from bps.riau.go.id
library(readxl)
## Warning: package 'readxl' was built under R version 4.4.3
dataku <- read_excel("C:\\Users\\aethe\\OneDrive\\Documents\\USB Drive\\inflasi tahun 2025 bulan januari.xlsx")
head(dataku)
hist(dataku$inflasi,
col = "skyblue",
main = "Histogram inflasi berdasarkan provinsi tahun 2025",
xlab = "inflasi",
prob = TRUE)
lines(density(dataku$inflasi),
col = "red",
lwd = 2)
Histogram tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar provinsi pada tahun 2025 mengalami inflasi rendah di kisaran 0–1, sehingga kondisi umumnya relatif terkendali. Namun, terdapat beberapa provinsi yang mengalami inflasi lebih tinggi (2–5) serta sebagian kecil yang justru mengalami deflasi (di bawah 0). Hal ini menggambarkan bahwa meskipun secara umum inflasi stabil, masih ada ketimpangan antarprovinsi di mana sebagian kecil daerah menghadapi lonjakan harga yang signifikan atau sebaliknya, penurunan harga. Dari data yang telah di visualisasikan dalam histogram terlihat bahwasannya data belum cukup untuk dikatakan berdistribusi normal.
W=∑i=1n(Xi−Xˉ)2[∑i=1kai(Xn−i+1−Xi)]2 , setelah melakukan perhitungan di excel mendapatkan nilai Whitung = 0,8943
Mencari Wtabel dari tabel saphiro-wilk Pada tabel saphiro-wilk Degan taraf 5% dan dengan data yang dipunya sebanyak 38, maka Wtabel nya ialah 0,938.
Membandingkan Whitung dengan Wtabel Whitung < Wtabel 0,8943 < 0,938