Daftar Isi


Penulis

Nama: Samih Muhamad Alfarras
NPM: 140610230053
Mata Kuliah: Epidemiologi
Dosen Pengampu: Dr. I Gede Nyoman Mindra Jaya, M.Si.

Pendahuluan

Dalam epidomologi terdapat beberapa ukuran statistik yang digunakan sebagai gambaran dinamika penyakit dan faktor risikonya. Ukuran tersebut yakni

  1. Incidence Rate
  2. Cumulative Incidence
  3. Prevalensi
  4. Relative Risk
  5. Attribute Risk
  6. Odd Ratio
  7. Case Fatality Rate

Soal 1: Incidence Rate

Definisi:
Incidence rate adalah ukuran epidemiologi yang menunjukkan jumlah kasus baru suatu penyakit atau kejadian tertentu dalam suatu populasi yang berisiko selama periode waktu tertentu. Ukuran ini biasanya dinyatakan per jumlah populasi at-risk atau per satuan person-time untuk memberikan gambaran yang lebih akurat, terutama jika waktu pengamatan individu bervariasi.

Rumus:

\[ IR = \frac{\text{ Jumlah Kasus Baru}}{\text{Total Person-Time}} \]

Soal:

Dalam sebuah studi, ditemukan 8 kasus baru penyakit X dalam 1 tahun pada populasi 1.200 orang. Karena ada migrasi dan kematian, total person-time yang berhasil dicatat adalah 1.050 person-years.

Hitung Incidence Rate penyakit X.

Perhitungan:

\[ IR = \frac{8}{1050} = 0.00762 \text{ per person-year} \]

Interpretasi:
Incidence Rate penyakit X adalah 7,62 kasus baru per 1.000 person-years. Artinya, untuk setiap 1.000 individu yang diamati selama satu tahun dalam studi, terdapat 7,62 kasus baru penyakit X.

Nyatakan hasil dalam bentuk per 1.000 person-years.

Perhitungan:

Untuk menyatakan hasil dalam bentuk per 1.000 person-years, kalikan dengan 1.000:

\[ IR = 0.00762 \times 1000 = 7.62 \text{ per 1.000 person-years} \]

Interpretasi:
lncidence Rate penyakit X adalah 7,62 kasus baru per 1.000 person-years. Artinya, untuk setiap 1.000 individu yang diamati selama satu tahun dalam studi, terdapat 7,62 kasus baru penyakit X.

Contoh Perhitungan Menggunakan R

# Data untuk Incidence Rate
kasus <- 8
persontime <- 1050

# Perhitungan Incidence Rate
IR <- round(kasus/ persontime,5);IR
## [1] 0.00762
IRper1000 <- round(IR * 1000,2);IRper1000
## [1] 7.62

Soal 2: Cumulative Incidence

Definisi:
Cumulative incidence adalah ukuran epidemiologi yang menunjukkan proporsi individu dalam populasi yang berisiko yang mengalami kejadian atau terkena penyakit tertentu selama periode waktu tertentu. Berbeda dengan incidence rate yang menggunakan person-time untuk memperhitungkan durasi pengamatan individu, cumulative incidence berfokus pada proporsi kasus baru relatif terhadap total populasi yang berisiko pada awal periode studi, tanpa mempertimbangkan variasi waktu paparan antar individu.

Rumus:

\[ CI = \frac{\text{Jumlah Kasus Baru Selama Periode Tertentu}}{\text{Total Populasi yang Berisiko pada Awal Periode}} \]

Soal:

Dalam sebuah penelitian kohort terhadap 500 orang sehat di awal periode, setelah 2 tahun pengamatan ditemukan 25 kasus baru hipertensi.

Hitung Cumulative Incidence.

Perhitungan:

\[ \begin{aligned} CI &= \frac{25}{500} \\ &= 0.05 \\ &= 5\% \end{aligned} \]

Interpretasi:
Cumulative incidence sebesar 5% berarti bahwa 5% dari 500 individu yang sehat pada awal penelitian mengalami hipertensi selama 2 tahun pengamatan. Dengan kata lain, 25 dari 500 orang yang awalnya bebas dari hipertensi mengembangkan penyakit ini dalam periode tersebut.

Bagaimana interpretasinya dalam konteks risiko?

Interpretasi dalam Konteks Risiko:
Cumulative incidence sebesar 5% berarti setiap individu yang sehat pada awal penelitian memiliki peluang 5% untuk mengembangkan hipertensi selama 2 tahun pengamatan. Dengan kata lain, dari 100 orang yang sehat, diperkirakan 5 orang akan mengalami hipertensi dalam periode tersebut.

Contoh Perhitungan Menggunakan R

# Data untuk Cumulative Incidence
kasusbaru <- 25
populasiawal <- 500

# Perhitungan Cumulative Incidence
CI <- round(kasusbaru / populasiawal, 2);CI
## [1] 0.05

Soal 3: Prevalensi

Definisi:
Prevalensi adalah ukuran epidemiologi yang menunjukkan proporsi atau persentase individu dalam suatu populasi yang memiliki suatu penyakit, kondisi, atau karakteristik tertentu pada titik waktu tertentu (prevalensi titik) atau selama periode waktu tertentu (prevalensi periode). Prevalensi menggambarkan seberapa umum suatu kondisi dalam populasi, termasuk kasus baru dan kasus yang sudah ada sebelumnya, berbeda dengan incidence yang hanya menghitung kasus baru.

Rumus:

\[ P = \frac{\text{Jumlah Individu yang mengalami suatu kondisi ( kasus baru + kasus lama)}}{\text{Total Populasi}} \]

Soal:

Pada survei kesehatan di kota berpenduduk 20.000 orang, ditemukan 400 orang menderita diabetes pada saat survei dilakukan.

Hitung prevalensi diabetes di kota tersebut.

Perhitungan: \[ \begin{aligned} P &= \frac{400}{20000} \\ &= 0.02 \\ &= 2\% \end{aligned} \]

Interpretasi:
Prevalensi sebesar 2% berarti bahwa pada saat survei dilakukan, 2% dari populasi kota (atau 400 dari 20.000 orang) menderita diabetes. Ini mencakup semua kasus diabetes, baik yang sudah ada sebelumnya maupun yang baru terdiagnosis pada saat survei.

Apa makna angka tersebut dalam konteks kesehatan masyarakat?

Interpretasi dalam Konteks Kesehatan Masyarakat:
Prevalensi diabetes sebesar 2% di kota berpenduduk 20.000 orang, dengan 400 orang menderita diabetes pada saat survei, menunjukkan bahwa diabetes merupakan masalah kesehatan yang relevan namun tidak terlalu tinggi di komunitas ini. Angka ini menggambarkan beban penyakit yang memerlukan perhatian dalam perencanaan sumber daya kesehatan, seperti penyediaan obat, program screening, dan edukasi gaya hidup sehat untuk mencegah komplikasi. Prevalensi ini juga dapat digunakan untuk memantau tren kesehatan, membandingkan dengan wilayah lain, atau mengevaluasi efektivitas intervensi kesehatan masyarakat.

Contoh Perhitungan Menggunakan R.

# Data untuk Prevalensi
kasusdiabetes <- 400
populasikota <- 20000

# Perhitungan Prevalensi
P <- round(kasusdiabetes / populasikota, 2);P
## [1] 0.02

Soal 4: Relative Risk dan Attributable Risk

Definisi:
- Relative risk (risiko relatif) adalah ukuran epidemiologi yang membandingkan risiko terjadinya suatu kejadian (misalnya, penyakit) pada dua kelompok yang berbeda, biasanya kelompok yang terpapar faktor risiko tertentu (exposed) dengan kelompok yang tidak terpapar (unexposed). Relative risk dihitung sebagai rasio antara cumulative incidence atau probabilitas kejadian di kelompok terpapar dengan kelompok tidak terpapar. Ini menunjukkan seberapa besar faktor risiko meningkatkan atau menurunkan peluang kejadian dibandingkan kelompok kontrol. - Attributable risk (risiko atribusi) adalah ukuran epidemiologi yang menunjukkan proporsi atau jumlah kejadian (misalnya, penyakit) dalam kelompok terpapar faktor risiko tertentu yang dapat diatribusikan langsung kepada faktor risiko tersebut. Ini dihitung sebagai selisih antara cumulative incidence di kelompok terpapar dan kelompok tidak terpapar, mencerminkan tambahan risiko yang disebabkan oleh paparan faktor tertentu. Attributable risk membantu mengukur dampak faktor risiko dalam menyebabkan kejadian di antara mereka yang terpapar.

Rumus Relative Risk:

\[ RR = \frac{CI_{\text{exposed}}}{CI_{\text{unexposed}}} \]

Rumus Attributable Risk:

\[ AR = CI_{\text{exposed}} - CI_{\text{unexposed}} \]

Data yang diberikan:

Dari 200 perokok, 40 orang menderita penyakit paru kronis. Dari 300 bukan perokok, 15 orang menderita penyakit paru kronis.

Cumulative Incidence pada kelompok perokok dan bukan perokok

Cumulative Incidence pada perokok:

\[ CI_{\text{perokok}} = \frac{40}{200} = 0.20 = 20\% \]

Cumulative Incidence pada bukan perokok:

\[ CI_{\text{bukan perokok}} = \frac{15}{300} = 0.05 = 5\% \]

Interpretasi:
Cumulative incidence sebesar 20% berarti 20 dari setiap 100 perokok mengalami penyakit paru kronis selama periode pengamatan. Ini menunjukkan risiko yang cukup tinggi di kalangan perokok. Cumulative incidence sebesar 5% berarti hanya 5 dari setiap 100 bukan perokok mengalami penyakit paru kronis, menunjukkan risiko yang jauh lebih rendah dibandingkan perokok.

Relative Risk (RR)

Relative Risk dihitung dengan rumus:

\[ RR = \frac{0.20}{0.05} = 4 \]

Interpretasi:
Relative risk sebesar 4 menunjukkan bahwa perokok memiliki risiko 4 kali lebih besar untuk mengalami penyakit paru kronis dibandingkan bukan perokok. Ini mengindikasikan bahwa merokok adalah faktor risiko yang signifikan untuk penyakit paru kronis dalam populasi ini.

Attributable Risk (AR)

Attributable Risk dihitung dengan rumus:

\[ AR = 0.20 - 0.05 = 0.15 = 15\% \]

Interpretasi:
Attributable risk sebesar 15% berarti 15% dari kasus penyakit paru kronis di kalangan perokok dapat diatribusikan langsung kepada kebiasaan merokok. Dengan kata lain, jika perokok berhenti merokok, 15 dari setiap 100 kasus penyakit paru kronis di kelompok ini berpotensi dapat dicegah.

Interpretasikan hasilnya

Interpretasi Hasil:

  • Dalam penelitian ini, perokok memiliki risiko 20% untuk mengalami penyakit paru kronis (CI = 20%), jauh lebih tinggi dibandingkan bukan perokok (CI = 5%)
  • Relative risk sebesar 4 menunjukkan bahwa perokok memiliki risiko 4 kali lebih besar terkena penyakit paru kronis dibanding yang bukan perorok
  • Attributable risk 15% mengindikasikan bahwa 15% kasus di kalangan perokok dapat dicegah jika mereka tidak merokok.

Hasil ini mengindikasikan bahwa merokok berperan besar dalam meningkatkan risiko penyakit paru kronis.

Contoh Perhitungan Menggunakan R.

# Data untuk Cumulative Incidence
rp <- 40
rt <- 200
nrp <- 15
nrt <- 300

# Cumulative Incidence perokok
CIp <- round(rp / rt, 2);CIp
## [1] 0.2
# Cumulative Incidence bukan perokok
CInp <- round(nrp / nrt, 2);CInp
## [1] 0.05
# Relative Risk (RR)
RR <- round(CIp / CInp, 2);RR
## [1] 4
# Attributable Risk (AR)
AR <- round(CIp - CInp, 2);AR
## [1] 0.15

Soal 5: Odds Ratio

Definisi:
Odds Ratio (OR) adalah ukuran epidemiologi yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara paparan (exposure) terhadap suatu faktor risiko dan terjadinya suatu kejadian (outcome), terutama dalam studi kasus-kontrol. OR didefinisikan sebagai rasio antara peluang (odds) kejadian pada kelompok terpapar dengan peluang kejadian pada kelompok tidak terpapar. Peluang dihitung sebagai rasio antara probabilitas kejadian terjadi dengan probabilitas kejadian tidak terjadi. OR sering digunakan untuk memperkirakan risiko relatif ketika relative risk tidak dapat dihitung langsung, seperti dalam studi kasus-kontrol.

Rumus:

\[ OR = \frac{a/b}{c/d} = \frac{ad}{bc} \]

Data yang diberikan:

Terpapar (+) Penyakit (+) = 45, Tidak Penyakit (-) = 30 Tidak Terpapar (-) Penyakit (+) = 20, Tidak Penyakit (-) = 55

Hitung Odds Ratio (OR).

Perhitungan:

Untuk menghitung Odds Ratio, kita akan menggunakan rumus:

\[ OR = \frac{45 \times 55}{30 \times 20} = \frac{2475}{600} = 4.125 \]

Interpretasi:
OR sebesar 4.125 berarti peluang seseorang yang terpapar faktor risiko untuk menderita penyakit adalah 4,125 kali lebih besar dibandingkan peluang seseorang yang tidak terpapar.

Apa makna hasil tersebut terkait hubungan paparan dengan penyakit?

Interpretasi dalam Konteks Paparan dan Penyakit:
Odds Ratio sebesar 4.125 menunjukkan bahwa individu yang terpapar faktor risiko memiliki peluang 4,125 kali lebih besar untuk menderita penyakit dibandingkan mereka yang tidak terpapar, mengindikasikan hubungan kuat antara paparan dan penyakit dalam studi kasus-kontrol ini. Dalam konteks kesehatan masyarakat, temuan ini menegaskan perlunya intervensi untuk mengurangi paparan faktor risiko, seperti melalui kampanye pencegahan, skrining dini, atau kebijakan pengendalian, guna menurunkan beban penyakit di kelompok terpapar, meskipun diperlukan analisis lebih lanjut untuk memastikan kausalitas dan mengontrol faktor pengganggu.

Contoh Perhitungan Menggunakan R.

# Data untuk Odds Ratio
tp <- 45
tn <- 30
ttp <- 20
ttn <- 55

# Perhitungan Odds Ratio
OR <- (tp * ttn) / (tn * ttp);OR
## [1] 4.125

Soal 6: Case Fatality Rate

Definisi:
Case Fatality Rate (CFR) adalah ukuran epidemiologi yang menunjukkan proporsi individu yang meninggal akibat suatu penyakit tertentu di antara mereka yang telah didiagnosis dengan penyakit tersebut selama periode waktu tertentu. CFR dihitung sebagai rasio antara jumlah kematian akibat penyakit tersebut dengan jumlah total kasus yang terdiagnosis, biasanya dinyatakan dalam persentase. Ini mencerminkan tingkat keparahan atau lethalitas penyakit dalam populasi yang terinfeksi.

Rumus:

\[ CFR = \frac{\text{Jumlah Kematian Akibat Penyakit}}{\text{Jumlah Kasus Terdiagnosis Penyakit}} \times 100\% \]

Data yang diberikan:

250 kasus, dengan 10 di antaranya meninggal.

Hitung CFR.

Perhitungan:

\[ CFR = \frac{10}{250} \times 100\% = 4\% \]

Interpretasi:
Case Fatality Rate (CFR) sebesar 4% berarti bahwa dari setiap 100 individu yang terdiagnosis dengan penyakit ini, 4 orang meninggal akibat penyakit tersebut selama periode pengamatan. Dalam kasus ini, dari 250 kasus yang terdiagnosis, 10 orang meninggal, menunjukkan bahwa 4% dari kasus yang terdeteksi berujung pada kematian.

Bagaimana interpretasi tingkat keparahan penyakit berdasarkan CFR tersebut?

Interpretasi dalam Konteks Keparahan Penyakit:
CFR sebesar 4% menunjukkan bahwa penyakit ini memiliki tingkat keparahan yang moderat. Meskipun tidak tergolong sangat mematikan (dibandingkan, misalnya, dengan penyakit seperti Ebola yang memiliki CFR jauh lebih tinggi, sering di atas 50%), angka ini tetap signifikan dan menunjukkan bahwa penyakit ini dapat menyebabkan kematian pada sebagian kecil individu yang terdiagnosis. Dalam konteks kesehatan masyarakat, CFR 4% menandakan bahwa penyakit ini memerlukan perhatian serius, terutama dalam hal diagnosis dini, pengobatan yang efektif, dan pencegahan komplikasi untuk mengurangi angka kematian.

Contoh Perhitungan Menggunakan R.

# Data untuk Case Fatality Rate
jumlahkematian <- 10
jumlahkasus <- 250

# Perhitungan CFR
CFR <- round((jumlahkematian / jumlahkasus) * 100, 2);CFR
## [1] 4

Kesimpulan

  1. Incidence Rate (IR) menggambarkan kecepatan munculnya kasus baru suatu penyakit dalam populasi yang terpapar selama periode waktu tertentu. Dalam kasus yang diberikan, Laju Insidensi (IR) untuk penyakit X adalah 7,62 kasus per 1.000 person-years.

  2. Cumulative Incidence (Hipertensi): Dalam studi kohort dengan 500 orang sehat, 25 orang mengalami hipertensi setelah 2 tahun, menghasilkan cumulative incidence 5%, yang berarti 5% individu sehat berisiko mengembangkan hipertensi dalam periode tersebut, menunjukkan risiko moderat yang memerlukan intervensi kesehatan masyarakat seperti edukasi pola makan rendah garam dan screening rutin untuk mencegah peningkatan kasus

  3. Prevalensi (Diabetes): Survei di kota berpenduduk 20.000 orang menemukan 400 orang menderita diabetes, dengan prevalensi titik 2%, mengindikasikan bahwa diabetes cukup signifikan namun tidak terlalu tinggi, sehingga diperlukan alokasi sumber daya untuk pengobatan, skrining, dan edukasi gaya hidup sehat guna mengelola beban penyakit dan mencegah komplikasi.

  4. Relative Risk (Penyakit Paru Kronis): Dari 200 perokok (40 kasus) dan 300 bukan perokok (15 kasus), relative risk 4 menunjukkan bahwa perokok memiliki risiko 4 kali lebih besar untuk penyakit paru kronis dibandingkan bukan perokok, menegaskan merokok sebagai faktor risiko utama yang memerlukan intervensi seperti kampanye anti-rokok dan program berhenti merokok untuk mengurangi beban penyakit.

  5. Attributable Risk (Penyakit Paru Kronis): Attributable risk 15% dari kasus penyakit paru kronis menunjukkan bahwa 15% kasus di kalangan perokok dapat dicegah jika mereka tidak merokok, menyoroti dampak signifikan merokok dan pentingnya kebijakan pengendalian tembakau serta edukasi untuk menurunkan kejadian penyakit ini.

  6. Odds Ratio (Paparan dan Penyakit): Odds ratio 4.125 dari data (45 terpapar dengan penyakit, 30 terpapar tanpa penyakit, 20 tidak terpapar dengan penyakit, 55 tidak terpapar tanpa penyakit) menunjukkan bahwa individu terpapar memiliki peluang 4,125 kali lebih besar untuk menderita penyakit, mendukung kebutuhan intervensi untuk mengurangi paparan faktor risiko guna mencegah penyakit.

  7. Case Fatality Rate (Penyakit Tidak Spesifik): Dari 250 kasus penyakit dengan 10 kematian, case fatality rate 4% menunjukkan bahwa 4% individu terdiagnosis meninggal, mencerminkan keparahan penyakit yang moderat dan menekankan pentingnya diagnosis dini, perawatan efektif, serta program pencegahan untuk mengurangi angka kematian di populasi.

Dengan mempelajari ini, kita dapat lebih memahami pola penyebaran penyakit di masyarakat serta sejauh mana faktor risiko memengaruhi kejadiannya. Pemahaman ini krusial untuk merancang kebijakan kesehatan yang lebih tepat, baik dalam upaya pencegahan, deteksi dini, maupun penanganan penyakit pada tingkat komunitas.