Gempa bumi merupakan bencana alam yang datangnya secara tiba-tiba dan dalam waktu yang relatif singkat dan dapat mengakibatkan kehancuran. Gempa bumi di Indonesia seringkali terjadi, karena Indonesia merupakan daerah dimana pertemuan tiga buah lempeng tektonik yang membentuk jalur0jalur gempa dan jalur volkanisme yang memberikan dampak begitu besar terhadap distribusi penyebaran gempa di Indonesia. Beberapa faktor sosiologi seperti kepadatan penduduk, waktu kejadian gempa dan kesiapsiagaam dari komunitas itu sendiri adalah penentu jumlah korban akibat gempa itu sendiri. Sampai sekarang ini kita hanya mampu mengerjakan sedikit untuk meminisasi dampak dari gempa secara langsung (Hidayat & Santoso, 1997).
Menurut Susilo, Afani, dan Hidayah (2021), analisis spasial adalah metode analisis yang mempunyai ciri spesifik karenanya banyak digunakan dalam berbagai bidang kajian. Analisis spasial memberikan pendekatan yang efektif untuk memvisualisasikan persebaran kejadian gempa berdasarkan lokasi geografisnya. Analisis spasial mengarah pada bayak macam operasi dan konsep termasuk perhitungan sederhana, klasifikasi, penataan, tumpang-susun geometris, dan pemodelan kartografis. Secara umum analisis spasial membutuhkan suatu data-data yang berdasarkan lokasi dan memuat karakteristik dari lokasi tersebut (Khairana, 2024). Dengan menggunakan data koordinat, magnitudo, dan kedalaman, dapat dilakukan pemetaan untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang sering mengalami aktivitas gempa. Pendekatan ini membantu dalam mengenali pola spasial, seperti daerah dengan intensitas tinggi atau yang berdekatan dengan sesar aktif.
Berikut merupakan library yang akan digunakan dalam notebook ini:
# Perintah instalasi packages
#install.packages(c("sf", "ggplot2", "dplyr", "rnaturalearth", "rnaturalearthdata", "viridis", "remotes"))
# Perintah memanggil packages
library(sf)
## Warning: package 'sf' was built under R version 4.3.3
## Linking to GEOS 3.11.2, GDAL 3.8.2, PROJ 9.3.1; sf_use_s2() is TRUE
library(ggplot2)
library(sf)
library(ggplot2)
library(dplyr)
## Warning: package 'dplyr' was built under R version 4.3.3
##
## Attaching package: 'dplyr'
## The following objects are masked from 'package:stats':
##
## filter, lag
## The following objects are masked from 'package:base':
##
## intersect, setdiff, setequal, union
library(rnaturalearth)
library(rnaturalearthdata)
## Warning: package 'rnaturalearthdata' was built under R version 4.3.3
##
## Attaching package: 'rnaturalearthdata'
## The following object is masked from 'package:rnaturalearth':
##
## countries110
library(viridis)
## Warning: package 'viridis' was built under R version 4.3.3
## Loading required package: viridisLite
library(remotes)
## Warning: package 'remotes' was built under R version 4.3.3
#remotes::install_github("ropensci/rnaturalearthhires")
data <- read.csv("C:/Users/lenovo/Downloads/query (1).csv")
# konversi jadi sf
gempasf <- st_as_sf(data, coords = c("longitude", "latitude"), crs = 4326)
# ambil shapefile provinsi Indonesia
indo <- ne_states(country = "indonesia", returnclass = "sf")
ntt <- indo %>% filter(name == "Nusa Tenggara Timur")
Peta ini memperlihatkan lokasi kejadian gempa bumi di Provinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT) berdasarkan data dari USGS (United States
Geological Survey).Titik-titik berwarna di peta menunjukkan posisi
gempa, warna menunjukkan kedalaman (km) gempa, sedangkan ukuran
lingkaran menunjukkan magnitudo gempa. Dari peta, terlihat bahwa gempa
dangkal mendominasi wilayah selatan dan tengah, sedangkan gempa lebih
dalam muncul di bagian utara dan timur. Gempa dangkal ini biasanya
berpotensi lebih merusak dibanding gempa dalam, meski energinya bisa
lebih kecil. Mayoritas gempa di NTT memiliki magnitudo antara 4,0 hingga
5,5, yang berarti masih dalam kategori menengah namun cukup sering
terjadi.
setwd("D:/semester 7/Spasial")
# Cek apakah direktori sudah berhasil diubah
getwd()
## [1] "D:/semester 7/Spasial"
Indo_shp <- st_read("gadm41_IDN_2.shp")
## Reading layer `gadm41_IDN_2' from data source
## `D:\semester 7\Spasial\gadm41_IDN_2.shp' using driver `ESRI Shapefile'
## Simple feature collection with 502 features and 13 fields
## Geometry type: MULTIPOLYGON
## Dimension: XY
## Bounding box: xmin: 95.00971 ymin: -11.00761 xmax: 141.0194 ymax: 6.076941
## Geodetic CRS: WGS 84
head(Indo_shp)
## Simple feature collection with 6 features and 13 fields
## Geometry type: MULTIPOLYGON
## Dimension: XY
## Bounding box: xmin: 95.00971 ymin: 2.008107 xmax: 98.19711 ymax: 5.755888
## Geodetic CRS: WGS 84
## GID_2 GID_0 COUNTRY GID_1 NAME_1 NL_NAME_1 NAME_2 VARNAME_2
## 1 IDN.1.2_1 IDN Indonesia IDN.1_1 Aceh NA Aceh Barat NA
## 2 IDN.1.1_1 IDN Indonesia IDN.1_1 Aceh NA Aceh Barat Daya NA
## 3 IDN.1.3_1 IDN Indonesia IDN.1_1 Aceh NA Aceh Besar NA
## 4 IDN.1.4_1 IDN Indonesia IDN.1_1 Aceh NA Aceh Jaya NA
## 5 IDN.1.5_1 IDN Indonesia IDN.1_1 Aceh NA Aceh Selatan NA
## 6 IDN.1.6_1 IDN Indonesia IDN.1_1 Aceh NA Aceh Singkil NA
## NL_NAME_2 TYPE_2 ENGTYPE_2 CC_2 HASC_2 geometry
## 1 NA Kabupaten Regency 1107 ID.AC.AB MULTIPOLYGON (((96.06915 4....
## 2 NA Kabupaten Regency 1112 ID.AC.AD MULTIPOLYGON (((96.94196 3....
## 3 NA Kabupaten Regency 1108 ID.AC.AR MULTIPOLYGON (((95.78426 5....
## 4 NA Kabupaten Regency 1116 ID.AC.AJ MULTIPOLYGON (((95.87673 4....
## 5 NA Kabupaten Regency 1103 ID.AC.AS MULTIPOLYGON (((97.74693 2....
## 6 NA Kabupaten Regency 1102 ID.AC.AN MULTIPOLYGON (((97.39143 2....
NTT_shp <- Indo_shp %>% filter(NAME_1 == "Nusa Tenggara Timur")
Sebaran gempa terlihat cukup merata di wilayah selatan dan tengah NTT, khususnya di sekitar Pulau Flores, Sumba, dan Timor. Sebagian besar gempa berpusat di sekitar wilayah pesisir selatan, yang berdekatan dengan zona subduksi antara Lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Hal ini menegaskan bahwa wilayah NTT termasuk dalam zona aktif tektonik, sehingga aktivitas gempa bumi di wilayah ini relatif sering terjadi. Dari peta terlihat bahwa sebagian besar gempa di NTT termasuk gempa dangkal hingga menengah, terutama di wilayah barat dan selatan. Gempa jenis ini biasanya lebih berpotensi menimbulkan kerusakan permukaan, meskipun energinya tidak selalu besar.Dari visualisasi terlihat bahwa gempa dengan magnitudo menengah (4.5–5.5) mendominasi wilayah NTT, terutama di sekitar Pulau Flores dan Timor bagian selatan.
Peta ini memperlihatkan lokasi kejadian gempa bumi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) berdasarkan data dari USGS (United States Geological Survey).Titik-titik berwarna di peta menunjukkan posisi gempa, warna menunjukkan kedalaman (km) gempa, sedangkan ukuran lingkaran menunjukkan magnitudo gempa. Dari peta, terlihat bahwa gempa dangkal mendominasi wilayah selatan dan tengah, sedangkan gempa lebih dalam muncul di bagian utara dan timur. Gempa dangkal ini biasanya berpotensi lebih merusak dibanding gempa dalam, meski energinya bisa lebih kecil. Mayoritas gempa di NTT memiliki magnitudo antara 4,0 hingga 5,5, yang berarti masih dalam kategori menengah namun cukup sering terjadi.
Hidayat, N., dan Santoso, E. W. (1997). Gempa Bumi dan Mekanismenya. Alami: Jurnal Teknologi Reduksi Risiko Bencana, 2(3), 195598.
Susilo, B., Afani, M. R., dan Hidayah, A. I. (2021). Integrasi Spasial dan Statistik untuk Identifikasi Determinan Perkembangan Kota Yogyakarta. Majalah Geografi Indonesia. 35(2). https://doi.org/10.22146/mgi.60526
Khairana, N. (2024). Analisis Regresi Spasila Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tingkat Upah Rata-Rata Pekerja Formal di Provinsi Sulawesi Selatan. Universitas Negeri Makassar.