Dalam dunia bisnis yang kompetitif, kemampuan perusahaan untuk meningkatkan profit merupakan indikator utama keberhasilan dan keberlanjutan usaha. Profit tidak hanya mencerminkan hasil akhir dari proses bisnis, tetapi juga menjadi dasar pengambilan keputusan strategis seperti pengelolaan biaya, penetapan harga, dan efisiensi operasional. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk memahami faktor-faktor yang secara signifikan berpengaruh dalam mengoptimalkan profit, sehingga strategi peningkatan kinerja dapat dirancang secara lebih terarah dan berbasis data. Selain itu, analisis ini dapat digunakan untuk memproyeksikan profit di masa depan dan membantu manajemen perusahaan dalam mengambil keputusan yang tepat.
Komponen yang memiliki peran penting dalam hal ini adalah nilai penjualan (sales) dan biaya pokok penjualan (cost of goods sold atau COGS). Penjualan menggambarkan seberapa besar pendapatan yang berhasil diperoleh perusahaan dari kegiatan operasionalnya, sedangkan COGS mencerminkan efisiensi dalam proses produksi atau pengadaan barang yang dijual. Oleh karena itu, salah satu pendekatan yang digunakan untuk menganalisis bagaimana kedua variabel memengaruhi profit secara simultan menjadi sangat penting bagi pengambilan keputusan yang strategis. Dalam analisis masalah ini, analisis varians dua arah (two-way ANAVA) merupakan metode statistik yang relevan untuk digunakan. Analisis ini memungkinkan untuk menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam rata-rata profit berdasarkan kategori penjualan (sales) dan COGS.
Dengan menerapkan analisis (ANAVA dua arah), perusahaan dapat memperoleh informasi yang komprehensif mengenai kontribusi masing-masing faktor terhadap profit. Hasil dari analisis ini dapat menjadi dasar yang kuat bagi manajemen perusahaan dalam merumuskan strategi operasional dan kebijakan efisiensi yang lebih tepat sasaran, sehingga tujuan utama untuk memaksimalkan profit dapat dicapai secara optimal.
Misal \(Y_{ij1},Y_{ij2},...,Y_{ijk}\) dengan \(i=1,2,3,..a\) dan \(j=1,2,3,..,b\) adalah sampel-sampel independen dengan masing-masing berelemen K yang diambil dari populasi dengan mean \(\mu_{ij}\) dan variansi sama yaitu sebesar \(\sigma^2\). Misal \(a≥2\), \(b≥2\), dan \(k≥1\), model matematis untuk analisis varians dua arah (two-way ANAVA) dituliskan sebagai berikut:
\[Y_{ijk} = \mu + \alpha_i + \beta_j + (\alpha\beta)_{ij} + \epsilon_{ijk}\]
Dengan keterangan:
\[ \begin{align*} Y_{ijk} & : \text{respons pada tingkat perlakuan ke-}i \text{ untuk faktor A dan ke-}j \text{ untuk faktor B pada ulangan ke-}k \\ \mu & : \text{rata-rata} \\ \alpha_i & : \text{efek dari level ke-}i \text{ pada faktor A (kategori sales)} \\ \beta_j & : \text{efek dari level ke-}j \text{ pada faktor B (kategori COGS)} \\ (\alpha\beta)_{ij} & : \text{efek interaksi antara faktor A dan B} \\ \epsilon_{ijk} & : \text{galat acak yang diasumsikan berdistribusi normal dengan rata-rata nol dan variansi konstan} \end{align*} \]
\(Y\)(Profit) : Keuntungan Perusahaan, \(X_1\)(Sales) : Penjualan, dan \(X_2\) : Cost Of Goods Sold atau COGS.
# Memuat package yang diperlukan
library(car)
library(MASS)
library(lmtest)
library(dplyr)
library(fit.models)
library(readxl)
library(ggplot2)
library(writexl)
library(kableExtra)
Data yang digunakan dalam analisis :
data_cm <- read_excel("~/Documents/data cm.xlsx")
# Tampilkan tabel dengan scroll vertikal
kable(data_cm, format = "html") %>%
kable_styling(
bootstrap_options = c("striped", "hover"),
full_width = FALSE,
position = "center"
) %>%
column_spec(1:3, width = "100px", extra_css = "text-align: center;") %>%
row_spec(0, background = "#4F959D", color = "white", bold = TRUE, extra_css = "text-align: center;") %>%
row_spec(1:nrow(data_cm), background = "#F5F5F5") %>%
scroll_box(height = "300px")
| Y | X1 | X2 |
|---|---|---|
| 33 | 140 | 60 |
| 17 | 130 | 58 |
| 36 | 140 | 64 |
| 111 | 345 | 144 |
| 87 | 234 | 95 |
| 203 | 546 | 234 |
| 140 | 456 | 228 |
| 95 | 219 | 89 |
| 68 | 190 | 83 |
| 101 | 234 | 95 |
| 53 | 134 | 54 |
| 54 | 180 | 72 |
| 11 | 45 | 18 |
| 5 | 62 | 28 |
| 12 | 54 | 23 |
| 11 | 43 | 17 |
| 10 | 43 | 17 |
| 202 | 546 | 234 |
| 86 | 234 | 95 |
| 141 | 456 | 228 |
| 175 | 546 | 245 |
| 39 | 190 | 85 |
| 47 | 170 | 78 |
| -4 | 76 | 34 |
| 48 | 123 | 50 |
| 45 | 114 | 46 |
| -11 | 90 | 37 |
| -39 | 99 | 88 |
| 9 | 82 | 35 |
| -9 | 65 | 29 |
| 34 | 140 | 60 |
| 42 | 140 | 57 |
Karena \(X_1\) dan \(X_2\) masi dalam bentuk numerik, maka perlu diubah menjadi data kategorik
# Membuat Kategori untuk X1
data_cm$Sales <- cut(data_cm$X1, breaks = 3, labels = c("Low", "Medium", "High"))
data_cm$Sales
## [1] Low Low Low Medium Medium High High Medium Low Medium
## [11] Low Low Low Low Low Low Low High Medium High
## [21] High Low Low Low Low Low Low Low Low Low
## [31] Low Low
## Levels: Low Medium High
# Membuat Kategori untuk X2
data_cm$COGS <- cut(data_cm$X2, breaks = 3, labels = c("Low", "Medium", "High"))
data_cm$COGS
## [1] Low Low Low Medium Medium High High Low Low Medium
## [11] Low Low Low Low Low Low Low High Medium High
## [21] High Low Low Low Low Low Low Low Low Low
## [31] Low Low
## Levels: Low Medium High
Data yang digunakan dalam analisis anava 2 arah
#Menabungkan tabel Y dan Tabel Kategorikal
data_fix <- data_cm[, c("Y", "Sales", "COGS")]
kable(data_fix, format = "html") %>%
kable_styling(
bootstrap_options = c("striped", "hover"),
full_width = FALSE,
position = "center"
) %>%
column_spec(1:3, width = "100px", extra_css = "text-align: center;") %>%
row_spec(0, background = "#4F959D", color = "white", bold = TRUE, extra_css = "text-align: center;") %>%
row_spec(1:nrow(data_cm), background = "#F5F5F5") %>%
scroll_box(height = "300px")
| Y | Sales | COGS |
|---|---|---|
| 33 | Low | Low |
| 17 | Low | Low |
| 36 | Low | Low |
| 111 | Medium | Medium |
| 87 | Medium | Medium |
| 203 | High | High |
| 140 | High | High |
| 95 | Medium | Low |
| 68 | Low | Low |
| 101 | Medium | Medium |
| 53 | Low | Low |
| 54 | Low | Low |
| 11 | Low | Low |
| 5 | Low | Low |
| 12 | Low | Low |
| 11 | Low | Low |
| 10 | Low | Low |
| 202 | High | High |
| 86 | Medium | Medium |
| 141 | High | High |
| 175 | High | High |
| 39 | Low | Low |
| 47 | Low | Low |
| -4 | Low | Low |
| 48 | Low | Low |
| 45 | Low | Low |
| -11 | Low | Low |
| -39 | Low | Low |
| 9 | Low | Low |
| -9 | Low | Low |
| 34 | Low | Low |
| 42 | Low | Low |
Statistika deskriptif merupakan metode analisis penting yang digunakan untuk menyajikan dan merangkum informasi dari suatu kumpulan data. Melalui berbagai ukuran statistik, metode ini membantu menggambarkan pola serta karakteristik data secara ringkas.Statistika deskriptif ini memberikan gambaran tentang sebaran dan karakteristik data pada variabel-variabel tersebut. Beberapa ukuran statistik yang sering digunakan meliputi nilai minimum (Min) sebagai representasi titik terendah dalam data, kuartil pertama (Q1) dan kuartil ketiga (Q3) yang menunjukkan sebaran data di bagian bawah dan atas, serta median (Q2) yang merepresentasikan nilai tengah setelah data diurutkan. Di samping itu, rata-rata (mean) memberikan gambaran umum dari nilai data, sementara nilai maksimum (Max) menunjukkan titik tertinggi dalam kumpulan data tersebut.
# statistik deskriptif untuk semua variabel
summary(data_cm)
## Y X1 X2 Sales COGS
## Min. :-39.00 Min. : 43.0 Min. : 17.00 Low :22 Low :23
## 1st Qu.: 11.00 1st Qu.: 88.0 1st Qu.: 36.50 Medium: 5 Medium: 4
## Median : 43.50 Median :140.0 Median : 62.00 High : 5 High : 5
## Mean : 57.88 Mean :195.8 Mean : 86.88
## 3rd Qu.: 89.00 3rd Qu.:234.0 3rd Qu.: 95.00
## Max. :203.00 Max. :546.0 Max. :245.00
Berdasarkan hasil statistik deskriptif, ketiga variabel yaitu \(Y\)(Profit), \(X_1\) (sales), dan \(X_2\)(cost of goods sold)
menunjukkan karakteristik distribusi yang berbeda-beda dengan
kecenderungan sebaran data yang cukup lebar. Variabel \(Y\) memiliki nilai minimum sebesar -39 dan
maksimum 203, dengan rata-rata sebesar 57,88 dan median 43,5. Nilai
rata-rata yang lebih tinggi dibanding median mengindikasikan bahwa
distribusi data \(Y\) cenderung menceng
ke kanan (right-skewed). Hal serupa juga terlihat pada variabel
\(X_1\), yang memiliki rentang data
dari 43 hingga 546, dengan rata-rata sebesar 195,8 dan median 140,
sehingga menunjukkan adanya kemungkinan outlier atau nilai
ekstrim yang memengaruhi rata-rata. Sementara itu, variabel \(X_2\) memiliki rentang dari 17 hingga 245,
dengan rata-rata 86,88 dan median 62, yang juga mencerminkan pola
distribusi miring ke kanan. Secara keseluruhan, data pada ketiga
variabel memperlihatkan adanya variasi yang tinggi dan kemungkinan
adanya nilai-nilai ekstrem, terutama pada variabel \(X_1\) dan \(Y\).
Pada faktor Sales (\(X_1\)), kategori
Low memiliki jumlah pengamatan terbanyak, yakni 22 data,
sementara kategori Medium dan High masing-masing hanya memiliki
5 pengamatan. Di sisi lain, pada faktor COGS (\(X_2\)), kategori Low juga memiliki
jumlah pengamatan terbesar, yakni 23 data, sedangkan kategori Medium dan
High masing-masing memiliki 4 dan 5 pengamatan.
ggplot(data_cm) +
aes(x = Sales, y = Y, fill = COGS) +
geom_boxplot() +
scale_fill_manual(values = c("Low" = "#9AC0CD", "Medium" = "#A4D3EE", "High" = "#D1EEEE")) +
theme_minimal()
Boxplot yang ditampilkan menggambarkan sebaran nilai Profit (Y) berdasarkan kategori Sales (\(X_1\)) yaitu Low, Medium, dan High dengan pewarnaan sesuai kategori COGS (\(X_2\)): Low (merah), Medium (hijau), dan High (biru). Dari grafik tersebut terlihat adanya pola yang jelas: semakin tinggi kategori sales, semakin tinggi pula nilai median profit yang diperoleh. Pada kategori Sales: Low, profit terlihat rendah dan bahkan terdapat nilai negatif, dengan variasi yang cukup besar, mencerminkan ketidakstabilan profit pada kondisi penjualan yang rendah, meskipun biaya produksi (COGS) juga tergolong rendah. Di sisi lain, pada kategori sales: Medium, median profit mendekati angka 100 dengan persebaran yang sempit, menandakan stabilitas dan efisiensi yang cukup baik. Sementara pada kategori sales: High, median profit meningkat drastis ke kisaran 180–200, walaupun biaya COGS juga tergolong tinggi; persebaran profit memang melebar, namun tetap dalam batas positif. Temuan ini menegaskan bahwa profit lebih dipengaruhi oleh tingkat penjualan dibandingkan oleh besar kecilnya biaya produksi. Dari sudut pandang strategi bisnis, peningkatan penjualan terbukti memberikan kontribusi yang lebih signifikan terhadap profitabilitas.
# Grafik QQ Plot untuk normalitas residual
qqnorm(resid(modelcm))
qqline(resid(modelcm))
# Uji Normalitas Residu
shapiro.test(resid(modelcm))
##
## Shapiro-Wilk normality test
##
## data: resid(modelcm)
## W = 0.96879, p-value = 0.4667
Karena melalui plot normal Q-Q terlihat titik-titik menyebar di sekitar grafik normal dan penyebarannya mengikuti garis diagonal, serta nilai p-value = 0,4667 > \(\alpha=0,05\), maka \(H_0\) gagal ditolak sehingga residu berdistribusi normal.
# Uji Homogenitas
bptest(modelcm)
##
## studentized Breusch-Pagan test
##
## data: modelcm
## BP = 2.7584, df = 3, p-value = 0.4304
dwtest(modelcm)
##
## Durbin-Watson test
##
## data: modelcm
## DW = 1.7619, p-value = 0.1206
## alternative hypothesis: true autocorrelation is greater than 0
| Uji Asumsi | Keterangan |
|---|---|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Berdasarkan hasil analisis ANOVA dua arah tanpa interaksi, dapat disimpulkan bahwa faktor Penjualan (Sales) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profit perusahaan, sebagaimana ditunjukkan oleh nilai F yang tinggi (73.944) dan p-value yang sangat kecil (6.71e-12), yang berada jauh di bawah tingkat signifikansi 0.05. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan rata-rata profit yang signifikan di antara kategori penjualan yang berbeda. Sebaliknya, faktor Biaya Pokok Penjualan (COGS) tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap profit, ditunjukkan oleh nilai F yang sangat kecil (0.002) dan p-value sebesar 0.966, yang jauh lebih besar dari ambang signifikansi. Dengan demikian, dalam analisis ini dapat disimpulkan bahwa strategi optimalisasi profit perusahaan sebaiknya lebih difokuskan pada pengelolaan dan peningkatan kinerja penjualan, karena variabel tersebut terbukti memberikan kontribusi signifikan terhadap profit, sedangkan biaya pokok penjualan (COGS) tidak memberikan dampak yang berarti secara statistik.
Berdasarkan hasil analisis ANOVA dua arah tanpa interaksi, disarankan agar perusahaan lebih memfokuskan strategi bisnisnya pada peningkatan penjualan, mengingat variabel Sales terbukti memiliki pengaruh signifikan terhadap profit perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan tingkat penjualan di antara kategori yang berbeda secara nyata berdampak pada besarnya keuntungan yang diperoleh. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengoptimalkan berbagai strategi penjualan, seperti memperluas jangkauan pasar, meningkatkan efektivitas promosi, serta melakukan inovasi produk untuk menarik minat konsumen. Sementara itu, variabel Biaya Pokok Penjualan (COGS) tidak memberikan pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap profit. Dengan demikian, penghematan biaya produksi tidak perlu menjadi fokus utama dalam upaya peningkatan profitabilitas. Sebaliknya, perusahaan perlu memastikan bahwa pengeluaran untuk COGS tetap berada dalam batas wajar, namun tetap mendukung kualitas produk agar penjualan tetap tinggi. Strategi yang lebih menekankan pada peningkatan volume penjualan akan memberikan dampak yang lebih besar terhadap pertumbuhan profit secara keseluruhan. Untuk itu, pendekatan bisnis yang proaktif dan berbasis pada penguatan lini penjualan merupakan langkah strategis yang paling tepat dalam mengoptimalkan profit perusahaan.
Anonim. 2013. Modul II ANOVA. Universitas Islam Indonesia.
Handajani, Sri Sulistijowati.,dkk.2021.METODE STATISTIKA dengan R.
Surakarta UNS.
Sukestiyarno, Y. L., & Agoestanto, A. (2017). Batasan prasyarat uji
normalitas dan uji homogenitas pada model regresi linear. Unnes Journal
of Mathematics, 6(2), 168-177.