1 Identitas

Nama: Nabiel Alfallah Herdiana
NPM: 140610230018
Mata Kuliah: Epidemiologi
Dosen Pengampu: Dr. I Gede Nyoman Mindra Jaya, M.Si.


3 Pendahuluan

Dalam analisis epidemiologi, berbagai ukuran statistik dipakai untuk menggambarkan distribusi penyakit dan keterkaitannya dengan faktor risiko. Ukuran dasar yang sering digunakan meliputi Incidence Rate (IR), Cumulative Incidence (CI), Prevalensi (P), serta ukuran asosiasi seperti Relative Risk (RR), Odds Ratio (OR), Attributable Risk (AR), dan Case Fatality Rate (CFR). Tugas ini mengulas masing-masing ukuran berdasarkan soal yang tersedia, dengan disertai langkah perhitungan manual, kode R, serta interpretasi.


4 Jawaban Soal

4.1 Soal 1: Incidence Rate

Definisi:
Incidence Rate (IR) adalah ukuran yang menggambarkan seberapa cepat kasus baru penyakit muncul, dihitung dari jumlah kasus baru dibagi dengan total waktu observasi (person-time) seluruh individu berisiko.

4.1.1 Rumus:

\[ IR = \frac{\text{Kasus Baru}}{\text{Total Person-Time}} \]

4.1.2 Soal:

Dalam penelitian, ditemukan 8 kasus baru penyakit X selama 1 tahun pada populasi 1.200 orang. Setelah memperhitungkan migrasi dan kematian, total person-time tercatat sebesar 1.050 person-years.

4.1.3 Perhitungan:

\[ IR = \frac{8}{1050} = 0.00762 \ \text{per person-year} \]

atau setara dengan 7,62 per 1.000 person-years.

Interpretasi:
Artinya, dalam setiap 1.000 orang yang diamati selama 1 tahun, rata-rata terdapat sekitar 7 hingga 8 kasus baru penyakit X.

4.1.4 Contoh Perhitungan Menggunakan R

kasus_baru <- 8
person_time <- 1050
IR <- round(kasus_baru / person_time, 5); IR
## [1] 0.00762
IR_per_1000 <- round(IR * 1000, 2); IR_per_1000
## [1] 7.62

4.2 Soal 2: Cumulative Incidence

Definisi:
Cumulative Incidence (CI) adalah proporsi individu dalam populasi berisiko yang mengalami penyakit baru selama periode tertentu.

4.2.1 Rumus:

\[ CI = \frac{\text{Kasus Baru dalam Periode}}{\text{Populasi Berisiko pada Awal}} \]

4.2.2 Soal:

Sebuah studi kohort pada 500 orang sehat di awal pengamatan menunjukkan 25 kasus baru hipertensi setelah 2 tahun.

4.2.3 Perhitungan:

\[ CI = \frac{25}{500} = 0.05 = 5\% \]

Interpretasi:
Risiko kumulatif populasi tersebut untuk mengalami hipertensi dalam periode dua tahun adalah 5%.

4.2.4 Contoh Perhitungan Menggunakan R

kasus_baru <- 25
pop_awal <- 500
CI <- round(kasus_baru / pop_awal, 2); CI
## [1] 0.05

4.3 Soal 3: Prevalensi

Definisi:
Prevalensi adalah persentase populasi yang menderita penyakit tertentu, baik kasus baru maupun lama, pada titik waktu atau periode tertentu.

4.3.1 Rumus:

\[ P = \frac{\text{Kasus (baru + lama)}}{\text{Total Populasi}} \]

4.3.2 Soal:

Dalam survei kesehatan di kota berpenduduk 20.000 orang, ditemukan 400 penderita diabetes saat survei berlangsung.

4.3.3 Perhitungan:

\[ P = \frac{400}{20000} = 0.02 = 2\% \]

Interpretasi:
Prevalensi diabetes adalah 2%. Ini berarti 2 dari setiap 100 penduduk tercatat memiliki diabetes pada saat survei dilakukan.

4.3.4 Contoh Perhitungan Menggunakan R

kasus <- 400
pop <- 20000
P <- round(kasus / pop, 2); P
## [1] 0.02

4.4 Soal 4: Relative Risk dan Attributable Risk

Definisi:
- Relative Risk (RR): membandingkan kemungkinan sakit antara kelompok terpapar dan kelompok tidak terpapar.
- Attributable Risk (AR): menunjukkan tambahan risiko absolut akibat paparan.

4.4.1 Rumus:

\[ RR = \frac{CI_{\text{exposed}}}{CI_{\text{unexposed}}}, \quad AR = CI_{\text{exposed}} - CI_{\text{unexposed}} \]

4.4.2 Soal:

  • Dari 200 perokok, 40 menderita penyakit paru kronis.
  • Dari 300 bukan perokok, 15 menderita penyakit paru kronis.

4.4.3 Perhitungan:

\[ CI_{exp} = \frac{40}{200} = 0.20, \quad CI_{unexp} = \frac{15}{300} = 0.05 \]

\[ RR = \frac{0.20}{0.05} = 4, \quad AR = 0.20 - 0.05 = 0.15 = 15\% \]

Interpretasi:
Perokok memiliki risiko 4 kali lebih tinggi untuk sakit paru kronis dibandingkan bukan perokok, dengan tambahan risiko absolut sebesar 15% yang secara langsung terkait dengan kebiasaan merokok.

4.4.4 Contoh Perhitungan Menggunakan R

perokok_case <- 40; perokok_total <- 200
non_case <- 15; non_total <- 300
CI_exp <- round(perokok_case / perokok_total, 2); CI_exp
## [1] 0.2
CI_unexp <- round(non_case / non_total, 2); CI_unexp
## [1] 0.05
RR <- round(CI_exp / CI_unexp, 2); RR
## [1] 4
AR <- round(CI_exp - CI_unexp, 2); AR
## [1] 0.15

4.5 Soal 5: Odds Ratio

Definisi:
Odds Ratio (OR) adalah ukuran yang membandingkan peluang sakit antara kelompok dengan paparan dan kelompok tanpa paparan. Biasanya digunakan pada desain studi kasus-kontrol.

4.5.1 Rumus:

\[ OR = \frac{ad}{bc} \]

4.5.2 Soal:

  • Terpapar (+) & Penyakit (+) = 45, Terpapar (+) & Tidak Sakit (-) = 30
  • Tidak Terpapar (-) & Penyakit (+) = 20, Tidak Terpapar (-) & Tidak Sakit (-) = 55

4.5.3 Perhitungan:

\[ OR = \frac{45 \times 55}{30 \times 20} = \frac{2475}{600} = 4.125 \]

Interpretasi:
Kelompok yang terpapar memiliki peluang sekitar 4,1 kali lebih besar untuk mengalami penyakit dibandingkan dengan yang tidak terpapar.

4.5.4 Contoh Perhitungan Menggunakan R

a <- 45; b <- 30; c <- 20; d <- 55
OR <- (a*d) / (b*c); OR
## [1] 4.125

4.6 Soal 6: Case Fatality Rate

Definisi:
Case Fatality Rate (CFR) adalah proporsi penderita suatu penyakit yang berakhir dengan kematian, dan digunakan untuk menilai tingkat keganasan penyakit tersebut.

4.6.1 Rumus:

\[ CFR = \frac{\text{Jumlah Kematian}}{\text{Jumlah Kasus}} \times 100\% \]

4.6.2 Soal:

Terdapat 250 kasus penyakit dalam suatu wabah, dengan 10 di antaranya meninggal.

4.6.3 Perhitungan:

\[ CFR = \frac{10}{250} \times 100\% = 4\% \]

Interpretasi:
Sekitar 4% penderita pada wabah ini meninggal dunia, yang menunjukkan tingkat keparahan penyakit tergolong sedang.

4.6.4 Contoh Perhitungan Menggunakan R

kematian <- 10
kasus <- 250
CFR <- round((kematian / kasus) * 100, 2); CFR
## [1] 4

5 Kesimpulan

Dari enam soal yang dikerjakan, dapat ditarik sejumlah poin penting yang memberikan gambaran lebih luas mengenai dinamika penyakit dan faktor risikonya dalam epidemiologi.

  1. Incidence Rate (IR) memberikan ukuran kecepatan munculnya kasus baru dalam suatu populasi. Hasil IR = 7.62 per 1000 person-years berarti pada setiap 1000 individu yang diamati selama satu tahun, rata-rata terdapat lebih dari 7 kasus baru penyakit. Ukuran ini sangat penting untuk mengetahui seberapa cepat penyakit menyebar pada populasi yang berisiko.

  2. Cumulative Incidence (CI) menunjukkan risiko kumulatif suatu populasi untuk mengalami penyakit baru dalam periode tertentu. Nilai CI = 5% dalam dua tahun artinya dari 100 orang sehat pada awal pengamatan, sekitar 5 orang akan diperkirakan menderita hipertensi dalam dua tahun berikutnya. Hal ini membantu memperkirakan risiko jangka menengah suatu penyakit.

  3. Prevalensi (P) menggambarkan total beban penyakit dalam populasi pada titik waktu tertentu. Nilai prevalensi diabetes sebesar 2% di sebuah kota berarti 2 dari setiap 100 orang menderita diabetes saat survei dilakukan. Informasi ini berguna untuk perencanaan sumber daya kesehatan dan intervensi populasi, karena menunjukkan seberapa besar masalah kesehatan yang sudah ada.

  4. Relative Risk (RR) memperlihatkan perbandingan risiko antara kelompok terpapar dan tidak terpapar. Hasil RR = 4 mengindikasikan bahwa perokok memiliki risiko 4 kali lipat lebih tinggi terkena penyakit paru kronis dibandingkan bukan perokok. Attributable Risk (AR) sebesar 15% menegaskan bahwa tambahan risiko sebesar itu murni dapat diatribusikan pada kebiasaan merokok. Kedua ukuran ini bersama-sama menjelaskan baik kekuatan asosiasi relatif maupun kontribusi absolut paparan terhadap risiko penyakit.

  5. Odds Ratio (OR) sebesar 4.125 dalam studi kasus-kontrol menunjukkan bahwa peluang menderita penyakit pada kelompok terpapar lebih dari 4 kali lipat dibandingkan kelompok tidak terpapar. Nilai OR > 1 memperkuat adanya hubungan positif antara paparan dengan kejadian penyakit, sehingga paparan dapat dicurigai sebagai faktor risiko penting.

  6. Case Fatality Rate (CFR) sebesar 4% memberikan gambaran tingkat keparahan penyakit. Artinya, dari setiap 100 orang yang sakit, sekitar 4 di antaranya meninggal. Meskipun tidak setinggi penyakit mematikan lain, angka ini cukup signifikan untuk mengindikasikan perlunya upaya medis dan sistem kesehatan yang memadai dalam menangani kasus.


5.1 Kesimpulan Umum

Secara keseluruhan, keenam ukuran epidemiologi yang dihitung dalam tugas ini menunjukkan bahwa setiap ukuran memiliki fungsi yang berbeda namun saling melengkapi:

  • IR menyoroti kecepatan munculnya kasus baru.
  • CI menggambarkan risiko kumulatif dalam periode tertentu.
  • Prevalensi menunjukkan beban total penyakit dalam populasi.
  • RR dan OR menilai kekuatan asosiasi antara paparan dan penyakit.
  • AR menegaskan tambahan risiko absolut akibat paparan.
  • CFR memperlihatkan tingkat keparahan penyakit.

Dengan memahami ukuran-ukuran ini, seorang epidemiolog atau praktisi kesehatan masyarakat dapat menilai prioritas intervensi, merancang strategi pencegahan, dan melakukan evaluasi program kesehatan. Sebagai contoh, tingginya RR dan AR pada perokok menekankan urgensi program pengendalian tembakau, sedangkan nilai prevalensi dan CFR membantu memperkirakan kebutuhan layanan kesehatan dan sumber daya. Dengan demikian, tugas ini tidak hanya melatih keterampilan perhitungan, tetapi juga memperkuat pemahaman tentang bagaimana data epidemiologi dapat diterjemahkan menjadi kebijakan kesehatan yang efektif.