Beberapa library yang perlu diinstall sebagai berikut:
library(ggplot2)
library(readxl)
library(ggthemes)
library(gridExtra)
Data diinput dari Microsoft Excel dengan syntax seperti berikut:
setwd("C:/Users/UseR/Desktop/SEMESTER 2/PROBABILITAS STATISTIKA")
data<-read_excel("Tingkat_Kriminal_Indonesia(1).xlsx")
head(data)
## # A tibble: 6 × 7
## `Jenis Kriminalitas` `Jenis Kejahatan` `Jumlah Kasus 2022` `Jumlah Kasus 2023`
## <chr> <chr> <dbl> <dbl>
## 1 Kesusilaan Pemerkosaan 1443 1023
## 2 Kejahatan Fisik KDRT 5526 10783
## 3 Kesusilaan Kekerasan Seksual 235 1041
## 4 Kejahatan Hak Milik Pencurian 4335 6573
## 5 Narkotika Edar Obat Bebas 2161 3034
## 6 Korupsi Penggelapan Uang 11689 27049
## # ℹ 3 more variables: `Tahun Dipenjara (minimal)` <dbl>, Wilayah <chr>,
## # `Waktu Kejadian` <chr>
colnames(data) <- trimws(colnames(data))
data$`Jumlah Kasus 2023` <- as.numeric(data$`Jumlah Kasus 2023`)
Dari data tersebut akan disajikan visualisasi data dalam bentuk Pie Chart. Berikut terlampir hasil visualisasi data distribusi kasus kriminal dari 4 wilayah di Indonesia pada tahun 2023.
ggplot(data, aes(x = "", y = `Jumlah Kasus 2023`, fill = `Wilayah`)) +
geom_bar(stat = "identity", width = 1) +
coord_polar("y", start = 0) +
theme_void() +
labs(title = "Distribusi Wilayah Kasus Kriminal di Indonesia (2023)")
Dari hasil visualisasi diatas dengan menggunakan Pie Chart dapat dijelaskan bahwa distribusi wilayah kasus kriminal pada tahun 2023 paling banyak berada di Jakarta dengan kasus penggelapan uang sebanyak 11.689 kasus di tahun 2022 dan 27.049 kasus di tahun 2023. Sementara itu, kasus kriminal paling sedikit berada di Aceh dengan kasus pengedaran obat bebas sebanyak 2.161 kasus di tahun 2022 dan 3.034 kasus di tahun 2023.
Dari data tersebut akan disajikan visualisasi data dalam bentuk bar chart. Berikut terlampir hasil visualisasi data jumlah kasus kriminal per jenis kejahatan di Indonesia di tahun 2023.
ggplot(data, aes(x = `Jenis Kejahatan`, y = `Jumlah Kasus 2023`, fill = `Jenis Kejahatan`)) +
geom_bar(stat = "identity") +
theme_minimal() +
labs(title = "Jumlah Kasus Kriminal per Jenis di Indonesia (2023)",
x = "Jenis Kejahatan", y = "Jumlah Kasus") +
theme(axis.text.x = element_text(angle = 45, hjust = 1))
Dari hasil visualisasi diatas dengan menggunakan Bar Chart dapat dijelaskan bahwa jumlah kasus kriminal tertinggi terdapat pada kasus kejahatan penggelapan uang dengan 27.049 kasus. Sementara itu jumlah kasus kriminal terendah terdapat pada kasus kejahatan pemerkosaan dengan 1.023 kasus di tahun 2023.
Dari data tersebut akan disajikan visualisasi data dalam bentuk Histogram. Berikut terlampir hasil visualisasi data frekuensi durasi hukuman penjara minimal pada tahun 2023.
ggplot(data, aes(x = `Tahun Dipenjara (minimal)`)) +
geom_histogram(binwidth = 0.5, fill = "blue", color = "black", alpha = 0.7) +
theme_minimal() +
labs(title = "Histogram Durasi Hukuman Penjara Minimal (2023)", x = "Tahun Dipenjara(minimal)", y = "Frekuensi")
Dari hasil visualisasi diatas dengan menggunakan Histogram dapat dijelaskan bahwa paling minimal durasi hukuman penjara untuk kasus kriminal selama 4 sampai 5 tahun di tahun 2023.
Dari data tersebut akan disajikan visualisasi data dalam bentuk Dot Plot. Berikut terlampir hasil visualisasi data jumlah kasus kriminal pada tahun 2023 berdasarkan jenis kejahatannya
ggplot(data, aes(x = `Jumlah Kasus 2023`, y = `Jenis Kejahatan`)) +
geom_point(color = "blue", size = 3) +
theme_minimal() +
labs(title = "Dot Plot Jumlah Kasus Kriminal (2023)", x = "Jumlah Kasus", y = "Jenis Kejahatan")
Dari hasil visualisasi diatas dengan menggunakan Dot Plot dapat dijelaskan bahwa titik-titik yan tersebar menunjukkan jumlah kasus memiliki hubungan langsung dengan jenis kejahatan. Dalam rentang 0-10.000 memiliki jumlah kasus kriminal yang tinggi pada jenis kejahatan pada tahun 2023.
Dari data tersebut akan disajikan visualisasi data dalam bentuk Box Plot. Berikut terlampir hasil visualisasi data jumlah kasus kriminal pada tahun 2023
ggplot(data, aes(x = "", y = `Jumlah Kasus 2023`)) +
geom_boxplot(fill = "pink", color = "black") +
theme_minimal() +
labs(title = "Boxplot Jumlah Kasus Kriminal (2023)",y = "Jumlah Kasus")
Dari hasil visualisasi diatas dengan menggunakan Box Plot dapat dijelaskan bahwa adanya pencilan (outlier) di bagian atas boxplot yang disertai dengan whisker bagian atas yang lebih panjang ini menunjukkan bahwa distribusi data jumlah kasus pada tahun 2023 cenderung ke right-sweked
Dari data tersebut akan disajikan visualisasi data dalam bentuk Box Plot. Berikut terlampir hasil visualisasi data jumlah kasus kriminal pada tahun 2023
ggplot(data, aes(x = `Jumlah Kasus 2023`)) +
geom_density(fill = "purple", alpha = 0.5) +
theme_minimal() +
labs(title = "Density Plot Jumlah Kasus Kriminal (2023)", x = "Jumlah Kasus", y = "Density")
Dari hasil visualisasi diatas dengan menggunakan Density Plot dapat dijelaskan bahwa ini pola right-sweked dengan panjang ke kanan yang menandakan bahwa beberapa wilayah memiliki jumlah kasus yang lebih tinggi. Puncak distribusi berada di sekitar 0-10.000 kasus yang menunjukkan frekuensi tertinggi di rentang tersebut
Berikut terlampir syntax untuk menghitung rata-rata (mean) kasus kriminal.
mean(data$`Jumlah Kasus 2022`)
## [1] 4231.5
Berikut terlampir syntax untuk menghitung rata-rata (mean) kasus kriminal.
mean(data$`Jumlah Kasus 2023`)
## [1] 8250.5
Kasus meningkat dari 4.231,5 kasus (2022) menjadi 8.250,5 kasus (2023), menunjukkan lonjakan signifikan.
Berikut terlampir syntax untuk menghitung median kasus kriminal
median(data$`Jumlah Kasus 2022`)
## [1] 3248
Berikut terlampir syntax untuk menghitung median kasus kriminal
median(data$`Jumlah Kasus 2023`)
## [1] 4803.5
Median juga naik dari 3.248 kasus di 2022 menjadi 4803,5 kasus di 2023, artinya separuh jumlah kasus kriminal di 2023 lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
Berikut terlampir syntax untuk menghitung median lama kasus kriminal
median(data$`Tahun Dipenjara (minimal)`)
## [1] 4
Berikut terlampir syntax untuk menghitung modus kasus kriminal
x <- data$`Jumlah Kasus 2022`
modus <- function(x) {
uniqx <- unique(x)
uniqx[which.max(tabulate(match(x, uniqx)))]
}
modus(data$`Jumlah Kasus 2022`)
## [1] 1443
Berikut terlampir syntax untuk menghitung modus kasus kriminal
y <- data$`Jumlah Kasus 2023`
modus <- function(y) {
uniqx <- unique(y)
uniqx[which.max(tabulate(match(y, uniqx)))]
}
modus(data$`Jumlah Kasus 2023`)
## [1] 1023
Modus (kasus yang paling sering terjadi) menurun dari 1.443 (2022) ke 1.023 (2023), menunjukkan distribusi kasus yang lebih beragam.
Berikut terlampir syntax untuk menghitung Statistik 5 Serangkai pada variabel jumlah kasus ### 1.Tahun 2022
summary(data$`Jumlah Kasus 2022`)
## Min. 1st Qu. Median Mean 3rd Qu. Max.
## 235 1622 3248 4232 5228 11689
summary(data$`Jumlah Kasus 2023`)
## Min. 1st Qu. Median Mean 3rd Qu. Max.
## 1023 1539 4804 8250 9730 27049
Berikut terlampir syntax untuk menghitung keragaman data pada variabel kasus kriminal
var(data$`Jumlah Kasus 2022`)
## [1] 17067093
Keragaman data pada tahun 2022 didapatkan hasil 17067093
var(data$`Jumlah Kasus 2023`)
## [1] 98807337
Keragaman data pada tahun 2023 didapatlan hasil
Berikut terlampir syntax untuk menghitung Standar Deviasi data pada variabel kasus kriminal
sd(data$`Jumlah Kasus 2022`)
## [1] 4131.234
Berikut terlampir syntax untuk menghitung Standar Deviasi data pada variabel kasus kriminal
sd(data$`Jumlah Kasus 2023`)
## [1] 9940.188
Penyebaran data lebih besar di 2023, dengan variansi dan standar deviasi meningkat drastis. Artinya, ada wilayah atau kategori tertentu dengan kenaikan kasus yang jauh lebih tinggi dibandingkan yang lain. Dapat disimpulkan Kasus kriminal meningkat signifikan pada 2023, dengan jumlah yang lebih bervariasi dibandingkan 2022. Peningkatan ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti kondisi sosial-ekonomi atau kebijakan hukum yang berubah.
Kelompok 6: 1. Poppy Novita (3337240093) 2. Linda Rahmasari (3337240075) 3. Raenuha (3337240023)