1 Identitas

Nama: I Gusti Bagus Harya Putra
NPM: 140610230010
Mata Kuliah: Epidemiologi
Dosen Pengampu: Dr. I Gede Nyoman Mindra Jaya, M.Si.


2 Daftar Isi

3 Pendahuluan

Dalam epidemiologi, terdapat berbagai ukuran statistik yang digunakan untuk menggambarkan dinamika penyakit dan faktor risikonya. Beberapa ukuran yang umum digunakan adalah Incidence Rate, Cumulative Incidence, Prevalensi, serta ukuran asosiasi seperti Relative Risk (RR), Odds Ratio (OR), Attributable Risk (AR), dan Case Fatality Rate (CFR).


3.1 Soal 1: Incidence Rate

Definisi:
Incidence Rate adalah jumlah kasus baru suatu penyakit dalam periode tertentu dibagi dengan total waktu pemajanan (person-time) dari populasi berisiko.

3.1.1 Rumus:

\[ IR = \frac{\text{Kasus Baru}}{\text{Total Person-Time}} \]

3.1.2 Soal:

Dalam sebuah studi, ditemukan 8 kasus baru penyakit X dalam 1 tahun pada populasi 1.200 orang. Karena ada migrasi dan kematian, total person-time yang berhasil dicatat adalah 1.050 person-years.

3.1.3 Hitung Incidence Rate penyakit X.

3.1.3.1 Perhitungan:

\[ IR = \frac{8}{1050} = 0.00762 \text{ per person-year} \]

Interpretasi:
Incidence rate penyakit X adalah 7,62 kasus baru per 1.000 person-years. Ini menunjukkan bahwa pada setiap 1.000 orang yang berpartisipasi dalam studi selama 1 tahun, terdapat 7,62 kasus baru penyakit X.

3.1.4 Nyatakan hasil dalam bentuk per 1.000 person-years.

3.1.4.1 Perhitungan:

Untuk menyatakan hasil dalam bentuk per 1.000 person-years, kalikan dengan 1.000:

\[ IR = 0.00762 \times 1000 = 7.62 \text{ per 1.000 person-years} \]

Interpretasi:
Incidence rate penyakit X adalah 7,62 kasus baru per 1.000 person-years. Ini menunjukkan bahwa pada setiap 1.000 orang yang berpartisipasi dalam studi selama 1 tahun, terdapat 7,62 kasus baru penyakit X.

3.1.5 Contoh Perhitungan Menggunakan R

# Data untuk Incidence Rate
kasus_baru <- 8
person_time <- 1050

# Perhitungan Incidence Rate
IR <- round(kasus_baru/ person_time,5);IR
## [1] 0.00762
IR_per_1000 <- round(IR * 1000,2);IR_per_1000
## [1] 7.62

3.2 Soal 2: Cumulative Incidence

Definisi:
Cumulative Incidence adalah proporsi individu yang mengalami penyakit baru dalam suatu periode tertentu di antara populasi berisiko pada awal periode.

3.2.1 Rumus:

\[ CI = \frac{\text{Kasus Baru dalam Periode}}{\text{Populasi Berisiko Awal}} \]

3.2.2 Soal:

Dalam sebuah penelitian kohort terhadap 500 orang sehat di awal periode, setelah 2 tahun pengamatan ditemukan 25 kasus baru hipertensi.

3.2.3 Hitung Cumulative Incidence.

3.2.3.1 Perhitungan:

\[ CI = \frac{25}{500} = 0.05 = 5\% \]

Interpretasi:
Cumulative incidence pada kelompok ini adalah 5%, yang berarti ada 5% risiko bagi individu dalam kelompok yang sehat di awal periode untuk mengembangkan hipertensi dalam 2 tahun pengamatan.

3.2.4 Bagaimana interpretasinya dalam konteks risiko?

Interpretasi dalam Konteks Risiko:
Risiko 5% berarti bahwa dalam populasi yang sehat pada awal periode, terdapat peluang 5% bagi individu-individu tersebut untuk mengembangkan hipertensi dalam periode 2 tahun. Artinya, jika kita mengikuti 100 individu sehat selama 2 tahun, sekitar 5 orang di antaranya berisiko mengembangkan hipertensi.

3.2.5 Contoh Perhitungan Menggunakan R

# Data untuk Cumulative Incidence
kasus_baru_cumulative <- 25
populasi_awal <- 500

# Perhitungan Cumulative Incidence
CI <- round(kasus_baru_cumulative / populasi_awal, 2);CI
## [1] 0.05

3.3 Soal 3: Prevalensi

Definisi:
Prevalensi adalah proporsi individu yang memiliki penyakit tertentu (kasus lama + baru) pada suatu titik waktu (point prevalence) atau periode tertentu (period prevalence).

3.3.1 Rumus:

\[ P = \frac{\text{Kasus (baru + lama)}}{\text{Total Populasi}} \]

3.3.2 Soal:

Pada survei kesehatan di kota berpenduduk 20.000 orang, ditemukan 400 orang menderita diabetes pada saat survei dilakukan.

3.3.3 Hitung prevalensi diabetes di kota tersebut.

3.3.3.1 Perhitungan:

\[ P = \frac{400}{20000} = 0.02 = 2\% \]

Interpretasi:
Prevalensi diabetes di kota tersebut adalah 2%. Ini berarti 2% dari populasi kota tersebut menderita diabetes pada saat survei dilakukan, menggambarkan beban penyakit di populasi.

3.3.4 Apa makna angka tersebut dalam konteks kesehatan masyarakat?

Interpretasi dalam Konteks Kesehatan Masyarakat:
Angka prevalensi 2% berarti bahwa 2% dari total populasi kota tersebut menderita diabetes pada titik waktu survei. Dalam konteks kesehatan masyarakat, angka ini menunjukkan bahwa diabetes merupakan masalah kesehatan yang mempengaruhi sebagian kecil dari populasi, namun tetap penting untuk mendapatkan perhatian. Angka prevalensi ini bisa menjadi indikator untuk merencanakan intervensi kesehatan, seperti kampanye pencegahan, deteksi dini, dan perawatan untuk mengurangi dampak penyakit ini pada populasi masyarakat.

3.3.5 Contoh Perhitungan Menggunakan R.

# Data untuk Prevalensi
kasus_diabetes <- 400
populasi_kota <- 20000

# Perhitungan Prevalensi
P <- round(kasus_diabetes / populasi_kota, 2);P
## [1] 0.02

3.4 Soal 4: Relative Risk dan Attributable Risk

Definisi:
- Relative Risk (RR): Perbandingan risiko penyakit antara kelompok yang terpapar dan kelompok yang tidak terpapar. - Attributable Risk (AR): Selisih risiko penyakit antara kelompok terpapar dan tidak terpapar.

3.4.1 Rumus Relative Risk:

\[ RR = \frac{CI_{\text{exposed}}}{CI_{\text{unexposed}}} \]

3.4.2 Rumus Attributable Risk:

\[ AR = CI_{\text{exposed}} - CI_{\text{unexposed}} \]

3.4.3 Data yang diberikan:

  • Dari 200 perokok, 40 orang menderita penyakit paru kronis.
  • Dari 300 bukan perokok, 15 orang menderita penyakit paru kronis.

3.4.4 1. Cumulative Incidence pada kelompok perokok dan bukan perokok

3.4.4.1 Perhitungan Cumulative Incidence pada perokok:

\[ CI_{\text{perokok}} = \frac{40}{200} = 0.20 = 20\% \]

3.4.4.2 Perhitungan Cumulative Incidence pada bukan perokok:

\[ CI_{\text{bukan perokok}} = \frac{15}{300} = 0.05 = 5\% \]

Interpretasi:
Cumulative incidence pada kelompok perokok adalah 20%, yang berarti ada 20% risiko bagi individu dalam kelompok perokok untuk mengembangkan penyakit paru kronis. Sementara pada kelompok bukan perokok, cumulative incidence adalah 5%, yang menunjukkan bahwa ada 5% risiko bagi individu yang tidak merokok untuk mengembangkan penyakit paru kronis.

3.4.5 2. Relative Risk (RR)

Relative Risk dihitung dengan rumus:

\[ RR = \frac{0.20}{0.05} = 4 \]

Interpretasi:
Risiko penyakit paru kronis pada perokok 4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bukan perokok. Ini menunjukkan bahwa merokok meningkatkan risiko terkena penyakit paru kronis secara signifikan.

3.4.6 3. Attributable Risk (AR)

Attributable Risk dihitung dengan rumus:

\[ AR = 0.20 - 0.05 = 0.15 = 15\% \]

Interpretasi:
Ada 15% risiko tambahan pada kelompok perokok yang dapat dikaitkan dengan paparan merokok untuk mengembangkan penyakit paru kronis. Ini menunjukkan seberapa besar pengaruh merokok terhadap risiko terkena penyakit paru kronis pada kelompok perokok.

3.4.7 4. Interpretasikan hasilnya

Interpretasi Hasil:

  • Cumulative Incidence menunjukkan bahwa perokok memiliki risiko yang jauh lebih tinggi (20%) dibandingkan dengan bukan perokok (5%) untuk mengembangkan penyakit paru kronis.
  • Relative Risk (RR) menunjukkan bahwa perokok memiliki risiko penyakit paru kronis 4 kali lebih besar dibandingkan dengan bukan perokok.
  • Attributable Risk (AR) menunjukkan bahwa 15% dari penyakit paru kronis yang terjadi pada perokok dapat dikaitkan dengan kebiasaan merokok.

Hasil ini mengindikasikan bahwa merokok berperan besar dalam meningkatkan risiko penyakit paru kronis, dan intervensi untuk mengurangi prevalensi merokok dapat menurunkan kejadian penyakit paru kronis secara signifikan.

3.4.8 Contoh Perhitungan Menggunakan R.

# Data untuk Cumulative Incidence
perokok_positif <- 40
perokok_total <- 200
bukan_perokok_positif <- 15
bukan_perokok_total <- 300

# Cumulative Incidence perokok
CI_perokok <- round(perokok_positif / perokok_total, 2);CI_perokok
## [1] 0.2
# Cumulative Incidence bukan perokok
CI_bukan_perokok <- round(bukan_perokok_positif / bukan_perokok_total, 2);CI_bukan_perokok
## [1] 0.05
# Relative Risk (RR)
RR <- round(CI_perokok / CI_bukan_perokok, 2);RR
## [1] 4
# Attributable Risk (AR)
AR <- round(CI_perokok - CI_bukan_perokok, 2);AR
## [1] 0.15

3.5 Soal 5: Odds Ratio

Definisi:
Odds Ratio (OR) adalah perbandingan odds (peluang) terjadinya penyakit pada kelompok terpapar dibandingkan kelompok tidak terpapar. OR biasa digunakan pada studi kasus-kontrol.

3.5.1 Rumus:

\[ OR = \frac{a/b}{c/d} = \frac{ad}{bc} \]

3.5.2 Data yang diberikan:

  • Terpapar (+) Penyakit (+) = 45, Tidak Penyakit (-) = 30
  • Tidak Terpapar (-) Penyakit (+) = 20, Tidak Penyakit (-) = 55

3.5.3 Hitung Odds Ratio (OR).

3.5.3.1 Perhitungan:

Untuk menghitung Odds Ratio, kita akan menggunakan rumus:

\[ OR = \frac{45 \times 55}{30 \times 20} = \frac{2475}{600} = 4.125 \]

Interpretasi:
Odds ratio menunjukkan bahwa orang yang terpapar memiliki odds 4,13 kali lebih tinggi untuk menderita penyakit dibandingkan orang yang tidak terpapar.

3.5.4 Apa makna hasil tersebut terkait hubungan paparan dengan penyakit?

Interpretasi dalam Konteks Paparan dan Penyakit:
Angka Odds Ratio (OR) yang lebih besar dari 1 (4.125) menunjukkan adanya hubungan positif antara paparan dan penyakit. Dalam hal ini, orang yang terpapar memiliki peluang lebih tinggi untuk menderita penyakit dibandingkan orang yang tidak terpapar. Angka OR yang tinggi mengindikasikan bahwa paparan tersebut mungkin merupakan faktor risiko yang signifikan untuk terjadinya penyakit yang diteliti.

3.5.5 Contoh Perhitungan Menggunakan R.

# Data untuk Odds Ratio
terpapar_positif <- 45
terpapar_negatif <- 30
tidak_terpapar_positif <- 20
tidak_terpapar_negatif <- 55

# Perhitungan Odds Ratio
OR <- (terpapar_positif * tidak_terpapar_negatif) / (terpapar_negatif * tidak_terpapar_positif);OR
## [1] 4.125

3.6 Soal 6: Case Fatality Rate

Definisi:
Case Fatality Rate (CFR) adalah proporsi kasus suatu penyakit yang berakhir dengan kematian, menggambarkan tingkat keparahan penyakit.

3.6.1 Rumus:

\[ CFR = \frac{\text{Jumlah Kematian Akibat Penyakit}}{\text{Jumlah Kasus Penyakit}} \times 100\% \]

3.6.2 Data yang diberikan:

  • 250 kasus, dengan 10 di antaranya meninggal.

3.6.3 Hitung CFR.

3.6.3.1 Perhitungan:

\[ CFR = \frac{10}{250} \times 100\% = 4\% \]

Interpretasi:
Tingkat kematian akibat penyakit ini adalah 4%. Ini menunjukkan bahwa 4% dari individu yang terinfeksi penyakit ini berakhir dengan kematian.

3.6.4 Bagaimana interpretasi tingkat keparahan penyakit berdasarkan CFR tersebut?

Interpretasi dalam Konteks Keparahan Penyakit:
Angka CFR sebesar 4% menunjukkan bahwa penyakit ini memiliki tingkat keparahan moderat, karena 4% dari total kasus berakhir dengan kematian. Ini berarti ada risiko kematian pada individu yang terinfeksi, meskipun tidak terlalu tinggi. Namun, angka ini penting untuk memperhatikan bagaimana cara mengurangi kematian melalui intervensi medis yang cepat dan efektif, serta perencanaan sistem kesehatan untuk menangani wabah tersebut.

3.6.5 Contoh Perhitungan Menggunakan R.

# Data untuk Case Fatality Rate
jumlah_kematian <- 10
jumlah_kasus <- 250

# Perhitungan CFR
CFR <- round((jumlah_kematian / jumlah_kasus) * 100, 2);CFR
## [1] 4

3.7 Kesimpulan

  1. Incidence Rate (IR) menunjukkan kecepatan munculnya kasus baru penyakit dalam suatu populasi yang terpapar selama periode tertentu. Dalam hal ini, Incidence Rate (IR) untuk penyakit X adalah 7,62 kasus per 1.000 person-years, yang mengindikasikan frekuensi kejadian penyakit X di populasi yang diamati.

  2. Cumulative Incidence (CI) menggambarkan risiko terjadinya penyakit baru dalam periode tertentu di antara populasi berisiko pada awal periode. Pada kelompok sehat, Cumulative Incidence untuk hipertensi adalah 5%, yang berarti ada 5% kemungkinan individu sehat di awal periode untuk mengembangkan hipertensi dalam 2 tahun.

  3. Prevalensi (P) menggambarkan beban penyakit dalam populasi pada titik waktu tertentu. Prevalensi diabetes di kota tersebut adalah 2%, yang menunjukkan bahwa 2% dari populasi kota tersebut menderita diabetes pada saat survei dilakukan, memberikan gambaran beban penyakit di populasi tersebut.

  4. Relative Risk (RR) menunjukkan perbandingan risiko penyakit antara kelompok yang terpapar dan kelompok yang tidak terpapar. Hasil perhitungan Relative Risk (RR) untuk penyakit paru kronis pada perokok adalah 4, yang berarti bahwa perokok memiliki risiko 4 kali lebih tinggi untuk menderita penyakit paru kronis dibandingkan dengan bukan perokok.

  5. Attributable Risk (AR) mengukur beban tambahan risiko yang disebabkan oleh paparan terhadap faktor risiko tertentu. Attributable Risk (AR) pada perokok untuk penyakit paru kronis adalah 15%, yang mengindikasikan bahwa 15% risiko penyakit paru kronis pada perokok dapat dikaitkan dengan kebiasaan merokok.

  6. Odds Ratio (OR) mengukur hubungan antara paparan dan kemungkinan terjadinya penyakit pada kelompok yang terpapar dibandingkan dengan yang tidak terpapar. Hasil Odds Ratio (OR) untuk hubungan antara paparan dan penyakit adalah 4,13, yang menunjukkan bahwa orang yang terpapar memiliki odds 4,13 kali lebih besar untuk menderita penyakit dibandingkan orang yang tidak terpapar.

  7. Case Fatality Rate (CFR) mengukur tingkat kematian akibat suatu penyakit, memberikan gambaran tentang tingkat keparahan penyakit. CFR pada wabah yang diamati adalah 4%, yang berarti bahwa 4% dari individu yang terinfeksi penyakit tersebut berakhir dengan kematian.

Dengan memahami dan menginterpretasikan hasil perhitungan ini, kita dapat lebih memahami dinamika penyakit dalam populasi dan dampak dari faktor risiko. Pengetahuan tentang ukuran-ukuran epidemiologi ini penting untuk merancang kebijakan kesehatan yang lebih efektif dalam pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit dalam suatu komunitas atau populasi.