Tugas 2 Komputasi Statistika
Analisis dan Perbandingan Statistika Deskriptif
Dimiliki beberapa data dari Kelas A dan Kelas B seperti berikut.
#Data Kelas A
#Nama Mahasiswa
nama_A <- c("Ani", "Budi", "Cahya", "Danu", "Eka", "Fitri", "Gilang", "Hani", "Indra", "Jihan")
#Berat Badan Mahasiswa
bb_A <- c(55, 65, 50, 70, 60, 58, 75, 52, 80, 53)
#Tinggi Badan Mahasiswa
tb_A <- c(160, 175, 155, 180, 165, 162, 178, 158, 185, 159)
#Data Berat dan Tinggi Badan Mahasiswa
kelas_A <- data.frame(nama_A, bb_A, tb_A)
kelas_A## nama_A bb_A tb_A
## 1 Ani 55 160
## 2 Budi 65 175
## 3 Cahya 50 155
## 4 Danu 70 180
## 5 Eka 60 165
## 6 Fitri 58 162
## 7 Gilang 75 178
## 8 Hani 52 158
## 9 Indra 80 185
## 10 Jihan 53 159
#Data Kelas B
#Nama Mahasiswa
nama_B <- c("Alya", "Bintang", "Rizki", "Ana", "Nanda", "Dimas", "Ali", "Agus", "Dwi", "Putri")
#Berat Badan Mahasiswa
bb_B <- c(50, 55, 53, 60, 58, 70, 52, 57, 59, 54)
#Tinggi Badan Mahasiswa
tb_B <- c(145, 160, 172, 155, 160, 170, 148, 162, 160, 143)
#Data Berat dan Tinggi Badan Mahasiswa
kelas_B <- data.frame(nama_B, bb_B, tb_B)
kelas_B## nama_B bb_B tb_B
## 1 Alya 50 145
## 2 Bintang 55 160
## 3 Rizki 53 172
## 4 Ana 60 155
## 5 Nanda 58 160
## 6 Dimas 70 170
## 7 Ali 52 148
## 8 Agus 57 162
## 9 Dwi 59 160
## 10 Putri 54 143
1. Analisis dan Perbandingan Berat Badan Mahasiswa Kelas A dan Kelas B
a. Membandingkan Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Berat Badan Kelas A dan Kelas B
Untuk membandingkan ukuran pemusatan dan penyebaran data berat badan antara kedua kelas, maka perlulah kita mencari ukuran pemusatan (rata-rata, median, dan modus) dan penyebaran data (rentang, variansi, dan simpangan baku) dari data berat badan kedua kelas.
Berikut ini ukuran pemusatan data:
Mean Berat Badan
## mean_bbA: 61.8 kg
## mean_bbB: 56.8 kg
Dari output yang dihasilkan, dapat kita lihat bahwa rata-rata kelas A lebih berat daripada kelas B. Di sini rata-rata kelas A sebesar 61,8 kg dan Kelas B sebesar 56,8 kg. Berarti selisih rata-rata kelas A dan kelas B yaitu 5 kg.
Median Berat Badan
## median_bbA: 59 kg
## median_bbB: 56 kg
Tidak hanya rata-rata saja, tetapi kita juga mencari median (nilai tengah) dari setiap data. Terlihat bahwa nilai tengah kelas A lebih tinggi yaitu 59 kg daripada nilai tengah kelas B yaitu 56 kg
Modus Berat Badan
modus <- function(x) {
ux <- unique(x)
ux[which.max(tabulate(match(x, ux)))]
}
modus_bbA <- modus(bb_A)
cat("modus_bbA:", modus_bbA, "kg")## modus_bbA: 55 kg
modus <- function(x) {
ux <- unique(x)
ux[which.max(tabulate(match(x, ux)))]
}
modus_bbB <- modus(bb_B)
cat("modus_bbB:", modus_bbB, "kg")## modus_bbB: 50 kg
Salah satu ukuran pemusatan data yaitu modus. Modus yang akan menunjukkan data yang sering muncul. Kelas A memiliki modus 55 kg dan kelas B 50 kg.
Berikut ini ukuran penyebaran data:
Range (Rentang) Berat Badan
## range_bbA: 50 80
## range_bbB: 50 70
Dari output terlihat bahwa rentang data kelas A lebih panjang daripada kelas B. Ini dibuktikkan dengan rentangan data berat badan kelas A dari 50 sampai 80 sedangkan kelas B hanya dari 50 sampai 70.
Variansi (Keragaman) Berat Badan
## var_bbA: 106.6222
## var_bbB: 31.73333
Output menunjukan bahwa variansi tinggi badan kelas A sebesar 106,62 dan variansi tinggi badan kelas B sebesar 31,73. Artinya, berat badan kelas A memiliki keragaman yang cukup tinggi daripada keragaman berat badan kelas B. Ini membuktikan bahwa berat badan kelas A menyebar jauh dari rata-ratanya, sedangkan berat badan kelas B menyebar merapat di sekitar rata-ratanya.
Standard Deviation (Simpangan Baku) Berat Badan
## sd_bbA: 10.3258
## sd_bbB: 5.633235
Sama seperti variansi, simpangan baku berat badan kelas A lebih besar daripada simpangan baku berat badan kelas B. Ini terlihat dengan simpangan baku berat badan kelas A sebesar 10,32 sedangkan simpangan baku berat badan kelas B sebesar 5,63.
b. Membandingkan Data Berat Badan Kelas A dan Kelas B dengan Melihat Visualisasi Data
Banyak sekali visualisasi data yang dapat kita lakukan. Itu dapat berupa histogram, boxplot, dan lain-lain.
Histogram Berat Badan
hist(kelas_A$bb_A, col = "maroon",
main= "Histogram Berat Badan Mahasiswa Kelas A",
xlab = "Berat Badan (kg)")hist(kelas_B$bb_B, col = "maroon",
main= "Histogram Berat Badan Mahasiswa Kelas B",
xlab = "Berat Badan (kg)")
Dari kedua histogram berat badan kelas A dan kelas B, langsung terlihat
bagaimana penyebaran kedua data berat badan masing-masing kelas.
Terlihat bahwa berat badan kelas A menyebar dari 50-80 kg, sedangkan
kelas B lebih terpusat sekitar 50-60 kg. Distribusi data berat badan
kelas A juga condong ke kanan, sedangkan kelas B bisa dikatakan lebih
rapat daripada kelas A. Untuk modus dari kedua data sama-sama berada di
sekitar angka 50-55 kg.
Boxplot Berat Badan
boxplot(kelas_A$bb_A, horizontal = TRUE,
main = "Boxplot Berat Badan Mahasiswa Kelas A",
col = "maroon")boxplot(kelas_B$bb_B, horizontal = TRUE,
main = "Boxplot Berat Badan Mahasiswa Kelas B",
col = "maroon")
Boxplot kedua data berat badan juga menunjukkan rentang datanya. Median
dari kedua kelas juga terlihat, yaitu median kelas A sebesar 59 kg dan
median kelas B sebesar 56 kg. Dari boxplot kelas A terlihat tidak
terdapat pencilan, sedangkan dari boxplot kelas B menunjukkan adanya
pencilan yaitu dengan nilai 70 kg. Untuk penyebaranpun lebih terlihat
bahwa berat badan kelas B lebih rapat daripada kelas A.
c. Memberikan Penjelasan dari Hasil Analisis
Dari analisis yang didapatkan, dapat kita tarik kesimpulan bahwa penyebaran berat badan kelas A lebih menyebar daripada berat badan kelas B. Bukan hanya itu, dari rata-rata berat badan kedua kelas, bisa juga disebutkan bahwa kelas A lebih berat daripada kelas B. Tetapi berat badan kelas B lebih berpusat di sekitar rata-ratanya dibandingkan kelas A.
2. Analisis dan Perbandingan Tinggi Badan Mahasiswa Kelas A dan Kelas B
a. Membandingkan Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Tinggi Badan Kelas A dan Kelas B
Untuk membandingkan ukuran pemusatan dan penyebaran data tinggi badan antara kedua kelas, maka perlulah kita mencari ukuran pemusatan (rata-rata, median, dan modus) dan penyebaran data (rentang, variansi, dan simpangan baku) dari data tinggi badan kedua kelas.
Berikut ini ukuran pemusatan data:
Mean Tinggi Badan
## mean_tbA: 167.7 cm
## mean_tbB: 157.5 cm
Dari output yang dihasilkan, terlihat bahwa rata-rata tinggi badan mahasiswa kelas B lebih rendah daripada kelas A. Ini dibuktikan dengan rata-rata tinggi badan kelas A sebesar 167,7 cm, sedangkan rata-rata tinggi badan kelas B sebesar 157,5 cm. Berarti terdapat selisi rata-rata tinggi badan kelas A dan kelas B sebesar 10,2 cm.
Median Tinggi Badan
## median_tbA: 163.5 cm
## median_tbB: 160 cm
Dari output yang dihasilkan, terlihat nilai tengah tinggi badan kelas A lebih tinggi daripada tinggi badan kelas B. Nilai tengah dari tinggi badan kelas A sebesar 163,5 cm, sedangkan kelas B sebesar 160 cm.
Modus Tinggi Badan
modus <- function(x) {
ux <- unique(x)
ux[which.max(tabulate(match(x, ux)))]
}
modus_tbA <- modus(tb_A)
cat("modus_tbA:", modus_tbA, "cm")## modus_tbA: 160 cm
modus <- function(x) {
ux <- unique(x)
ux[which.max(tabulate(match(x, ux)))]
}
modus_tbB <- modus(tb_B)
cat("modus_tbB:", modus_tbB, "cm")## modus_tbB: 160 cm
Untuk modus tinggi badan kedua kelas tersebut sama, yaitu sebesar 160 cm.
Berikut ini ukuran penyebaran data:
Range(Rentang) Tinggi Badan
## range_tbA: 155 185
## range_tbB: 143 172
Dari output range yang dihasilkan, terlihat bahwa tinggi badan kelas A lebih tinggi daripada tinggi badan kelas B. Ini dibuktikan dengan rentang tinggi badan kelas A berada di angka 155-185 cm, sedangkan kelas B berada di angka 143-172 cm. Kenapa bisa dibilang kelas A lebih tinggi, itu dibuktikan dengan tinggi badan orang terpendek di kelas A hanya 155 cm, sedangkan di kelas B yaitu 143 cm. Tidak hanya dibandingkan dengan orang terpendek, orang tertinggi di masing-masing kelas juga lebih tinggi kelas A, yaitu 185 cm, sedangkan kelas B hanya 172 cm.
variansi(Keragaman) Tinggi Badan
## var_tbA: 115.5667
## var_tbB: 96.5
Output menunjukan bahwa variansi tinggi badan kelas A sebesar 115,56 dan variansi tinggi badan kelas B sebesar 96,5. Artinya, tinggi badan kelas A memiliki keragaman yang lebih tinggi daripada keragaman tinggi badan kelas B.
Standard Deviation (Simpangan Baku) Tinggi Badan
## sd_tbA: 10.75019
## sd_tbB: 9.823441
Sama seperti variansi, simpangan baku tinggi badan kelas A lebih besar daripada simpangan baku tinggi badan kelas B. Ini terlihat dengan simpangan baku tinggi badan kelas A sebesar 10,75 sedangkan tinggi badan kelas B sebesar 9,82.
b. Membandingkan Data Tinggi Badan Badan Kelas A dan Kelas B dengan Melihat Visualisasi Data
Banyak sekali visualisasi data yang dapat kita lakukan. Itu dapat berupa histogram, boxplot, dan lain-lain.
Histogram Tinggi Badan
hist(kelas_A$tb_A, col = "maroon",
main= "Histogram Tinggi Badan Mahasiswa Kelas A",
xlab = "Tinggi Badan (cm)")hist(kelas_B$tb_B, col = "maroon",
main= "Histogram Tinggi Badan Mahasiswa Kelas B",
xlab = "Tinggi Badan (cm)")
Dari output, dapat disimpulkan bahwa penyebaran data tinggi badan kelas
B lebih merata daripada kelas A, ini terlihat dengan bentuk histogram
tinggi badan mahasiswa kelas B yang sudah merata. Dan juga bisa dilihat
pada Histogram Tinggi Badan Kelas A, tinggi badan mahasiswanya memiliki
frekuensi yang rendah di interval 165-170 cm.
Boxplot Tinggi Badan
boxplot(kelas_A$tb_A, horizontal = TRUE,
main = "Boxplot Tinggi Badan Mahasiswa Kelas A",
col = "maroon")boxplot(kelas_B$tb_B, horizontal = TRUE,
main = "Boxplot Tinggi Badan Mahasiswa Kelas B",
col = "maroon")
Untuk hasil boxplot, dapat disimpulkan bahwa tinggi badan mahasiswa
kelas B lebih berpusat ke rata-ratanya dibandingkan dengan tinggi badan
mahasiswa kelas A yang tampak lebih menyebar dari rata-ratanya. Ini
membuktikan bahwa variansi tinggi badan kelas A cukup tinggi
dibandingkan kelas B. Dan juga terlihat bahwa nilai median tinggi badan
kelas A berada di sekitar 164 an, sedangkan untuk kelas B berada pada
160. Untuk kedua data, tidak terlihat ada outlier (pencilan).
c. Memberikan Penjelasan dari Hasil Analisis
Dari hasil analisis tadi, didapatkan beberapa kesimpulan. Yang pertama, mahasiswa kelas A lebih tinggi daripada mahasiswa kelas B. Tetapi tinggi badan mahasiswa kelas A tidak menyebar secara merata dibandingkan dengan kelas B. Dan untuk setiap kelas, tidak terdapat pencilan.
Kesimpulan
Jadi, dari hasil analisis berat badan dan tinggi badan dari kelas A dan B, dapat disimpullkan bahwa mahasiswa yang berada di kelas A lebih tinggi dan lebih berat daripada mahasiswa di kelas B. Sedangkan untuk pemusatan data, terlihat bahwa tinggi badan dan berat badan mahasiswa kelas B lebih terpusat di sekitar rata-ratanya dibandingkan mahasiswa kelas A.