Pengujian Hipotesis
Statistika inferensial merupakan cabang statistik yang bertujuan untuk menganalisis data sampel guna menarik kesimpulan tentang populasi. Proses ini melibatkan estimasi parameter, seperti rata-rata atau proporsi, serta pengujian hipotesis. Tahapan pengujian hipotesis dimulai dengan merumuskan hipotesis nol (Ho) sebagai asumsi awal dan hipotesis alternatif (Ha) sebagai lawannya. Selanjutnya, ditentukan tingkat signifikansi (α), dilakukan perhitungan statistik uji, dan dihitung nilai-p (p-value). Jika nilai-p lebih kecil dari α, Ho ditolak, yang menunjukkan adanya bukti signifikan untuk mendukung Ha. Statistika inferensial memiliki peran penting dalam berbagai bidang, seperti penelitian pasar, pengendalian mutu, dan pengambilan keputusan berbasis data, terutama ketika informasi yang tersedia berasal dari sampel yang terbatas.
1 Hipotesis Nol dan Hipotesis Alternatif
1.1 Definisi:
Pengujian hipotesis adalah prosedur statistik untuk mengevaluasi klaim (hipotesis) tentang parameter populasi menggunakan data sampel. Dua jenis hipotesis utama adalah:
- Hipotesis Nol \((H_0)\): Pernyataan awal yang
mengasumsikan tidak ada perubahan, perbedaan, atau pengaruh dalam
populasi.
- Hipotesis Alternatif \((H_a)\): Pernyataan yang menyatakan adanya perubahan, perbedaan, atau pengaruh dalam populasi.
1.2 Format Hipotesis:
Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan dua pendekatan utama:
- Satu Arah (One-Tailed):
Pengujian hipotesis ini fokus pada satu arah tertentu.Contoh 1 (uji kanan):
\[H_0: \mu \leq k \quad \text{vs.} \quad H_a: \mu > k\]
Pengujian untuk menentukan apakah rata-rata skor ujian lebih besar dari 70.
\[ H_0: \mu \leq 70 \quad \text{vs.} \quad H_a: \mu > 70 \]
Contoh 2 (uji kiri):
\[H_0: \mu \geq k \quad \text{vs.} \quad H_a: \mu < k\]
Pengujian untuk mengetahui apakah rata-rata suhu ruangan lebih rendah dari 25°C.
\[ H_0: \mu \geq 25 \quad \text{vs.} \quad H_a: \mu < 25 \]
- Dua Arah (Two-Tailed):
Pengujian hipotesis ini mempertimbangkan perubahan di kedua arah.Contoh:
\[H_0: \mu = k \quad \text{vs.} \quad H_a: \mu \neq k\]
Pengujian untuk menentukan apakah rata-rata tinggi badan siswa tidak sama dengan 170 cm.
\[ H_0: \mu = 170 \quad \text{vs.} \quad H_a: \mu \neq 170 \]
1.3 Contoh kasus:
Sebuah perusahaan ingin mengetahui apakah rata-rata waktu kerja karyawan per minggu lebih dari 40 jam.
Merumuskan Hipotesis:
\[H_0: \mu \leq 40 \quad \text{(rata-rata waktu kerja tidak lebih dari 40 jam)}\]
\[H_a: \mu > 40 \quad \text{(rata-rata waktu kerja lebih dari 40 jam)}\]
Menentukan Tingkat Signifikansi \((\alpha)\):
Pilih \(\alpha = 0.05\) sebagai tingkat signifikansi.Mengumpulkan Data dan Menghitung Statistik Uji:
Sampel: 30 karyawan
Rata-rata sampel \((\bar{x}) = 42\)
Simpangan baku \((s) = 4\)
Statistik uji:
\[t = \frac{\bar{x} - \mu}{\frac{s}{\sqrt{n}}} = \frac{42 - 40}{\frac{4}{\sqrt{30}}} = 2.738\]
Membandingkan dengan Nilai Kritis atau Nilai-p:
- Derajat kebebasan \((df) = n - 1 =
29\)
- Nilai kritis \(t_{critical}\) untuk
\(\alpha = 0.05\) (uji satu arah)
adalah \(1.699\).
- Karena \(t = 2.738 > t_{critical} = 1.699\), maka \(H_0\) ditolak.
- Derajat kebebasan \((df) = n - 1 =
29\)
Pada tingkat signifikansi 5%, terdapat bukti yang cukup untuk menyatakan rata-rata waktu kerja karyawan lebih dari 40 jam.
- Pendekatan pengujian satu arah digunakan jika memiliki dugaan
spesifik mengenai arah perubahan.
- Pendekatan dua arah digunakan jika kita hanya ingin mengetahui
adanya perbedaan tanpa memperhatikan arahnya.
- Merumuskan hipotesis dengan tepat sangat penting agar hasil analisis valid dan relevan.
2 Kesalahan Tipe I dan Tipe II
2.1 Definisi:
Dalam pengujian hipotesis, dua jenis kesalahan dapat terjadi:
1. Kesalahan Tipe I (\(\alpha\)):
Kesalahan ini terjadi ketika kita menolak \(H_0\) padahal \(H_0\) benar.
- Contoh: Menganggap obat baru efektif (menolak \(H_0\)) padahal sebenarnya tidak ada
perbedaan efek dengan plasebo (\(H_0\)
benar).
- Tingkat kesalahan ini diukur oleh tingkat signifikansi \(\alpha\) (biasanya 5% atau 0.05).
- Kesalahan Tipe II (\(\beta\)):
Kesalahan ini terjadi ketika kita gagal menolak \(H_0\) padahal \(H_a\) benar.
- Contoh: Menganggap obat baru tidak efektif (menerima \(H_0\)) padahal sebenarnya obat tersebut
efektif (\(H_a\) benar).
- Peluang menghindari kesalahan Tipe II adalah kekuatan uji \((1 - \beta)\), yang dipengaruhi oleh ukuran sampel dan efek sebenarnya.
2.2 Tabel Keputusan:
| Keputusan | \(H_0\) Benar | \(H_a\) Benar |
|---|---|---|
| Terima \(H_0\) | Tidak ada kesalahan | Kesalahan Tipe II (\(\beta\)) |
| Tolak \(H_0\) | Kesalahan Tipe I (\(\alpha\)) | Tidak ada kesalahan |
2.3 Contoh Kasus:
Sebuah perusahaan ingin menguji apakah mesin baru lebih efisien dibandingkan mesin lama.
Hipotesis Nol (\(H_0\)): Mesin baru sama efisien atau kurang efisien dibandingkan mesin lama.
Hipotesis Alternatif (\(H_a\)): Mesin baru lebih efisien dibandingkan mesin lama.
Kemungkinan kesalahan:
Kesalahan Tipe I (\(\alpha\)): Mesin baru dianggap lebih efisien (menolak \(H_0\)) padahal sebenarnya tidak. Dampak: Perusahaan mengganti semua mesin, tetapi tidak ada keuntungan efisiensi.
Kesalahan Tipe II (\(\beta\)): Mesin baru dianggap tidak lebih efisien (menerima \(H_0\)) padahal sebenarnya lebih efisien. Dampak: Perusahaan kehilangan peluang untuk meningkatkan efisiensi.
2.3.1 Visualisasi
3 Nilai-\(p\) dan Tingkat Signifikansi
3.1 Nilai-\(p\) (Probabilitas):
Nilai-\(p\) adalah probabilitas
mendapatkan hasil uji yang sama ekstremnya atau lebih ekstrem dari data
sampel, dengan asumsi \(H_0\)
benar.
- Semakin kecil nilai-\(p\), semakin
besar bukti terhadap \(H_a\).
- Nilai ini digunakan untuk memutuskan apakah data cukup kuat untuk
menolak \(H_0\).
3.2 Tingkat Signifikansi (\(\alpha\)):**
Tingkat signifikansi adalah batas probabilitas yang telah ditentukan
untuk memutuskan apakah \(H_0\) ditolak
atau tidak.
- Nilai umum: \(\alpha = 0.05\)
(5%).
- Jika \(\alpha\) lebih kecil (misalnya
0.01), maka syarat untuk menolak \(H_0\) menjadi lebih ketat, mengurangi
peluang kesalahan Tipe I.
3.3 Aturan Keputusan:
- Jika \(p < \alpha\):
Tolak \(H_0\) (bukti
cukup mendukung \(H_a\)).
- Jika \(p \geq \alpha\): Gagal menolak \(H_0\) (tidak cukup bukti untuk mendukung \(H_a\)).
3.4 Contoh Kasus:
Sebuah universitas ingin menguji apakah program pelatihan baru meningkatkan nilai rata-rata mahasiswa.
Hipotesis: \[ H_0: \mu \leq 75 \quad \text{(rata-rata nilai tidak meningkat)} \]
\[ H_a: \mu > 75 \quad \text{(rata-rata nilai meningkat)} \]
Tingkat Signifikansi: Pilih \(\alpha = 0.05\).
Hasil Uji:
- Nilai-\(p\) yang diperoleh dari analisis adalah 0.03.
Keputusan: Karena \(p = 0.03 < \alpha = 0.05\), maka kita menolak \(H_0\) dan menyimpulkan bahwa program pelatihan baru meningkatkan rata-rata nilai mahasiswa.
Kemungkinan Kesalahan:
- Jika \(H_0\) benar, maka kita telah
membuat kesalahan Tipe I (kesimpulan salah bahwa
pelatihan efektif).
- Jika \(H_a\) benar, maka keputusan kita benar.
- Jika \(H_0\) benar, maka kita telah
membuat kesalahan Tipe I (kesimpulan salah bahwa
pelatihan efektif).
3.4.1 Visualisasi
4 Uji Hipotesis
Uji hipotesis adalah teknik statistik yang digunakan untuk menguji kebenaran suatu pernyataan atau hipotesis mengenai parameter populasi berdasarkan data sampel. Dalam analisis statistik, terdapat beberapa jenis uji hipotesis, di antaranya adalah Uji Z, Uji t, Uji Chi-Square, dan ANOVA.
4.1 Uji Z
Uji Z adalah uji statistik yang digunakan untuk menguji perbandingan rata-rata antara sampel dan populasi ketika varians atau deviasi standar populasi diketahui atau ukuran sampel cukup besar (biasanya n > 30). Uji ini sering digunakan untuk uji dua sisi, di mana tujuannya adalah untuk menguji apakah suatu sampel berasal dari populasi dengan rata-rata tertentu.
4.1.1 Ketentuan Uji Z:
Distribusi normal: Sampel harus memiliki distribusi normal, atau ukuran sampel besar (n > 30).
Varians diketahui: Varians atau deviasi standar populasi harus diketahui atau dapat diperkirakan dengan baik.
4.1.2 Rumus Uji Z
Rumus umum untuk Uji Z adalah:
\[ Z = \frac{X - \mu_0}{\frac{\sigma}{\sqrt{n}}} \]
Di mana: - \((X)\) = Rata-rata sampel - \((\mu_0)\) = Rata-rata populasi yang diuji - \((\sigma)\) = Deviasi standar populasi - \((n)\) = Ukuran sampel
4.2 Contoh Uji Z pada Rata-Rata Berat Badan
Seorang ahli gizi ingin mengetahui apakah rata-rata berat badan populasi di suatu wilayah berbeda dari 65 kg. Dari sampel berukuran \(( n = 50 )\), diperoleh rata-rata berat badan \(( X )\) sebesar 63.5 kg, dengan deviasi standar populasi \(( \sigma )\) diketahui sebesar 8 kg.
4.2.1 Hipotesis
Hipotesis Nol (H₀): Rata-rata berat badan populasi adalah 65 kg, \(( \mu = 65 )\).
Hipotesis Alternatif (H₁): Rata-rata berat badan populasi berbeda dari 65 kg, \(( \mu \neq 65 )\).
4.2.2 Data dan Parameter
- Ukuran sampel \(( n )\): 50
- Rata-rata sampel \(( X )\): 63.5 kg
- Rata-rata populasi \(( \mu )\): 65 kg
- Deviasi standar populasi \(( \sigma )\): 8 kg
4.2.3 Statistik Uji Z
Rumus untuk Uji Z:
\[ Z = \frac{X - \mu_0}{\frac{\sigma}{\sqrt{n}}} \]
Substitusi nilai:
\[ Z = \frac{63.5 - 65}{\frac{8}{\sqrt{50}}} = \frac{-1.5}{1.1314} \approx -1.33 \]
4.2.4 Tingkat Signifikansi \((\alpha)\)
Tingkat signifikansi yang digunakan adalah \(( \alpha = 0.05 )\) (5%).
4.2.5 Nilai Kritis
Untuk uji dua sisi pada \(( \alpha = 0.05 )\), nilai kritis adalah \(( Z_kritis = \pm 1.96 )\).
4.2.6 Keputusan Uji
- Nilai \(( Z )\) yang dihitung adalah -1.33.
- Rentang untuk menolak hipotesis nol adalah \(( Z > 1.96 )\) atau \(( Z < -1.96 )\).
- Karena \(( Z = -1.33 )\) berada dalam rentang \(( -1.96 \leq Z \leq 1.96 )\), kita tidak dapat menolak hipotesis nol.
Tidak terdapat cukup bukti untuk menyatakan bahwa rata-rata berat badan populasi berbeda secara signifikan dari 65 kg pada tingkat signifikansi 5%. Dengan demikian, hipotesis nol diterima.
4.2.7 Nilai-p
Nilai-p dihitung berdasarkan area di bawah kurva distribusi normal standar untuk \((|Z| = 1.33)\):
\[ p = 2 \times P(Z > 1.33) \approx 2 \times 0.0918 = 0.1836 \]
Karena \(( p = 0.1836 > \alpha = 0.05 )\), hasilnya konsisten dengan keputusan di atas bahwa hipotesis nol tidak ditolak.
4.2.8 Visualisasi Uji Z: Contoh Berat Badan
Berikut adalah plot distribusi normal untuk ilustrasi uji Z menggunakan kasus berat badan.
Penjelasan:
Distribusi H0: Distribusi normal untuk rata-rata populasi \(( \mu = 65 )\) (garis biru).
Batas Kritis: Garis merah menunjukkan \(( Z_kritis )\) pada \(( \pm 1.96 )\).
Nilai Z: Garis hijau menunjukkan \(( Z = 63.5 )\), yang masih dalam rentang penerimaan hipotesis nol.
5 Uji t (t-test)
5.1 Definisi
Uji t adalah metode statistik yang digunakan untuk membandingkan rata-rata dua kelompok atau membandingkan rata-rata suatu sampel dengan nilai tertentu. Uji ini menggunakan distribusi t-Student dan cocok untuk data dengan ukuran sampel kecil (biasanya \(n < 30\)) ketika varians populasi tidak diketahui.
5.2 Jenis-Jenis Uji T
Uji t Satu Sampel (One-sample t-test): Menguji apakah rata-rata suatu sampel berbeda dari nilai tertentu.
Rumus:
\[ t = \frac{\bar{X} - \mu}{\frac{s}{\sqrt{n}}} \]
- \((\bar{X})\): Rata-rata
sampel
- \((\mu)\): Rata-rata populasi yang
diuji
- \((s)\): Deviasi standar
sampel
- \((n)\): Ukuran sampel
Uji t Dua Sampel Independen (Two-sample t-test): Menguji apakah rata-rata dua grup independen berbeda.
Rumus:
\[ t = \frac{\bar{X}_1 - \bar{X}_2}{\sqrt{\frac{s_1^2}{n_1} + \frac{s_2^2}{n_2}}} \]
- \((\bar{X}_1, \bar{X}_2)\):
Rata-rata sampel grup 1 dan 2
- \((s_1^2, s_2^2)\): Varians sampel
grup 1 dan 2
- \((n_1, n_2)\): Ukuran sampel grup 1 dan 2
Uji t Sampel Berpasangan (Paired-sample t-test): Menguji perbedaan rata-rata dalam dua kondisi yang berhubungan (misalnya sebelum dan sesudah).
Rumus:
\[ t = \frac{\bar{d}}{\frac{s_d}{\sqrt{n}}} \]
- \((\bar{d})\): Rata-rata
selisih
- \((s_d)\): Deviasi standar
selisih
- \((n)\): Ukuran sampel
5.3 Langkah-Langkah Uji t
Formulasi Hipotesis:
\((H_0\)\): Tidak ada perbedaan \(( \mu = \mu_0 )\) atau \((\mu_1 = \mu_2)\).
\((H_a)\): Ada perbedaan \(( \mu \neq \mu_0 )\) atau \((\mu_1 \neq \mu_2)\).
Hitung Statistik t: Gunakan rumus sesuai jenis uji t.
Bandingkan dengan t-Tabel atau Nilai-p:
- Cari nilai kritis dari tabel distribusi t.
- Jika nilai-p < \((\alpha)\), tolak \((H_0)\).
Hasil:
- Tolak atau gagal menolak \((H_0)\) berdasarkan hasil langkah sebelumnya.
5.3.1 Visualisasi
5.3.2 Penjelasan Hasil Visualisasi
- Uji t Satu Sampel
- Histogram menunjukkan distribusi penghasilan.
- Garis merah putus-putus adalah rata-rata sampel (\(\bar{X} = 5.05\)).
- Hasil uji t menunjukkan \(p > 0.05\), sehingga tidak ada bukti cukup untuk menolak hipotesis bahwa rata-rata penghasilan adalah Rp5 juta.
- Histogram menunjukkan distribusi penghasilan.
- Uji t Dua Sampel Independen
- Boxplot membandingkan distribusi skor Grup A dan Grup B.
- Grup A memiliki rata-rata skor lebih tinggi (\(83.75\)) dibanding Grup B (\(73.75\)).
- Hasil uji t menunjukkan \(p < 0.05\), sehingga terdapat perbedaan signifikan antara kedua grup.
- Boxplot membandingkan distribusi skor Grup A dan Grup B.
- Uji t Sampel Berpasangan
- Scatter plot menggambarkan hubungan skor sebelum dan sesudah
perlakuan.
- Garis merah putus-putus adalah garis identitas (tanpa
perubahan).
- Hasil uji t menunjukkan \(p < 0.05\), sehingga terdapat perbedaan signifikan sebelum dan sesudah perlakuan.
- Scatter plot menggambarkan hubungan skor sebelum dan sesudah
perlakuan.
6 Pertanyaan Utama
6.1 Perbedaan Pengambilan Kesimpulan: Statistika Deskriptif dan Inferensial
6.1.1 Statistika Deskriptif
- Statistika deskriptif digunakan untuk menggambarkan, meringkas, atau memvisualisasikan data yang ada tanpa membuat kesimpulan yang melampaui data tersebut.
- Fokusnya adalah pada penyajian data dengan cara yang mudah dipahami.
- Alat yang digunakan meliputi:
- Ukuran pemusatan: rata-rata, median, modus.
- Ukuran penyebaran: range, variansi, standar deviasi.
- Visualisasi: tabel, grafik batang, histogram, pie chart, boxplot.
Contoh Rumus: 1. Rata-rata
(Mean):
\(\text{Rata-rata} = \frac{\sum
x_i}{n}\) di mana \(x_i\) adalah
nilai data, dan \(n\) adalah jumlah
data.
- Standar Deviasi (SD):
\(SD = \sqrt{\frac{\sum (x_i - \mu)^2}{n}}\)
di mana \(\mu\) adalah rata-rata, \(x_i\) adalah nilai data, dan \(n\) adalah jumlah data.
6.1.2 Statistika Inferensial
- Statistika inferensial digunakan untuk membuat generalisasi atau kesimpulan tentang populasi berdasarkan data dari sampel.
- Melibatkan pengujian hipotesis, estimasi parameter populasi, dan analisis hubungan antara variabel.
- Teknik yang umum digunakan meliputi:
- Pengujian hipotesis: uji-t, uji Chi-kuadrat, ANOVA.
- Estimasi interval kepercayaan.
- Analisis regresi untuk memprediksi nilai.
Contoh Rumus: 1. Pengujian Hipotesis (Uji-t
Satu Sampel):
\(t = \frac{\bar{x} -
\mu_0}{\frac{s}{\sqrt{n}}}\)
di mana: - \(\bar{x}\): rata-rata sampel - \(\mu_0\): rata-rata populasi yang dihipotesiskan - \(s\): standar deviasi sampel - \(n\): ukuran sampel
- Interval Kepercayaan untuk Rata-rata:
\(\bar{x} \pm t^* \cdot \frac{s}{\sqrt{n}}\)
di mana \(t^*\) adalah nilai kritis berdasarkan distribusi-t.
6.1.3 Contoh dalam Kehidupan Sehari-hari
6.1.3.1 Statistika Deskriptif
Misalkan seorang guru ingin menganalisis hasil ujian siswa di
kelasnya (30 siswa).
- Langkah: Guru menghitung: - Rata-rata nilai ujian:
\(\text{Rata-rata} = \frac{\text{Total
Nilai}}{\text{Jumlah Siswa}}\) - Standar deviasi untuk melihat
variasi nilai siswa. - Membuat histogram untuk melihat distribusi nilai
(apakah normal, miring ke kanan/kiri).
Hasil:
- Rata-rata = 75
- Standar deviasi = 8
- Histogram menunjukkan sebagian besar nilai berada antara 70-80.
6.1.3.2 Statistika Inferensial
Misalkan seorang manajer HR ingin mengetahui apakah rata-rata gaji
karyawan di perusahaannya (populasi besar) lebih dari Rp5 juta, tetapi
hanya mengambil data dari sampel 50 karyawan.
- Langkah: Lakukan pengujian hipotesis: - Hipotesis nol
(\(H_0\)): Rata-rata gaji \(\leq Rp5 juta\). - Hipotesis alternatif
(\(H_a\)): Rata-rata gaji \(> Rp5 juta\). - Gunakan uji-t satu
sampel untuk menghitung nilai \(t\).
Contoh Perhitungan: - Sampel: - Rata-rata (\(\bar{x}\)) = Rp5,200,000
- Standar deviasi (\(s\)) =
Rp500,000
- Jumlah sampel (\(n\)) = 50
- Uji-t: \(t = \frac{\bar{x} -
\mu_0}{\frac{s}{\sqrt{n}}} = \frac{5,200,000 -
5,000,000}{\frac{500,000}{\sqrt{50}}} = 2.83\) - Bandingkan \(t\)-hitung dengan \(t\)-tabel (misal \(\alpha = 0.05\)) untuk memutuskan menerima
atau menolak \(H_0\).
Berikut adalah penjelasan rinci tentang Perbedaan Alpha (\(\alpha\)) dan Beta (\(\beta\)) dalam Pengujian Hipotesis, dilengkapi dengan contoh dan perhitungan manual untuk memperjelas konsep.
6.2 Perbedaan Alpha (\(\alpha\)) dan Beta (\(\beta\)) dalam Pengujian Hipotesis
6.2.1 Alpha (\(\alpha\))
- Definisi: \(\alpha\) adalah tingkat signifikansi yang ditentukan sebelumnya sebagai probabilitas melakukan Type I Error, yaitu menolak hipotesis nol (\(H_0\)) padahal \(H_0\) benar.
- Interpretasi: Jika \(\alpha = 0.05\), kita menerima risiko sebesar 5% bahwa keputusan menolak \(H_0\) adalah salah.
- Pengaruh terhadap pengujian:
- Semakin kecil \(\alpha\), semakin konservatif pengujian, sehingga risiko menolak hipotesis nol secara salah berkurang.
- Namun, menurunkan \(\alpha\) dapat meningkatkan risiko Type II Error (\(\beta\)).
6.2.2 Beta (\(\beta\))
- Definisi: \(\beta\) adalah probabilitas melakukan Type II Error, yaitu gagal menolak hipotesis nol (\(H_0\)) padahal hipotesis alternatif (\(H_a\)) benar.
- Interpretasi: Jika \(\beta = 0.2\), ada 20% kemungkinan kita gagal mendeteksi efek atau perbedaan yang sebenarnya ada.
- Kekuatan uji (Power):
- Kekuatan uji (\(1 - \beta\)) adalah probabilitas mendeteksi efek atau perbedaan yang benar-benar ada.
- Semakin kecil \(\beta\), semakin besar kekuatan uji, sehingga pengujian lebih sensitif terhadap efek nyata.
6.3 Hubungan Antara Alpha dan Beta
- \(\alpha\) dan \(\beta\) memiliki hubungan trade-off:
- Menurunkan \(\alpha\) cenderung meningkatkan \(\beta\) (membuat pengujian lebih konservatif).
- Untuk mengurangi keduanya, perlu meningkatkan ukuran sampel atau menggunakan metode yang lebih sensitif.
- Keduanya memainkan peran penting dalam memastikan keseimbangan antara risiko membuat kesalahan dalam pengujian.
6.4 Contoh dengan Perhitungan Manual
Misalkan kita ingin menguji apakah rata-rata berat badan suatu
populasi lebih besar dari 70 kg.
- Hipotesis nol (\(H_0\)): \(\mu = 70\)
- Hipotesis alternatif (\(H_a\)): \(\mu > 70\)
- Tingkat signifikansi (\(\alpha\)):
0.05
- Ukuran sampel (\(n\)): 25
- Rata-rata sampel (\(\bar{x}\)): 72
kg
- Standar deviasi populasi (\(\sigma\)): 5 kg
6.4.1 Langkah Perhitungan untuk Alpha (\(\alpha\))
Hitung statistik uji (z-score): \[ z = \frac{\bar{x} - \mu}{\frac{\sigma}{\sqrt{n}}} \]
Substitusi nilai: \[ z = \frac{72 - 70}{\frac{5}{\sqrt{25}}} = \frac{2}{1} = 2 \]
Tentukan nilai kritis untuk \(\alpha = 0.05\):
- Uji satu arah, sehingga nilai kritis adalah \(z_{\alpha} = 1.645\) (dari tabel z).
Bandingkan \(z\) dengan \(z_{\alpha}\):
- \(z = 2\) lebih besar dari \(z_{\alpha} = 1.645\), sehingga kita menolak \(H_0\).
- Artinya, kita menerima hipotesis alternatif (\(H_a\)): rata-rata berat badan lebih besar dari 70 kg.
Kesimpulan untuk \(\alpha\):
- Dengan \(\alpha = 0.05\), kita menerima risiko 5% bahwa keputusan menolak \(H_0\) adalah salah.
6.4.2 Langkah Perhitungan untuk Beta (\(\beta\))
Misalkan hipotesis alternatif yang benar adalah \(\mu = 71\). Kita ingin menghitung \(\beta\) (probabilitas gagal mendeteksi perbedaan ini).
- Hitung batas z untuk menerima \(H_0\):
- Batas kritis dalam data sampel adalah: \[ \bar{x}_{\text{kritis}} = \mu_0 + z_{\alpha} \cdot \frac{\sigma}{\sqrt{n}} \] Substitusi nilai: \[ \bar{x}_{\text{kritis}} = 70 + 1.645 \cdot \frac{5}{\sqrt{25}} = 70 + 1.645 \cdot 1 = 71.645 \]
- Hitung z-score untuk \(\mu =
71\):
Jika rata-rata populasi sebenarnya adalah 71, z-score untuk batas kritis dihitung:
\(z = \frac{\bar{x}_{\text{kritis}}\mu_{\text{baru}}}{\frac{\sigma}{\sqrt{n}}}\)
\(z = \frac{71.645 - 71}{\frac{5}{\sqrt{25}}} = \frac{0.645}{1} = 0.645\)
- Cari probabilitas \(\beta\):
- Dari tabel z, probabilitas \(z = 0.645\) adalah 0.259.
- Maka, \(\beta = 0.259\), artinya ada sekitar 25.9% kemungkinan gagal menolak \(H_0\) meskipun rata-rata sebenarnya adalah 71.
- Kekuatan Uji (Power):
- Kekuatan uji = \(1 - \beta = 1 - 0.259 = 0.741\) atau 74.1%.
6.5 Kesimpulan
- Alpha (\(\alpha\)) adalah risiko menolak hipotesis nol secara salah, yang ditentukan sebelum pengujian.
- Beta (\(\beta\)) adalah risiko gagal mendeteksi perbedaan yang sebenarnya ada.
- Dalam contoh di atas:
- Kita menerima risiko 5% salah menolak \(H_0\).
- Ada risiko 25.9% gagal mendeteksi bahwa rata-rata sebenarnya lebih besar dari 70 kg.
6.5.1 Catatan:
- Menurunkan \(\alpha\) akan membuat batas kritis lebih tinggi, sehingga meningkatkan \(\beta\).
- Untuk mengurangi \(\beta\), kita bisa meningkatkan ukuran sampel, sehingga batas z menjadi lebih kecil.
6.5.2 Visualisasi:
6.6 Type I Error vs Type II Error**
- Type I Error (False Positive):
- Ini terjadi saat kita menolak hipotesis nol (\(H_0\)) padahal hipotesis nol benar.
- Probabilitas terjadinya Type I Error disebut \(\alpha\) (alpha), sering disebut tingkat signifikansi.
- Kapan penting diperhatikan?
Saat salah menolak \(H_0\) berisiko tinggi. Contoh:- Dalam uji klinis, menyimpulkan bahwa obat baru efektif padahal tidak.
- Dalam uji keamanan sistem, salah mengidentifikasi aktivitas aman sebagai ancaman.
- Type II Error (False Negative):
- Ini terjadi saat kita gagal menolak hipotesis nol (\(H_0\)) padahal hipotesis alternatif (\(H_a\)) benar.
- Probabilitas terjadinya Type II Error disebut \(\beta\) (beta).
- Kapan penting diperhatikan?
Saat gagal mendeteksi sesuatu yang benar-benar ada bisa berbahaya. Contoh:- Dalam screening penyakit, tidak mendeteksi pasien yang benar-benar sakit.
- Dalam mendeteksi kegagalan pada peralatan kritis.
6.7 Contoh Situasi dan Perhitungan
6.7.1 Contoh 1: Type I Error Lebih Kritis
6.7.1.1 Situasi:
Sebuah perusahaan farmasi sedang menguji efektivitas obat baru. Hipotesisnya: - \(H_0\): Obat tidak efektif. - \(H_a\): Obat efektif.
Menolak \(H_0\) berarti kita menyimpulkan bahwa obat tersebut efektif. Jika ini salah (Type I Error), obat yang sebenarnya tidak efektif bisa diberikan kepada pasien, yang berpotensi membahayakan.
6.7.1.2 Perhitungan:
Misalkan: - Rata-rata efektivitas tanpa obat (\(\mu_0\)) = 50. - Rata-rata efektivitas dengan obat yang efektif (\(\mu_a\)) = 55. - Standar deviasi (\(\sigma\)) = 10. - Ukuran sampel (\(n\)) = 100. - \(\alpha = 0.05\).
Langkah: 1. Hitung batas kritis (\(z_{\text{kritis}}\)) untuk \(\alpha = 0.05\) (uji satu sisi): \[ z_{\text{kritis}} = \Phi^{-1}(1 - \alpha) = \Phi^{-1}(0.95) \approx 1.645 \]
Konversikan \(z_{\text{kritis}}\) ke batas sampel (\(x_{\text{kritis}}\)):
$ x_{} = 0 + z{} $
\(x_{\text{kritis}} = 50 + 1.645 \times \frac{10}{\sqrt{100}} = 51.645\)
Jika rata-rata sampel \(> 51.645\), kita menolak \(H_0\). Risiko salah menolak adalah \(\alpha = 0.05\).
Kesimpulan: Dalam kasus ini, Type I Error lebih berbahaya karena salah menganggap obat efektif dapat merugikan pasien.
6.7.2 Contoh 2: Type II Error Lebih Kritis
6.7.2.1 Situasi:
Sebuah rumah sakit melakukan screening untuk mendeteksi kanker pada pasien. Hipotesisnya: - \(H_0\): Pasien tidak memiliki kanker. - \(H_a\): Pasien memiliki kanker.
Gagal mendeteksi kanker (Type II Error) berarti pasien yang sebenarnya sakit tidak mendapatkan pengobatan yang diperlukan, yang bisa berakibat fatal.
6.7.2.2 Perhitungan:
Misalkan: - Probabilitas mendeteksi kanker (power) = \(1 - \beta\). - \(\alpha = 0.05\). - Ukuran sampel (\(n\)) = 50. - \(H_0\): \(\mu = 30\) (nilai normal). - \(H_a\): \(\mu = 35\) (dengan kanker). - Standar deviasi (\(\sigma\)) = 10.
Langkah: 1. Hitung batas kritis untuk \(\alpha = 0.05\):
\(z_{\text{kritis}} = \Phi^{-1}(1 - \alpha) = 1.645\)
\(x_{\text{kritis}} = \mu_0 + z_{\text{kritis}} \times \frac{\sigma}{\sqrt{n}}\)
\(x_{\text{kritis}} = 30 + 1.645 \times \frac{10}{\sqrt{50}} = 32.33\)
Hitung probabilitas Type II Error (\(\beta\)):
\(z_{\beta} = \frac{x_{\text{kritis}} - \mu_a}{\sigma / \sqrt{n}}\)
\(z_{\beta} = \frac{32.33 - 35}{10 / \sqrt{50}} = -1.89\)
Dari tabel distribusi normal, \(P(z < -1.89) = 0.0294\).
Probabilitas gagal mendeteksi kanker adalah:
\(\beta = 0.0294 \text{ atau } 2.94\%\)
Kesimpulan: Dalam kasus ini, Type II Error lebih berbahaya karena gagal mendeteksi kanker dapat menyebabkan pasien tidak mendapat pengobatan.
- Gunakan Type I Error (\(\alpha\)) sebagai prioritas utama jika kesalahan dalam mendeteksi sesuatu yang tidak benar (false positive) bisa menyebabkan dampak besar.
- Fokus pada Type II Error (\(\beta\)) jika gagal mendeteksi sesuatu yang benar (false negative) lebih berisiko.
Prinsip Praktis: - Dalam penelitian farmasi, minimalkan \(\alpha\) (misalnya, 0.01). - Dalam screening penyakit, upayakan power (\(1 - \beta\)) tinggi (di atas 0.9).