Library:
> # install.packages("knitr")
> # install.packages("rmarkdown")
> # install.packages("prettydoc")
> # install.packages("equatiomatic")
> # install.packages("ggplot2")
> # install.packages("readxl")Dalam dunia yang semakin terhubung, efisiensi transportasi udara antar kota memainkan peran penting dalam mendukung mobilitas global. Jarak geografis antar kota dan pola penerbangan dapat memberikan gambaran tentang konektivitas dan kedekatan antar wilayah. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menganalisis hubungan ini adalah dengan memanfaatkan teknik analisis klaster berbasis matriks jarak.
Penelitian ini berfokus pada pengelompokan kota-kota besar di dunia berdasarkan jarak penerbangan yang memisahkan mereka. Dengan mengelompokkan kota-kota ke dalam klaster tertentu, dapat diidentifikasi pola konektivitas global dan kelompok kota yang saling berdekatan secara strategis. Hal ini bermanfaat dalam berbagai aspek, seperti perencanaan rute penerbangan, pengelolaan jaringan transportasi, hingga optimasi logistik internasional.
Masalah yang Dihadapi dalam konteks ini, jarak penerbangan antar kota menjadi salah satu indikator penting yang menggambarkan hubungan spasial. Namun, tanpa analisis yang tepat, hubungan tersebut sulit diinterpretasi. Oleh karena itu, diperlukan analisis yang dapat memvisualisasikan dan mengelompokkan kota berdasarkan jarak penerbangan, sehingga menghasilkan informasi yang lebih sistematis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengelompokkan kota-kota besar di dunia menggunakan metode Hierarchical Clustering berbasis matriks jarak, serta memvisualisasikan hubungan tersebut dengan Multidimensional Scaling (MDS). Hierarchical Clustering digunakan untuk mengidentifikasi klaster kota yang memiliki konektivitas tinggi, sedangkan MDS merepresentasikan hubungan jarak antar kota dalam bentuk visual dua dimensi, sehingga memudahkan interpretasi pola spasial. Dengan kombinasi kedua metode ini, diharapkan dapat diperoleh wawasan yang lebih mendalam tentang distribusi dan kedekatan relatif antar kota, yang dapat mendukung optimasi rute penerbangan, pengelolaan jaringan transportasi udara, dan pengembangan infrastruktur logistik global.
Multidimensional Scaling (MDS) merupakan teknik statistik yang bertujuan untuk memetakan kemiripan atau perbedaan antar data ke dalam dimensi yang lebih rendah, seperti dua atau tiga dimensi. Teknik ini menyajikan data sedemikian rupa sehingga jarak antar titik pada plot menggambarkan tingkat kemiripan antar objek.
MDS sering diterapkan dalam analisis data eksploratori, terutama ketika data memiliki banyak variabel dan sulit divisualisasikan dalam dimensi tinggi. Proses MDS melibatkan penggunaan matriks jarak atau kemiripan antar objek, yang kemudian diproyeksikan ke dalam ruang berdimensi rendah. Hasil pemetaan ini mempertahankan jarak antar objek sedekat mungkin dengan jarak sebenarnya dalam data asli, sehingga pola hubungan antar objek dapat lebih mudah dipahami secara visual.
Jarak yang paling umum digunakan dalam analisis adalah jarak Euclidean, karena konsep ini sederhana dan didasarkan pada prinsip Pythagoras. Jarak Euclidean mengukur jarak langsung antara dua objek dalam ruang Euclidean dan sering digunakan untuk memahami hubungan antara sudut dan jarak. Perhitungan ini memberikan gambaran intuitif tentang seberapa dekat atau jauh dua titik dalam ruang multidimensi. \[ d = \sqrt{(x_{2}-x_{1})^2 + (y_{2}-y_{1})^2} \]
Jarak Mahalanobis mengukur jarak antara dua titik dengan mempertimbangkan korelasi antar variabel. Jarak ini sangat berguna ketika data memiliki variabilitas atau skala yang berbeda, karena memperhitungkan distribusi dan hubungan antar variabel. Dengan demikian, Mahalanobis memberikan hasil yang lebih akurat untuk data multidimensi, terutama dalam mendeteksi pola atau anomali dalam kumpulan data yang kompleks.
\[ d = \sqrt{(x-y')S^{-1}(x-y)} \]
Jarak Manhattan, atau sering disebut jarak blok kota, menghitung jarak antara dua titik dengan menjumlahkan perbedaan absolut pada setiap dimensi. Metode ini menyerupai perhitungan jarak saat bergerak secara vertikal dan horizontal, seperti berjalan mengikuti jaringan jalan di sebuah kota. Oleh karena itu, jarak Manhattan lebih sesuai digunakan dalam situasi di mana pergerakan hanya diperbolehkan dalam garis lurus pada sumbu tertentu.
\[ d(x,y) = \sum_{}^{}\left| x_{i} - y_{i}\right| \]
Stress adalah ukuran yang digunakan untuk mengkuantifikasi seberapa baik hasil Multidimensional Scaling (MDS) merepresentasikan jarak atau kemiripan antar data. Stress secara khusus mengukur perbedaan antara jarak antar titik dalam ruang berdimensi rendah dengan jarak sebenarnya dalam data asli (misalnya, jarak Euclidean). Semakin kecil nilai stress, semakin akurat representasi data berdimensi rendah dalam mempertahankan jarak asli, yang menunjukkan visualisasi MDS yang lebih baik dan lebih dapat diandalkan.
\[ STRESS = \frac{\sum_{i \neq j} \left( d_{ij} - \hat{d}_{ij} \right)^2}{\sum_{i \neq j} d_{ij}^2} \]
Indeks stress atau stress index adalah nilai numerik yang dirumuskan untuk menggambarkan kualitas pemetaan data. Nilai stress dapat diinterpretasikan dengan rentang tertentu:
0%-5%: Pemodelan sangat baik; representasi mendekati
sempurna.
5%-10%: Pemodelan baik; masih dapat
diterima.
10%-20%: Pemodelan cukup baik, namun bisa
ditingkatkan.
>20%: Pemodelan buruk; representasi berdimensi
rendah tidak menggambarkan jarak asli dengan baik.
Data yang digunakan adalah data jarak antar kota : https://classroom.google.com/u/0/c/NzEzNzEwMTczMDcz
Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami pola kedekatan geografis antar kota berdasarkan jarak penerbangan. Dengan menganalisis hubungan ini menggunakan metode klasterisasi dan Multidimensional Scaling (MDS), diharapkan dapat diidentifikasi kelompok kota yang memiliki konektivitas tinggi. Hasil penelitian ini dapat mendukung perencanaan rute penerbangan yang lebih efisien, optimalisasi jaringan transportasi udara, serta pengelolaan infrastruktur logistik global secara lebih efektif.
Kode ini memuat library readxl dan ggplot2
dan ‘MASS’.
> #input data
> SOAL_KODE_D_UAP <- read_excel("C:/Penyimpanan Utama/Download/SOAL KODE D_UAP.xlsx")
> View(SOAL_KODE_D_UAP)
> data <- SOAL_KODE_D_UAP[,-1]
> data
# A tibble: 17 × 17
Beijing `Cape town` Hongkong Honolulu London Melbourne Mexico Montreal Moscow
<dbl> <dbl> <dbl> <dbl> <dbl> <dbl> <dbl> <dbl> <dbl>
1 12947 0 11867 18562 9635 10338 13703 12744 10101
2 1972 11867 0 11653 8862 6098 7915 11342 11930
3 8171 18562 8945 0 16902 8947 5240 2506 6724
4 8160 9635 9646 11653 0 13557 16730 14418 10192
5 9093 10338 7392 8862 16902 0 3728 10740 14679
6 12478 13703 14155 6098 8947 13557 0 7077 11286
7 10490 12744 12462 7915 5240 16730 3728 0 4349
8 5809 10101 7158 11342 2506 14418 10740 7077 0
9 3788 9284 3770 11930 6724 10192 14679 11286 4349
10 11012 12551 12984 7996 5586 16671 3362 533 7530
11 8236 9307 9650 11988 341 16793 9213 5522 2492
12 17325 6075 17710 13343 9254 13227 7669 8175 11529
13 8144 8417 9300 12936 1434 15987 10260 6601 2378
14 9524 16487 11121 3857 8640 12644 3038 4092 9469
15 4465 9671 2575 10824 10860 6050 16623 14816 8426
16 6725 10334 8243 11059 1436 15593 9603 5900 1231
17 2104 14737 2893 6208 9585 8159 11319 10409 7502
# ℹ 8 more variables: `New Delhi` <dbl>, `New York` <dbl>, Paris <dbl>,
# Rio <dbl>, Rome <dbl>, `San Francisco` <dbl>, Singapore <dbl>,
# Stockholm <dbl>Menginput file Excel dan menyimpannya dalam variabel data serta
menghapus kolom pertama (nama provinsi ) dan menyimpan sisanya ke dalam
variabel Data.
> data_matrix <- as.matrix(data)
> data_matrix
Beijing Cape town Hongkong Honolulu London Melbourne Mexico Montreal
[1,] 12947 0 11867 18562 9635 10338 13703 12744
[2,] 1972 11867 0 11653 8862 6098 7915 11342
[3,] 8171 18562 8945 0 16902 8947 5240 2506
[4,] 8160 9635 9646 11653 0 13557 16730 14418
[5,] 9093 10338 7392 8862 16902 0 3728 10740
[6,] 12478 13703 14155 6098 8947 13557 0 7077
[7,] 10490 12744 12462 7915 5240 16730 3728 0
[8,] 5809 10101 7158 11342 2506 14418 10740 7077
[9,] 3788 9284 3770 11930 6724 10192 14679 11286
[10,] 11012 12551 12984 7996 5586 16671 3362 533
[11,] 8236 9307 9650 11988 341 16793 9213 5522
[12,] 17325 6075 17710 13343 9254 13227 7669 8175
[13,] 8144 8417 9300 12936 1434 15987 10260 6601
[14,] 9524 16487 11121 3857 8640 12644 3038 4092
[15,] 4465 9671 2575 10824 10860 6050 16623 14816
[16,] 6725 10334 8243 11059 1436 15593 9603 5900
[17,] 2104 14737 2893 6208 9585 8159 11319 10409
Moscow New Delhi New York Paris Rio Rome San Francisco Singapore
[1,] 10101 9284 12551 9307 6075 8417 16487 9671
[2,] 11930 7996 11988 13343 12936 3857 10824 11059
[3,] 6724 5586 341 9254 1434 8640 10860 1436
[4,] 10192 16671 16793 13227 15987 12644 6050 15593
[5,] 14679 3362 9213 7669 10260 3038 16623 9603
[6,] 11286 533 5522 8175 6601 4092 14816 5900
[7,] 4349 7530 2492 11529 2378 9469 8426 1231
[8,] 0 11779 6601 14080 5929 12380 4142 5579
[9,] 4349 0 5851 7729 6907 4140 15349 6336
[10,] 7530 11779 0 9146 1108 8975 10743 1546
[11,] 2492 6601 5851 0 9181 10647 15740 10682
[12,] 11529 14080 7729 9146 0 10071 10030 1977
[13,] 2378 5929 6907 1108 9181 0 13598 8644
[14,] 9469 12380 4140 8975 10647 10071 0 9646
[15,] 8426 4142 15349 10743 15740 10030 13598 0
[16,] 1231 5579 6336 1546 10682 1977 8644 9646
[17,] 7502 5857 10870 9738 18557 9881 8284 5317
Stockholm
[1,] 10334
[2,] 6208
[3,] 9585
[4,] 8159
[5,] 11319
[6,] 10409
[7,] 7502
[8,] 5857
[9,] 10870
[10,] 9738
[11,] 18557
[12,] 9881
[13,] 8284
[14,] 5317
[15,] 8193
[16,] 0
[17,] 8193> # Menghitung tingkat kumulatif variasi
> cumulative_variance <- cumsum(eigenvalues) / sum(eigenvalues)
> print(cumulative_variance)
[1] 0.407450391-1.5326412i 0.814900782+0.0000000i -0.510777835+0.0000000i
[4] -0.920214759-0.6508396i -1.329651683+0.0000000i -0.645912113+0.0000000i
[7] -0.319722456-0.5596391i 0.006467201+0.0000000i 0.188902699-0.4347008i
[10] 0.371338196+0.0000000i 0.683416210-0.1198434i 0.995494225+0.0000000i
[13] 1.275758840+0.0000000i 1.045747892+0.0000000i 1.022873946-0.0150993i
[16] 1.000000000+0.0000000i 1.000000000+0.0000000i
> #Titik koordinat objek
> fit <- cmdscale(data_matrix, k=2)
> # Hitung disparities
> disparities <- matrix(0, nrow = 17, ncol = 17)
>
> for (i in 1:17) {
+ for (j in 1:17) {
+ disparities[i, j] <- sqrt(sum((fit[i,] - fit[j,])^2))
+ }
+ }> #input data
> SOAL_KODE_D_UAP <- read_excel("C:/Penyimpanan Utama/Download/SOAL KODE D_UAP.xlsx")
> View(SOAL_KODE_D_UAP)
> data <- SOAL_KODE_D_UAP[,-1]
> data
# A tibble: 17 × 17
Beijing `Cape town` Hongkong Honolulu London Melbourne Mexico Montreal Moscow
<dbl> <dbl> <dbl> <dbl> <dbl> <dbl> <dbl> <dbl> <dbl>
1 12947 0 11867 18562 9635 10338 13703 12744 10101
2 1972 11867 0 11653 8862 6098 7915 11342 11930
3 8171 18562 8945 0 16902 8947 5240 2506 6724
4 8160 9635 9646 11653 0 13557 16730 14418 10192
5 9093 10338 7392 8862 16902 0 3728 10740 14679
6 12478 13703 14155 6098 8947 13557 0 7077 11286
7 10490 12744 12462 7915 5240 16730 3728 0 4349
8 5809 10101 7158 11342 2506 14418 10740 7077 0
9 3788 9284 3770 11930 6724 10192 14679 11286 4349
10 11012 12551 12984 7996 5586 16671 3362 533 7530
11 8236 9307 9650 11988 341 16793 9213 5522 2492
12 17325 6075 17710 13343 9254 13227 7669 8175 11529
13 8144 8417 9300 12936 1434 15987 10260 6601 2378
14 9524 16487 11121 3857 8640 12644 3038 4092 9469
15 4465 9671 2575 10824 10860 6050 16623 14816 8426
16 6725 10334 8243 11059 1436 15593 9603 5900 1231
17 2104 14737 2893 6208 9585 8159 11319 10409 7502
# ℹ 8 more variables: `New Delhi` <dbl>, `New York` <dbl>, Paris <dbl>,
# Rio <dbl>, Rome <dbl>, `San Francisco` <dbl>, Singapore <dbl>,
# Stockholm <dbl>Pada variabel data ini memuat dari jarak jarak antar
kota
> data_matrix <- as.matrix(data)
> data_matrix
Beijing Cape town Hongkong Honolulu London Melbourne Mexico Montreal
[1,] 12947 0 11867 18562 9635 10338 13703 12744
[2,] 1972 11867 0 11653 8862 6098 7915 11342
[3,] 8171 18562 8945 0 16902 8947 5240 2506
[4,] 8160 9635 9646 11653 0 13557 16730 14418
[5,] 9093 10338 7392 8862 16902 0 3728 10740
[6,] 12478 13703 14155 6098 8947 13557 0 7077
[7,] 10490 12744 12462 7915 5240 16730 3728 0
[8,] 5809 10101 7158 11342 2506 14418 10740 7077
[9,] 3788 9284 3770 11930 6724 10192 14679 11286
[10,] 11012 12551 12984 7996 5586 16671 3362 533
[11,] 8236 9307 9650 11988 341 16793 9213 5522
[12,] 17325 6075 17710 13343 9254 13227 7669 8175
[13,] 8144 8417 9300 12936 1434 15987 10260 6601
[14,] 9524 16487 11121 3857 8640 12644 3038 4092
[15,] 4465 9671 2575 10824 10860 6050 16623 14816
[16,] 6725 10334 8243 11059 1436 15593 9603 5900
[17,] 2104 14737 2893 6208 9585 8159 11319 10409
Moscow New Delhi New York Paris Rio Rome San Francisco Singapore
[1,] 10101 9284 12551 9307 6075 8417 16487 9671
[2,] 11930 7996 11988 13343 12936 3857 10824 11059
[3,] 6724 5586 341 9254 1434 8640 10860 1436
[4,] 10192 16671 16793 13227 15987 12644 6050 15593
[5,] 14679 3362 9213 7669 10260 3038 16623 9603
[6,] 11286 533 5522 8175 6601 4092 14816 5900
[7,] 4349 7530 2492 11529 2378 9469 8426 1231
[8,] 0 11779 6601 14080 5929 12380 4142 5579
[9,] 4349 0 5851 7729 6907 4140 15349 6336
[10,] 7530 11779 0 9146 1108 8975 10743 1546
[11,] 2492 6601 5851 0 9181 10647 15740 10682
[12,] 11529 14080 7729 9146 0 10071 10030 1977
[13,] 2378 5929 6907 1108 9181 0 13598 8644
[14,] 9469 12380 4140 8975 10647 10071 0 9646
[15,] 8426 4142 15349 10743 15740 10030 13598 0
[16,] 1231 5579 6336 1546 10682 1977 8644 9646
[17,] 7502 5857 10870 9738 18557 9881 8284 5317
Stockholm
[1,] 10334
[2,] 6208
[3,] 9585
[4,] 8159
[5,] 11319
[6,] 10409
[7,] 7502
[8,] 5857
[9,] 10870
[10,] 9738
[11,] 18557
[12,] 9881
[13,] 8284
[14,] 5317
[15,] 8193
[16,] 0
[17,] 8193Karena data sudah dalam bentuk jarak maka data tersebut dijadikan matriks jarak
> #Mencari Eigen
> A <- data_matrix^2
> I<-diag(17)
> J<-matrix(rep(1,17), nrow=17, ncol=17)
> V<- I-(1/17)*J
>
> aa <- V %*% A
> BB <- aa %*% V
> B <-(-1/2) * BB
> eigen_result <- eigen(B)
> eigenvalues <- eigen_result$values
> eigenvectors <- eigen_result$vectorsMenjalankan kembali MDS dengan opsi eig=True untuk
mendapatkan nilai eigen dan menyimpannya dengan nama
eigenvalues. Dikarenakan nilai eigen >1 yang didapatkan
pada dimensi dalam MDS terdapat pada dimensi 1 dan 2 sehingga dapat
dikatakan bahwa 2 dimensi tersebut sudah sesuai untuk menjadi dimensi
yang paling representatif.
> # Menghitung tingkat kumulatif variasi
> cumulative_variance <- cumsum(eigenvalues) / sum(eigenvalues)
> print(cumulative_variance)
[1] 0.407450391-1.5326412i 0.814900782+0.0000000i -0.510777835+0.0000000i
[4] -0.920214759-0.6508396i -1.329651683+0.0000000i -0.645912113+0.0000000i
[7] -0.319722456-0.5596391i 0.006467201+0.0000000i 0.188902699-0.4347008i
[10] 0.371338196+0.0000000i 0.683416210-0.1198434i 0.995494225+0.0000000i
[13] 1.275758840+0.0000000i 1.045747892+0.0000000i 1.022873946-0.0150993i
[16] 1.000000000+0.0000000i 1.000000000+0.0000000i
> #Titik koordinat objek
> fit <- cmdscale(data_matrix, k=2)
> # Hitung disparities
> disparities <- matrix(0, nrow = 17, ncol = 17)
>
> for (i in 1:17) {
+ for (j in 1:17) {
+ disparities[i, j] <- sqrt(sum((fit[i,] - fit[j,])^2))
+ }
+ }Hasil perhitungan menunjukkan nilai eigen dan variansi kumulatif dari data yang dianalisis. Variansi kumulatif mencapai nilai 1, yang berarti seluruh variansi data berhasil dijelaskan oleh semua komponen utama. Namun, munculnya nilai kompleks (imaginasi) dalam hasil dapat mengindikasikan adanya ketidakseimbangan dalam komputasi atau matriks yang tidak sepenuhnya simetris. Oleh karena itu, penting untuk memeriksa kembali data awal dan memastikan tidak ada kesalahan dalam proses transformasi atau perhitungan. Komponen utama dengan nilai eigen terbesar menjelaskan sebagian besar variasi, yang berguna dalam menentukan dimensi dominan dalam analisis lebih lanjut, seperti dalam PCA atau MDS.
> # Hitung stress
> stress <- sqrt(sum((data_matrix - disparities)^2) / sum(data_matrix^2))
> cat("Nilai Stress:", stress, "\n")
Nilai Stress: 0.5839379 STRESS
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa proses Multidimensional Scaling (MDS) telah dilakukan dengan memetakan data ke dalam dua dimensi. Nilai stress yang diperoleh adalah 0.5839379, yang menunjukkan seberapa baik hasil MDS merepresentasikan jarak asli antar objek.
Nilai stress ini cukup tinggi, menunjukkan bahwa representasi dua dimensi belum sepenuhnya menggambarkan hubungan jarak dalam data dengan akurat. Dalam konteks MDS, semakin kecil nilai stress (biasanya di bawah 0.1 atau 0.2), semakin baik visualisasi data dalam mempertahankan jarak asli. Oleh karena itu, pertimbangan untuk menambah dimensi atau menggunakan metode lain mungkin diperlukan untuk meningkatkan kualitas representasi data.
> #Visualisasi
> plot(fit, type='n', xlab = "Dimensi 1", ylab = "Dimensi 2")
> text(fit, labels = SOAL_KODE_D_UAP$'Kota')
> text(fit, labels = 1:nrow(SOAL_KODE_D_UAP)) #Objek dinyatakan dengan angkaGambar tersebut menunjukkan hasil Multidimensional Scaling (MDS) yang memetakan kota-kota berdasarkan jarak penerbangan dalam dua dimensi. Setiap titik pada plot mewakili satu kota, dan jarak antara titik-titik ini merefleksikan hubungan atau kedekatan geografis antar kota berdasarkan data jarak asli.
Interpretasi Plot: - Kota yang berdekatan pada plot menunjukkan jarak penerbangan yang lebih pendek di antara mereka. Misalnya, Paris dan Moscow terletak dekat satu sama lain, menandakan hubungan geografis yang relatif dekat. - Kota yang berjauhan pada plot (misalnya, Mexico dan Hong Kong) menunjukkan jarak penerbangan yang lebih jauh. - Beberapa kota seperti Honolulu dan Tokyo menempati posisi ekstrem, yang dapat menunjukkan lokasi yang relatif jauh dari pusat konektivitas.
Catatan: Karena nilai stress cukup tinggi (0.58), representasi ini mungkin belum sepenuhnya akurat dalam merefleksikan jarak asli antar kota. Untuk meningkatkan kualitas visualisasi, penambahan dimensi atau metode alternatif dapat dipertimbangkan.
Berdasarkan analisis Multidimensional Scaling (MDS) terhadap data jarak antar kota, diperoleh beberapa temuan penting yang dapat disimpulkan sebagai berikut:
Visualisasi Hubungan Geografis: Plot dua dimensi hasil MDS menunjukkan posisi relatif dari 17 kota berdasarkan jarak penerbangan antar kota. Kota-kota yang berdekatan pada plot, seperti Paris dan *Moscow, menunjukkan jarak penerbangan yang relatif dekat, sedangkan kota-kota yang berjauhan, seperti **Mexico* dan Hong Kong, memiliki jarak yang lebih jauh. Visualisasi ini membantu mengidentifikasi pola konektivitas antar kota dalam ruang berdimensi rendah.
Akurasi Representasi: Nilai stress yang dihasilkan sebesar 0.5839 menunjukkan bahwa representasi dua dimensi belum sepenuhnya akurat dalam merepresentasikan jarak asli antar kota. Nilai stress yang cukup tinggi mengindikasikan adanya distorsi dalam pemetaan, sehingga hubungan antar kota dalam visualisasi ini tidak sepenuhnya menggambarkan jarak sebenarnya. Idealnya, nilai stress yang lebih kecil (di bawah 0.1 atau 0.2) menunjukkan representasi yang baik.
Distribusi Kota:
Pentingnya Dimensi Tambahan: Mengingat nilai stress yang tinggi, penambahan dimensi dalam analisis MDS mungkin diperlukan untuk mendapatkan representasi yang lebih akurat. Representasi dua dimensi mungkin terlalu sederhana untuk mencerminkan hubungan kompleks antar kota dalam data jarak penerbangan.
Implikasi Praktis: Hasil ini memberikan wawasan awal tentang pola jarak antar kota di dunia yang dapat berguna dalam berbagai aplikasi, seperti perencanaan rute penerbangan, logistik, atau analisis jaringan transportasi. Meskipun visualisasi ini memberikan gambaran umum, diperlukan analisis lebih lanjut untuk meningkatkan akurasi dan memahami hubungan geografis dengan lebih mendalam.
Untuk meningkatkan kualitas representasi: - Pertimbangkan menambah jumlah dimensi dalam analisis MDS. - Gunakan metode lain seperti Hierarchical Clustering atau Principal Component Analysis (PCA) untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. - Evaluasi lebih lanjut terhadap data jarak dan matriks simetris untuk memastikan tidak ada ketidaksesuaian dalam data input.
Google Classroom Praktikum Analisis Multivariat