlihat bahwa aktivitas gempa di wilayah ini tergolong jarang dan tidak tersebar luas. Titik-titik gempa hanya muncul di beberapa lokasi tertentu dengan magnitudo sekitar 4,8 hingga 4,9 yang termasuk kategori gempa sedang. Kedalaman gempa berkisar antara 10 hingga 13 km, yang digambarkan dengan gradasi warna dari ungu (dangkal) hingga kuning (lebih dalam). Sebaran ini menunjukkan bahwa aktivitas seismik di wilayah Kalimantan Selatan relatif rendah dibandingkan wilayah lain di Indonesia yang berada pada zona subduksi aktif.

BAB III KESIMPULAN

Pembuatan peta di R dapat dilakukan dengan memanfaatkan paket-paket seperti ggplot2, sf, dan rnaturalearth yang berfungsi untuk mengelola serta menampilkan data spasial. Paket sf berperan penting dalam mengubah data tabular menjadi format spasial, mengatur sistem koordinat, dan memproses bentuk geografis seperti titik, garis, maupun poligon. Sementara itu, ggplot2 digunakan untuk membuat visualisasi yang menarik dan fleksibel melalui fungsi geom_sf(), yang dapat menampilkan berbagai lapisan data seperti batas wilayah, sungai, dan titik kejadian. Paket rnaturalearth melengkapi proses ini dengan menyediakan batas wilayah administratif global sehingga pengguna tidak perlu membuat shapefile secara manual.

Proses pembuatan peta dimulai dari pengolahan data koordinat bujur dan lintang menjadi format spasial menggunakan fungsi st_as_sf() dari paket sf. Setelah data menjadi spasial, fungsi geom_sf() digunakan untuk menampilkan sebaran titik gempa dan mengatur atribut seperti magnitudo serta kedalaman. Ukuran titik menggambarkan kekuatan gempa, sedangkan warna menunjukkan kedalamannya. Pendekatan ini menjadikan peta lebih informatif dan mudah dipahami secara visual.

Hasil peta sebaran gempa di Provinsi Kalimantan Selatan memperlihatkan bahwa aktivitas seismik di wilayah ini tergolong rendah dan tidak terkonsentrasi. Gempa yang terjadi umumnya berkekuatan sedang dengan kedalaman dangkal, menandakan bahwa sumber gempa bukan berasal dari zona subduksi besar. Secara keseluruhan, peta ini memberikan gambaran bahwa Kalimantan Selatan relatif aman dari gempa besar, namun tetap perlu memperhatikan potensi gempa dangkal lokal dalam upaya mitigasi bencana bumi.

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, L., & Yusuf, M. (2023). Analisis spasial berbasis R dalam pemetaan fenomena alam di Indonesia . Jurnal Geoinformatika dan Sains Data, 5(2), 145–158.

Putri, SA, & Rachman, D. (2024). Implementasi pemetaan gempa bumi menggunakan paket sf dan ggplot2 di R . Jurnal Teknologi Informasi dan Geospasial, 7(1), 33–47.

Kurniawan, B. (2022). Studi seismotektonik wilayah Kalimantan Selatan dan dampaknya terhadap mitigasi bencana . Jurnal Kebumian Indonesia, 10(3), 201–215.

Dewi, R. (2024). Analisis pola spasial aktivitas seismik di Indonesia berdasarkan data USGS dan BMKG . Jurnal Penelitian Geografi, 12(1), 77–90.