library(readxl)
data_kadar_air = read_xlsx("C:/Users/MUTHI'AH IFFA/Downloads/Semester 4/MPP/Minggu 4/Data Cabe Jawa.xlsx", sheet = "Sheet1",)
data_kadar_air
## # A tibble: 18 × 3
## pra_treatment kelompok respon
## <dbl> <dbl> <dbl>
## 1 1 1 10.1
## 2 1 2 9.78
## 3 1 3 8.42
## 4 2 1 9.37
## 5 2 2 8.9
## 6 2 3 8.04
## 7 3 1 10.6
## 8 3 2 8.58
## 9 3 3 8.2
## 10 4 1 9.21
## 11 4 2 8.24
## 12 4 3 8.17
## 13 5 1 9.1
## 14 5 2 9.08
## 15 5 3 8.2
## 16 6 1 9.27
## 17 6 2 9.14
## 18 6 3 8.03
str(data_kadar_air)
## tibble [18 × 3] (S3: tbl_df/tbl/data.frame)
## $ pra_treatment: num [1:18] 1 1 1 2 2 2 3 3 3 4 ...
## $ kelompok : num [1:18] 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 ...
## $ respon : num [1:18] 10.13 9.78 8.42 9.37 8.9 ...
data_kadar_air$pra_treatment<-as.factor(data_kadar_air$pra_treatment)
data_kadar_air$kelompok<-as.factor(data_kadar_air$kelompok)
ANOVARAKL<-aov(respon ~ kelompok + pra_treatment , data=data_kadar_air)
summary(ANOVARAKL)
## Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F)
## kelompok 2 6.262 3.1309 16.830 0.00063 ***
## pra_treatment 5 1.550 0.3099 1.666 0.22998
## Residuals 10 1.860 0.1860
## ---
## Signif. codes: 0 '***' 0.001 '**' 0.01 '*' 0.05 '.' 0.1 ' ' 1
plot(ANOVARAKL, which = 2)
qqnorm(ANOVARAKL$residuals)
qqline(ANOVARAKL$residuals, col = 'red')
hist(ANOVARAKL$residuals,breaks = 6)
Digunakan utnuk memverifikasi asumsi-asumsi tertentu dalam analisis statistik terpenuhi atau tidak. Secara formal dapat menggunakan beberapa uji tertentu di antaranya Uji Kolmogorov-Smirnov, Uji Shapiro-Wilk, Uji Lilliefors, Uji Jarque-Bera, Uji Anderson-Darling, dsb.
hipotesis
H0 : Sisaan menyebar normal.
H1 : Sisaan tidak menyebar normal.
digunakan untuk memeriksa normalitas sebuah data. Uji ini membantu menentukan arah sampel berasal dari distribusi normal atau tidak. Jika nilai p-value dari Uji Shapiro-Wilk lebih kecil dari tingkat signifikasi (misal 0.05), maka kita menolak H0 artinya data tidak megikuti distribusi normal. Begitupun sebaliknya.
shapiro.test(x = ANOVARAKL$residuals)
##
## Shapiro-Wilk normality test
##
## data: ANOVARAKL$residuals
## W = 0.97755, p-value = 0.9213
Hasil Uji Shapiro-Wilk menunjukkan bahwa p-value yang dihasilkan 0.9213 yang mana ini lebih dari signifikansi (alpha) 0.05. Karena p-value>alpha, dapat disimpulkan bahwa sisaan menyebar normal pada taraf 5%.
Digunakan untuk membandingkan distribusi sampel dan distribusi referensi (uji 1 sampel) atau untuk membandingkan 2 sampel (uji 2 sampel). Tujuannya untuk menguji hipotesis apakah dua distribusi sampel berbeda secara signifikan atau tidak, atau suatu sampel data berasal dari distribusi yang ditentukan
Hipotesisi
H0 : Sampel data berasal dari distribusi yang ditentukan (uji satu sampel) atau dua sampel berasal dari distribusi yang sama (uji dua sampel).
H1: Sampel data tidak berasal dari distribusi yang ditentukan (uji satu sampel) atau dua sampel berasal dari distribusi yang berbeda (uji dua sampel).
ks.test(ANOVARAKL$residuals,pnorm, mean(ANOVARAKL$residuals), sd(ANOVARAKL$residuals))
##
## Exact one-sample Kolmogorov-Smirnov test
##
## data: ANOVARAKL$residuals
## D = 0.099053, p-value = 0.9868
## alternative hypothesis: two-sided
Hasil dari Uji Kolmogoorv-Smirnov menunjukkan bahwa nilai p-value=0.9868 ini lebih besar daripada signifikansi (alpha)=0.05. Maka, dapat disimpulkan tolak H0, artinya sisaan menyebar normal pada taraf nyata 5%.
Uji Liliefors merupakan modifikasi dari uji Kolmogorov-Smirnov. digunakan dalma menguji normalitas distribusi data khususnya jika parameter distribusi (mean dan std. deviasi) diestimasi dari data sampel. Uji Liliefors lebih tepat digunakan untuk menguji normalitas distribusi data karena mempertimbangkan estimasi parameter tersebut
pastikan sudah mendownload packages nortest
install.packages("nortest")
library(nortest)
lillie.test(ANOVARAKL$residuals)
##
## Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov) normality test
##
## data: ANOVARAKL$residuals
## D = 0.099053, p-value = 0.9118
Hasil dari uji Lilliefors menunjukkan bahwa nilai p-value = 0.9118, ini lebih besar dari nilai signifikansi (alpha) 0.05. Sehingga tolak H0, maka dapat disimpulkan bahwa sisaan menyebar normal pada taraf nyata 5%.
pastikan sudah menginstall packages tseries. Bisa dengan beberapa
sintaks berikut
install.packages("tseries")
install.packages("zoo", type = "source", repos = "https://cloud.r-project.org/")
install.packages("zoo", type = "binary")
library(tseries)
## Registered S3 method overwritten by 'quantmod':
## method from
## as.zoo.data.frame zoo
jarque.bera.test(ANOVARAKL$residuals)
##
## Jarque Bera Test
##
## data: ANOVARAKL$residuals
## X-squared = 0.63277, df = 2, p-value = 0.7288
Hasil dari uji Jarque-Bera menunjukkan bahwa p-value = 0.7288 ini lebih besar dari nilai signifikansi (alpha) = 0.05. Seingga dapat disimpulkan karena p-value>alpha maka tidak tolak H0, artinya sisaan menyebar normal pada taraf nyata 5%
Digunakan untuk menguji normalitas distribusi data, apakah data yang dimiliki menyebar normal atau tidak. Uji Anderson-Darling bekerja dengan cara membandingkan distribusi kumulatif empiris dari data sampel dengan distribusi kumulatif teoritis dari distribusi normal
library(nortest)
ad.test(ANOVARAKL$residuals)
##
## Anderson-Darling normality test
##
## data: ANOVARAKL$residuals
## A = 0.18199, p-value = 0.898
Hasil dari uji Anderson-Darling menunjukkan bahwa p-value = 0.898 ini lebih besar dari nilai signifikansi (alpha) = 0.05. Seingga dapat disimpulkan karena p-value>alpha maka tidak tolak H0, artinya sisaan menyebar normal pada taraf nyata 5%
Hipotesis:
H0: Nilai harapan sisaan = 0.
H1: Nilai harapan sisaan ≠ 0.
t.test(ANOVARAKL$residuals,
mu = 0,
conf.level = 0.95)
##
## One Sample t-test
##
## data: ANOVARAKL$residuals
## t = -7.6702e-17, df = 17, p-value = 1
## alternative hypothesis: true mean is not equal to 0
## 95 percent confidence interval:
## -0.1645021 0.1645021
## sample estimates:
## mean of x
## -5.980429e-18
Hasil dari uji t (t-test) menunjukkan bahwa p-value = 1 ini lebih besar dari nilai signifikansi (alpha) = 0.05. Seingga dapat disimpulkan karena p-value>alpha maka tidak tolak H0, artinya belum cukup bukti untuk menyatakan bahwa nilai harapan sisaan tidak sama dengan 0 pada taraf nyata 5%
Digunakan untuk mengecaluasi kualitas model yang dibuat. Grafik ini juga membantu memahami apakah model regresi yang diprediksi sesuai dengan asumsi yang diperlukan untuk analisis yang valid. Grafik ini menunjukkan hubungan antara residual (error) dan fitted value (nilai yang diprediksi oleh model).
plot(ANOVARAKL,which=1)
Hipotesis:
H0 : Ragam sisaan homogen.
H1 : Ragam sisaan tidak homogen
Digunakan untuk menguji apakah varians (ragam) dari beberapa kelompok data sama atua tidak. Bartlett test dapat memastikan apakah asumsi bahwa varians (ragam) dalam setiap kelompok adalah sama.
Cara kerja :
bartlett.test(respon ~ pra_treatment,data = data_kadar_air)
##
## Bartlett test of homogeneity of variances
##
## data: respon by pra_treatment
## Bartlett's K-squared = 2.1564, df = 5, p-value = 0.8271
Hasil dari uji Bartlett test menunjukkan bahwa p-value = 0.8271 ini lebih besar dari nilai signifikansi (alpha) = 0.05. Seingga dapat disimpulkan karena p-value>alpha maka tidak tolak H0, artinya ragam sisaan perlakuan dan kelompok homogen pada taraf nyata 5%
Uji Hartley atau dikenal juga dengan Uji F Maksimum Hartley digunakan untuk memeriksa kesamaan varians antar beberapa kelompok data. Cara kerjanya mirip dengan Bartley test namun lebih sederhana dan kurang sensitif terhadap pelanggaran asumsi normalitas. Cocok digunakan jika jumlah sampel dalam setiap kelompok sama.
cara kerja :
Pastikan packages PMCMRplus terinstall
install.packages("PMCMRplus")
library(PMCMRplus)
hartleyTest(respon ~ pra_treatment,data = data_kadar_air)
##
## Hartley's maximum F-ratio test of homogeneity of variances
##
## data: respon by pra_treatment
## F Max = 6.5255, df = 2, k = 6, p-value = 0.8526
Hasil dari uji Hartley test menunjukkan bahwa p-value = 0.8526 ini lebih besar dari nilai signifikansi (alpha) = 0.05. Seingga dapat disimpulkan karena p-value>alpha maka tidak tolak H0, artinya ragam sisaan perlakuan dan kelompok homogen pada taraf nyata 5%
Digunakan untuk menguji kesamaan varians (ragam) antar beberapa kelompok data.
Cara kerja :
library(car)
## Loading required package: carData
leveneTest(respon ~ pra_treatment,data = data_kadar_air)
## Levene's Test for Homogeneity of Variance (center = median)
## Df F value Pr(>F)
## group 5 0.2253 0.9445
## 12
Hasil dari uji Levene test menunjukkan bahwa p-value = 0.9445 ini lebih besar dari nilai signifikansi (alpha) = 0.05. Seingga dapat disimpulkan karena p-value>alpha maka tidak tolak H0, artinya ragam sisaan perlakuan dan kelompok homogen pada taraf nyata 5%.
Digunakan untuk menguji kesamaan varians (ragam) antar beberapa kelompok data
Cara kerja :
pastikan package lmtest sudah terinstall
install.packages("lmtest")
library(lmtest)
## Loading required package: zoo
##
## Attaching package: 'zoo'
## The following objects are masked from 'package:base':
##
## as.Date, as.Date.numeric
bptest(respon ~ pra_treatment,data = data_kadar_air)
##
## studentized Breusch-Pagan test
##
## data: respon ~ pra_treatment
## BP = 7.4396, df = 5, p-value = 0.1899
Hasil dari uji Breusch-Pagan test menunjukkan bahwa p-value = 0.1899 ini lebih besar dari nilai signifikansi (alpha) = 0.05. Seingga dapat disimpulkan karena p-value>alpha maka tidak tolak H0, artinya ragam sisaan perlakuan dan kelompok homogen pada taraf nyata 5%.
Plot ini digunakan utnuk memeriksa asumsi independensi. Asumsi independensi artinya sisa (residual) dari setiap observasi tidak berkorelasi/berhubungan dengan observasi lainnya
Cara kerja
plot(ANOVARAKL$residuals, type = 'o'); abline(h = 0, col = 'red')
Grafik menunjukkan bahwa residual berfluktuasi di sekitar garis horizontal pada y = 0 tanpa membentuk pola/tren tertentu. Sehingga ini dapat menjadi indikasi bahwa pola yang terbentuk adalah pola yang stationerr (bergerak di sekitar titik 0), maka dapat dikatakan saling bebas.
Plot Autokorelasi (ACF) :
menunjukkan seberapa kuat hubungan antara nilai-nilai data dengan nilai-nilai yang muncul sebelumnya
“lag” adalah jeda/selisih antara nilai yang dibandingkan. Misal : lag 2 berarti membandingkan nilai sekarang dengan dua observasi sebelumnya
garis vertikal pada plot menunjukkan korelasi setiap lag
jika garis vertikal lebih tinggi dari garis biru horizontal, maka ada hubungan yang signifikan pada lag tersebut (autokorelasi)
# ACF
acf(ANOVARAKL$residuals)
Plot Autokorelasi Parsial (PACF) :
mirip dengan ACF tetapi hanya menunjukkan langsung antara nilai sekarang dengan nilai pada lag tertentu, tanpa memperhitungkan pengaruh nilai-nilai lain
PACF membantu mengidentifikasi lg mana yang memiliki hubungan langsung (korelasi) paling kuat
#PACF
pacf(ANOVARAKL$residuals)
library(lmtest)
bgtest(ANOVARAKL,order=1)
##
## Breusch-Godfrey test for serial correlation of order up to 1
##
## data: ANOVARAKL
## LM test = 4.2711, df = 1, p-value = 0.03877
Gunakan Breusch-Godfrey test untuk mengetahui apakah data kita benar-benar autokorelasi atau hanya bentuk eksplorasi saja
H0 : Tidak ada autokorelalsi dalam residual model regresi
H1 : Ada autokorelasi dalam residual model regresi
jika p-value<alpha = 0.05, maka tolak H0
library(lmtest)
bgtest(ANOVARAKL,order=1)
##
## Breusch-Godfrey test for serial correlation of order up to 1
##
## data: ANOVARAKL
## LM test = 4.2711, df = 1, p-value = 0.03877
Karena hasil dari uji Breusch-Godfrey p-value = 0.03877 ini lebih besar dari nilai signifikansi (alpha) = 0.05. Sehingga p-value>alpha, dapat disimpulkan bahwa ada autokorelasi dalam residual model regresi
Hipotesis:
H0 : Sisaan saling bebas
H1 : Sisaan tidak saling bebas.
Digunakan untuk mendeteksi autokorelasi (korelasi serial) di dalam residual model regresi. Nilai Durbin-Watson (d) berkisar antara 0 dan 4.
nilai mendekati 2 : tidak ada autokorelasi
nilai mendekati 0 : ada autokorelasi (+)
nilai mendekati 4 : ada autokorelasi (-)
library(lmtest)
dwtest(ANOVARAKL,alternative="two.sided")
##
## Durbin-Watson test
##
## data: ANOVARAKL
## DW = 2.9167, p-value = 0.3503
## alternative hypothesis: true autocorrelation is not 0
Hasil dari uji DW menunjukkan bahwa nilai DW = 2.9167 yang mana mendekati 3, artinya ada kecenderungan adanya autokorelasi (-) dalam residual. Kemudian, p-value = 0.3505 yang mana kurang dari nilai signifikansi (alpha) = 0.05. Maka tidak tolak H0, artinya dapat disimpulkan tidak ada autokorelasi yang signifikan dalam residual model berdasarkan taraf nyata 5%
Digunakan untuk menunjukkan interaksi antara dua atau lebih variabel independen dalam memengaruhi variabel independen. Interaksi terjadi ketika efek dari satu variabel independen terhadap variabel dependen tergantung pada tingkat variabel independen lainnya
library(ggplot2)
ggplot(data_kadar_air, aes(x = pra_treatment, y = respon, colour = kelompok)) +
geom_point(data = data_kadar_air, aes(y = respon)) +
geom_line(data = data_kadar_air, aes(y = respon, group = kelompok)) +
theme_bw()
interaction.plot(x.factor = data_kadar_air$pra_treatment,
trace.factor = data_kadar_air$kelompok,
response = data_kadar_air$respon,
col = c("red", "green", "blue"),
legend = TRUE)
Karena garis - garis yang ada tidak saling berpotongan, maka terdapat kecenderungan bahwa tidak ada interaksi antara perlakuan dan kelompok
Hipotesis:
H0 : Model aditif
H1 :Model tidak aditif
Digunakan untuk melakukan perbandingan ganda antara rata - rata kelompok dalam analisis sidik ragam (ANOVA). Tujuanya untuk menentukan pasangan mana dari kelompok yang memiliki perbedaan signifikan secara statistik setelah menemukan bahwa terdapat perbedaan dalam uji ANOVA.
Cara kerja :
Keunggulan :
menyesuaikan tingkat kesalahan sehingga lebih ketat dibandingkan uji t berulang
cocok untuk perbandingan semua pasangan dalam satu faktor ANOVA
Pastikan package reshape2 dan additivityTests sudah terinstal
install.packages(“reshape2”) install.packages(“additivityTests”)
install.packages("reshape2")
install.packages("additivityTests")
library(reshape2)
library(additivityTests)
ANOVARAKLWide = dcast(data_kadar_air,kelompok ~ pra_treatment,value.var="respon")
Y = as.matrix(ANOVARAKLWide[-1])
tukey.test(Y,alpha=0.05)
##
## Tukey test on 5% alpha-level:
##
## Test statistic: 2.295
## Critival value: 5.117
## The additivity hypothesis cannot be rejected.
Hasil dari uji Tukey menunjukkan bahwa F-hit = 2.295 sementara F-tabel = 5.117. Sehingga F-hit < F-tabel, artinya tidak cukup bukti untuk tolak H0. Maka dapat disimpulkan bahwa model aditif pada taraf nyata 5%