Sampling And Survey Technique
Z-Score, T-Score, 3-Sigma and Six-Sigma
Pengertian Z-Score
Z-Score (nilai baku) adalah ukuran statistik yang menunjukkan seberapa jauh suatu nilai dari rata-rata dalam satuan standar deviasi. Z-score digunakan untuk menormalkan data sehingga dapat dibandingkan dengan distribusi normal standar.
Rumus Z-score:
\[
Z = \frac{X - \mu}{\sigma}
\]
di mana:
- \((X\)) = nilai individu
- \((\mu\)) = rata-rata populasi
- \((\sigma\)) = standar deviasi
populasi
Kapan Menggunakan Z-Score?
- Jika populasi memiliki distribusi normal.
- Jika ukuran sampel besar (\(n
\geq 30\)).
- Jika standar deviasi populasi diketahui.
Contoh:
Misalkan sebuah perusahaan e-commerce menganalisis waktu pengiriman paket ke pelanggan. Rata-rata waktu pengiriman adalah 3 hari dengan standar deviasi 0,5 hari. Jika sebuah paket dikirim dalam waktu 4 hari, maka:
\[ Z = \frac{4 - 3}{0.5} = \frac{1}{0.5} = 2 \]
Artinya, pengiriman dalam 4 hari berada 2 standar deviasi di atas rata-rata, yang menunjukkan bahwa pengiriman ini lebih lambat dari kebanyakan pengiriman lainnya.
Pengertian T-Score
T-Score digunakan ketika standar deviasi populasi tidak diketahui, dan kita hanya memiliki data sampel kecil (\(n < 30\)). T-score menggunakan distribusi t-Student, yang lebih lebar daripada distribusi normal.
Rumus T-score:
\[
T = \frac{X - \bar{X}}{s/\sqrt{n}}
\]
di mana:
- \((X\)) = nilai individu dalam
sampel
- \((\bar{X}\)) = rata-rata
sampel
- \((s\)) = standar deviasi
sampel
- \((n\)) = ukuran sampel
Kapan Menggunakan T-Score?
- Jika ukuran sampel kecil ($( n < 30 $)).
- Jika standar deviasi populasi tidak diketahui.
- Jika ingin melakukan pengujian hipotesis pada sampel kecil.
Contoh:
Misalkan tinggi rata-rata dari 12 atlet basket adalah 192 cm dengan standar deviasi 6 cm. Jika ada atlet dengan tinggi 200 cm, maka:
\[ T = \frac{200 - 192}{6/\sqrt{12}} \]
\[ T = \frac{8}{1.73} \approx 4.62 \]
Hasil ini menunjukkan bahwa tinggi 200 cm adalah nilai yang cukup jauh dari rata-rata dalam sampel kecil.
3-Sigma dan Six-Sigma
3-Sigma (Tiga Sigma)
3-Sigma adalah aturan dalam distribusi normal yang menunjukkan bahwa 99,73% data berada dalam 3 standar deviasi dari rata-rata.
Distribusi Normal:
- 68,27% data berada dalam \((\pm 1\sigma\)) dari rata-rata.
- 95,45% data berada dalam \((\pm 2\sigma\)) dari rata-rata.
- 99,73% data berada dalam \((\pm 3\sigma\)) dari rata-rata.
Kapan Digunakan?
- Untuk mendeteksi outlier dalam data.
- Untuk mengontrol kualitas produksi.
Contoh:
Sebuah perusahaan farmasi memproduksi kapsul obat dengan berat rata-rata 500 mg dan standar deviasi 5 mg. Batas 3-Sigma adalah:
- Batas atas = \((500 + (3 \times
5) = 515\)) mg
- Batas bawah = \((500 - (3 \times 5) = 485\)) mg
Jika kapsul yang diproduksi memiliki berat di luar rentang ini, maka dianggap cacat.
Six-Sigma (6-Sigma)
Six Sigma adalah metode dalam manajemen kualitas yang bertujuan mengurangi variasi dan cacat dalam proses produksi.
- Six Sigma berarti hanya ada 3,4 cacat per 1 juta produk (DPMO -
Defects Per Million Opportunities).
- Menjamin 99,99966% produk bebas cacat.
- Digunakan di manufaktur, bisnis, dan layanan untuk meningkatkan efisiensi.
Kapan Digunakan?
- Dalam industri untuk meningkatkan kualitas produk.
- Untuk mengurangi variasi dalam produksi sehingga lebih konsisten.
Contoh:
Sebuah perusahaan mobil menerapkan Six Sigma dalam proses pengecatan bodi mobil. Dengan Six Sigma, dari 1 juta mobil yang diproduksi, hanya sekitar 3-4 mobil yang memiliki cacat pada pengecatan.
Kesimpulan
- Z-Score: Digunakan untuk sampel besar
dengan standar deviasi populasi yang diketahui.
- T-Score: Digunakan untuk sampel kecil
dengan standar deviasi populasi yang tidak diketahui.
- 3-Sigma: Digunakan untuk menganalisis
distribusi data dan mendeteksi outlier.
- Six-Sigma: Digunakan dalam kontrol kualitas untuk mengurangi cacat dalam produksi.