Tugas Kompstat 2 Ariq

Ariq Fadhali Hanafiah

2025-08-15

List nama mahasiswa kelas A

Berikut 10 nama Mahasiswa kelas A

nama_a <- c("Ariq", "Budi", "Citra", "Danu", "Egar", "Fahri", "Geo", "Hanum", "Isil", "Jagar")
nama_a
##  [1] "Ariq"  "Budi"  "Citra" "Danu"  "Egar"  "Fahri" "Geo"   "Hanum" "Isil" 
## [10] "Jagar"

List nama mahasiswa kelas B

Berikut 10 nama Mahasiswa kelas A

nama_b <- c("Aslan", "Bika", "Cisa", "Danang", "Ehsan", "Faisal", "Gani", "Hasan", "Ima", "Javier")
nama_b
##  [1] "Aslan"  "Bika"   "Cisa"   "Danang" "Ehsan"  "Faisal" "Gani"   "Hasan" 
##  [9] "Ima"    "Javier"

Memasukkan data berat badan mahasiswa kelas A

Berikut data-data berat badan mahasiswa kelas A

bb_a <- c(67, 67, 45, 43, 51, 80, 50, 47, 65, 60)
bb_a
##  [1] 67 67 45 43 51 80 50 47 65 60

Memasukkan data berat badan mahasiswa kelas B

Berikut data-data berat badan mahasiswa kelas B

bb_b <- c(54, 54, 50, 43, 61, 80, 90, 39, 66, 50)
bb_b
##  [1] 54 54 50 43 61 80 90 39 66 50

Memasukkan data tinggi badan mahasiswa kelas A

Berikut data-data tinggi badan mahasiswa kelas A

tb_a <- c(175, 175, 159, 163, 151, 180, 160, 177, 165, 171)
tb_a
##  [1] 175 175 159 163 151 180 160 177 165 171

Memasukkan data tinggi badan mahasiswa kelas B

Berikut data-data tinggi badan mahasiswa kelas B

tb_b <- c(172, 172, 169, 153, 167, 180, 159, 175, 155, 168)
tb_b
##  [1] 172 172 169 153 167 180 159 175 155 168

Untuk menyimpan dan mengelola data dalam bentuk tabel (baris dan kolom) mahasiswa kelas A

kelas_a <- data.frame(nama_a, bb_a, tb_a)
kelas_a
##    nama_a bb_a tb_a
## 1    Ariq   67  175
## 2    Budi   67  175
## 3   Citra   45  159
## 4    Danu   43  163
## 5    Egar   51  151
## 6   Fahri   80  180
## 7     Geo   50  160
## 8   Hanum   47  177
## 9    Isil   65  165
## 10  Jagar   60  171

Untuk menyimpan dan mengelola data dalam bentuk tabel (baris dan kolom) mahasiswa kelas B

kelas_b <- data.frame(nama_b, bb_b, tb_b)
kelas_b
##    nama_b bb_b tb_b
## 1   Aslan   54  172
## 2    Bika   54  172
## 3    Cisa   50  169
## 4  Danang   43  153
## 5   Ehsan   61  167
## 6  Faisal   80  180
## 7    Gani   90  159
## 8   Hasan   39  175
## 9     Ima   66  155
## 10 Javier   50  168

Untuk mencari rata-rata dari berat badan mahasiswa kelas A

Menghitung rata-rata suatu data dengan cara menjumlahkan semua nilai lalu membaginya dengan jumlah data.

mean(kelas_a$bb_a)
## [1] 57.5
cat("Rata-rata berat badan mahasiswa kelas A: ", mean(kelas_a$bb_a), "kg")
## Rata-rata berat badan mahasiswa kelas A:  57.5 kg

Untuk mencari rata-rata dari tinggi badan mahasiswa kelas A

Menghitung rata-rata suatu data dengan cara menjumlahkan semua nilai lalu membaginya dengan jumlah data.

mean(kelas_a$tb_a)
## [1] 167.6
cat("Rata-rata tinggi badan mahasiswa kelas A: ", mean(kelas_a$tb_a), "cm")
## Rata-rata tinggi badan mahasiswa kelas A:  167.6 cm

Untuk mencari rata-rata dari berat badan mahasiswa kelas B

Menghitung rata-rata suatu data dengan cara menjumlahkan semua nilai lalu membaginya dengan jumlah data.

mean(kelas_b$bb_b)
## [1] 58.7
cat("Rata-rata berat badan mahasiswa kelas B: ", mean(kelas_b$bb_b), "kg")
## Rata-rata berat badan mahasiswa kelas B:  58.7 kg

Untuk mencari rata-rata dari tinggi badan mahasiswa kelas B

Menghitung rata-rata suatu data dengan cara menjumlahkan semua nilai lalu membaginya dengan jumlah data.

mean(kelas_b$tb_b)
## [1] 167
cat("Rata-rata tinggi badan mahasiswa kelas B: ", mean(kelas_b$tb_b), "cm")
## Rata-rata tinggi badan mahasiswa kelas B:  167 cm

Untuk mencari nilai tengah atau median dari berat badan mahasiswa kelas A

Mencari nilai tengah dari suatu data setelah datanya diurutkan. Nilai tengah ini memisahkan setengah data di bawahnya dan setengah data di atasnya. Jika jumlah data ganjil, median adalah nilai di posisi tengah. Jika genap, median adalah rata-rata dari dua nilai tengah.

median(kelas_a$bb_a)
## [1] 55.5
cat("Median berat badan mahasiswa kelas A: ", median(kelas_a$bb_a), "kg")
## Median berat badan mahasiswa kelas A:  55.5 kg

Untuk mencari nilai tengah atau median dari tinggi badan mahasiswa kelas A

Mencari nilai tengah dari suatu data setelah datanya diurutkan. Nilai tengah ini memisahkan setengah data di bawahnya dan setengah data di atasnya. Jika jumlah data ganjil, median adalah nilai di posisi tengah. Jika genap, median adalah rata-rata dari dua nilai tengah.

median(kelas_a$tb_a)
## [1] 168
cat("Median tinggi badan mahasiswa kelas A: ", median(kelas_a$tb_a), "cm")
## Median tinggi badan mahasiswa kelas A:  168 cm

Untuk mencari nilai tengah atau median dari berat badan mahasiswa kelas B

Mencari nilai tengah dari suatu data setelah datanya diurutkan. Nilai tengah ini memisahkan setengah data di bawahnya dan setengah data di atasnya. Jika jumlah data ganjil, median adalah nilai di posisi tengah. Jika genap, median adalah rata-rata dari dua nilai tengah.

median(kelas_b$bb_b)
## [1] 54
cat("Median berat badan mahasiswa kelas B: ", median(kelas_b$bb_b), "kg")
## Median berat badan mahasiswa kelas B:  54 kg

Untuk mencari nilai tengah atau median dari tinggi badan mahasiswa kelas B

Mencari nilai tengah dari suatu data setelah datanya diurutkan. Nilai tengah ini memisahkan setengah data di bawahnya dan setengah data di atasnya. Jika jumlah data ganjil, median adalah nilai di posisi tengah. Jika genap, median adalah rata-rata dari dua nilai tengah.

median(kelas_b$tb_b)
## [1] 168.5
cat("Median tinggi badan mahasiswa kelas B: ", median(kelas_b$tb_b), "cm")
## Median tinggi badan mahasiswa kelas B:  168.5 cm

Untuk mencari modus atau data terbanyak yaitu berat badan mahasiswa kelas A

modus <- function(x){
  ux <- unique(x)
  ux[which.max(tabulate(match(x, ux)))]
}

modus_bba <- modus(bb_a)
cat("modus berat badan mahasiswa kelas A: ", modus_bba, "kg")
## modus berat badan mahasiswa kelas A:  67 kg

Untuk mencari modus atau data terbanyak yaitu tinggi badan mahasiswa kelas A

modus <- function(x){
  ux <- unique(x)
  ux[which.max(tabulate(match(x, ux)))]
}

modus_tba <- modus(tb_a)
cat("modus tinggi badan mahasiswa kelas A: ", modus_tba, "cm")
## modus tinggi badan mahasiswa kelas A:  175 cm

Untuk mencari modus atau data terbanyak yaitu berat badan mahasiswa kelas B

modus <- function(x){
  ux <- unique(x)
  ux[which.max(tabulate(match(x, ux)))]
}

modus_bbb <- modus(bb_b)
cat("modus berat badan mahasiswa kelas B: ", modus_bbb, "kg")
## modus berat badan mahasiswa kelas B:  54 kg

Untuk mencari modus atau data terbanyak yaitu tinggi badan mahasiswa kelas B

modus <- function(x){
  ux <- unique(x)
  ux[which.max(tabulate(match(x, ux)))]
}

modus_tbb <- modus(tb_b)
cat("modus tinggi badan mahasiswa kelas B: ", modus_tbb, "cm")
## modus tinggi badan mahasiswa kelas B:  172 cm

Fungsi range pada berat badan mahasiswa kelas A

Digunakan untuk mengetahui nilai terkecil dan terbesar dari suatu data. Hasilnya berupa dua angka, yaitu nilai minimum di posisi pertama dan nilai maksimum di posisi kedua.

range_bba <- range(bb_a)
cat("range berat badan mahasiswa kelas A:", paste0(range_bba, " kg"))
## range berat badan mahasiswa kelas A: 43 kg 80 kg

Fungsi range pada tinggi badan mahasiswa kelas A

Digunakan untuk mengetahui nilai terkecil dan terbesar dari suatu data. Hasilnya berupa dua angka, yaitu nilai minimum di posisi pertama dan nilai maksimum di posisi kedua.

range_tba <- range(tb_a)
cat("range tinggi badan mahasiswa kelas A:", paste0(range_tba, " cm"))
## range tinggi badan mahasiswa kelas A: 151 cm 180 cm

Fungsi range pada berat badan mahasiswa kelas B

Digunakan untuk mengetahui nilai terkecil dan terbesar dari suatu data. Hasilnya berupa dua angka, yaitu nilai minimum di posisi pertama dan nilai maksimum di posisi kedua.

range_bbb <- range(bb_b)
cat("range berat badan mahasiswa kelas B:", paste0(range_bbb, " kg"))
## range berat badan mahasiswa kelas B: 39 kg 90 kg

Fungsi range pada tinggi badan mahasiswa kelas A

Digunakan untuk mengetahui nilai terkecil dan terbesar dari suatu data. Hasilnya berupa dua angka, yaitu nilai minimum di posisi pertama dan nilai maksimum di posisi kedua.

range_tbb <- range(tb_b)
cat("range tinggi badan mahasiswa kelas B:", paste0(range_tbb, " cm"))
## range tinggi badan mahasiswa kelas B: 153 cm 180 cm

Fungsi variansi pada berat badan mahasiswa kelas A

Ukuran yang menunjukkan seberapa besar penyebaran data terhadap nilai rata-ratanya dalam bentuk kuadrat satuan. Variansi merupakan kuadrat dari standar deviasi dan nilainya selalu non-negatif.

var_bba <- var(bb_a)
cat("variansi berat badan mahasiswa kelas A: ", var_bba)
## variansi berat badan mahasiswa kelas A:  147.1667

Fungsi variansi pada tinggi badan mahasiswa kelas B

Ukuran yang menunjukkan seberapa besar penyebaran data terhadap nilai rata-ratanya dalam bentuk kuadrat satuan. Variansi merupakan kuadrat dari standar deviasi dan nilainya selalu non-negatif.

var_tba <- var(tb_a)
cat("variansi tinggi badan mahasiswa kelas A: ", var_tba)
## variansi tinggi badan mahasiswa kelas A:  88.71111

Fungsi variansi pada berat badan mahasiswa kelas B

Ukuran yang menunjukkan seberapa besar penyebaran data terhadap nilai rata-ratanya dalam bentuk kuadrat satuan. Variansi merupakan kuadrat dari standar deviasi dan nilainya selalu non-negatif.

var_bbb <- var(bb_b)
cat("variansi berat badan mahasiswa kelas B: ", var_bbb)
## variansi berat badan mahasiswa kelas B:  258.0111

Fungsi variansi pada tinggi badan mahasiswa kelas B

Ukuran yang menunjukkan seberapa besar penyebaran data terhadap nilai rata-ratanya dalam bentuk kuadrat satuan. Variansi merupakan kuadrat dari standar deviasi dan nilainya selalu non-negatif.

var_tbb <- var(tb_b)
cat("variansi tinggi badan mahasiswa kelas B: ", var_tbb)
## variansi tinggi badan mahasiswa kelas B:  76.88889

Fungsi standar deviasi pada berat badan mahasiswa kelas A

ukuran yang menunjukkan seberapa jauh data tersebar dari nilai rata-ratanya. Nilai standar deviasi yang besar berarti data lebih bervariasi, sedangkan nilai yang kecil menunjukkan data cenderung berdekatan dengan rata-rata.

sd_bba <- sd(bb_a)
cat("Standar deviasi berat badan mahasiswa kelas A: ", sd_bba)
## Standar deviasi berat badan mahasiswa kelas A:  12.13123

Fungsi standar deviasi pada tinggi badan mahasiswa kelas A

ukuran yang menunjukkan seberapa jauh data tersebar dari nilai rata-ratanya. Nilai standar deviasi yang besar berarti data lebih bervariasi, sedangkan nilai yang kecil menunjukkan data cenderung berdekatan dengan rata-rata.

sd_tba <- sd(tb_a)
cat("Standar deviasi tinggi badan mahasiswa kelas A: ", sd_tba)
## Standar deviasi tinggi badan mahasiswa kelas A:  9.418658

Fungsi standar deviasi pada berat badan mahasiswa kelas B

ukuran yang menunjukkan seberapa jauh data tersebar dari nilai rata-ratanya. Nilai standar deviasi yang besar berarti data lebih bervariasi, sedangkan nilai yang kecil menunjukkan data cenderung berdekatan dengan rata-rata.

sd_bbb <- sd(bb_b)
cat("Standar deviasi berat badan mahasiswa kelas B: ", sd_bbb)
## Standar deviasi berat badan mahasiswa kelas B:  16.06272

Fungsi standar deviasi pada tinggi badan mahasiswa kelas B

ukuran yang menunjukkan seberapa jauh data tersebar dari nilai rata-ratanya. Nilai standar deviasi yang besar berarti data lebih bervariasi, sedangkan nilai yang kecil menunjukkan data cenderung berdekatan dengan rata-rata.

sd_tbb <- sd(tb_b)
cat("Standar deviasi tinggi badan mahasiswa kelas B: ", sd_tbb)
## Standar deviasi tinggi badan mahasiswa kelas B:  8.768631

Visualisasi data

Histogram :Grafik yang menampilkan distribusi frekuensi data dalam bentuk batang. Histogram membagi rentang nilai data menjadi beberapa interval (disebut breaks), lalu menghitung berapa banyak data yang masuk ke setiap interval tersebut

Histogram berat badan mahasiswa kelas A

hist(kelas_a$bb_a, col = "pink",
     main = "Histogram berat badan mahasiswa kelas A",
     xlab = "berat badan(kg)")

Histogram tinggi badan mahasiswa kelas A

hist(kelas_a$tb_a, col = "yellow",
     main = "Histogram tinggi badan mahasiswa kelas A",
     xlab = "tinggi badan(cm)")

Histogram berat badan mahasiswa kelas B

hist(kelas_b$bb_b, col = "cyan",
     main = "Histogram berat badan mahasiswa kelas B",
     xlab = "berat badan(kg)")

Histogram tinggi badan mahasiswa kelas B

hist(kelas_b$tb_b, col = "grey",
     main = "Histogram tinggi badan mahasiswa kelas B",
     xlab = "tinggi badan(cm)")

## Boxplot berat badan mahasiswa kelas A

boxplot(kelas_a$bb_a, col = "green",
     main = "Histogram berat badan mahasiswa kelas A",
     xlab = "berat badan(kg)")

Boxplot berat badan mahasiswa kelas B

boxplot(kelas_b$bb_b, col = "violet",
     main = "Histogram berat badan mahasiswa kelas B",
     xlab = "berat badan(kg)")

Boxplot tinggi badan mahasiswa kelas A

boxplot(kelas_a$tb_a, col = "blue",
     main = "Histogram tinggi badan mahasiswa kelas A",
     xlab = "tinggi badan(cm)")

Boxplot tinggi badan mahasiswa kelas B

boxplot(kelas_b$tb_b, col = "black",
     main = "Histogram tinggi badan mahasiswa kelas B",
     xlab = "tinggi badan(cm)")

Fungsi Untuk Mengetahui Hubungan Data

Untuk mengetahui hubungan data tinggi badan dengan berat badan pada R studio dengan cara

plotA <-plot(kelas_a$tb_a, kelas_a$bb_a, type = "o", col = " blue", main = "Grafik hubungan bb dan tb mahasiswa kelas A", xlab = "X", ylab = "y")

model <- lm(kelas_a$tb_a ~ kelas_a$bb_a)
summary(model)
## 
## Call:
## lm(formula = kelas_a$tb_a ~ kelas_a$bb_a)
## 
## Residuals:
##     Min      1Q  Median      3Q     Max 
## -13.415  -3.562   1.775   2.685  14.545 
## 
## Coefficients:
##              Estimate Std. Error t value Pr(>|t|)    
## (Intercept)  139.4252    12.4860  11.167  3.7e-06 ***
## kelas_a$bb_a   0.4900     0.2129   2.301   0.0504 .  
## ---
## Signif. codes:  0 '***' 0.001 '**' 0.01 '*' 0.05 '.' 0.1 ' ' 1
## 
## Residual standard error: 7.749 on 8 degrees of freedom
## Multiple R-squared:  0.3983, Adjusted R-squared:  0.3231 
## F-statistic: 5.296 on 1 and 8 DF,  p-value: 0.05037

Penarikan Kesimpulan

Grafik yang menampilkan hubungan antara bb dan tb mahasiswa kelas A memperlihatkan tidak adanya pola keterkaitan yang jelas. Perbedaan tinggi badan tidak selalu berbanding lurus dengan berat badan. Hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan keduanya lemah dan tidak mengikuti pola linear.

Fungsi Untuk Mengetahui Hubungan Data

Untuk mengetahui hubungan data tinggi badan dengan berat badan pada R studio dengan cara

plotB <-plot(kelas_b$tb_b, kelas_b$bb_b, type = "o", col = " brown", main = "Grafik hubungan bb dan tb mahasiswa kelas B", xlab = "X", ylab = "y")

model <- lm(kelas_b$tb_b ~ kelas_b$bb_b)
summary(model)
## 
## Call:
## lm(formula = kelas_b$tb_b ~ kelas_b$bb_b)
## 
## Residuals:
##     Min      1Q  Median      3Q     Max 
## -14.487  -5.254   1.230   4.854  13.660 
## 
## Coefficients:
##               Estimate Std. Error t value Pr(>|t|)    
## (Intercept)  168.82008   11.68600  14.446 5.16e-07 ***
## kelas_b$bb_b  -0.03101    0.19269  -0.161    0.876    
## ---
## Signif. codes:  0 '***' 0.001 '**' 0.01 '*' 0.05 '.' 0.1 ' ' 1
## 
## Residual standard error: 9.286 on 8 degrees of freedom
## Multiple R-squared:  0.003226,   Adjusted R-squared:  -0.1214 
## F-statistic: 0.02589 on 1 and 8 DF,  p-value: 0.8762

Penarikan Kesimpulan

Grafik yang menampilkan hubungan bb dan tb mahasiswa kelas B memperlihatkan bahwa titik-titik data tersebar secara acak tanpa pola linear yang konsisten. Ada mahasiswa dengan tinggi badan hampir sama namun berat badannya sangat berbeda, bahkan ekstrem. Kondisi ini menunjukkan bahwa hubungan tinggi dan berat badan di kelas B lemah serta dipengaruhi oleh variabel lain.