Penerapan Analisis Cluster untuk Mengelompokkan Kabupaten/Kota Berdasarkan Indikator Pembangunan Ekonomi di Jawa Timur

Wina Angelina

25 November 2024


Library:

> # install.packages("knitr")
> # install.packages("rmarkdown")
> # install.packages("prettydoc")
> # install.packages("equatiomatic")

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perekonomian adalah salah satu indikator yang sering digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu wilayah. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang berdampak pada meningkatnya pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat dalam jangka panjang. Kerjasama antar daerah memainkan peran penting dalam upaya memajukan perekonomian yang melibatkan berbagai daerah. Namun, mencapai tujuan tersebut tidak mudah lantaran setiap daerah memiliki variasi sumber daya alam, sumber daya manusia dan lembaga institusi yang menyebabkan pembangunan ekonomi tidak merata. Permasalahan ini dapat diatasi dengan menerapkan kebijakan khusus di kabupaten/kota yang memiliki tingkat ekonomi yang berbeda, agar kebijakan yang diterapkan efektif, disarankan untuk mengelompokkan kabupaten/kota berdasarkan indikator pembangunan ekonomi.

1.2 Statistika Deskriptif

Statistika deskriptif adalah metode untuk menghimpun, mengatur, dan mengolah data untuk dapat disajikan dan memberikan gambaran yang jelas tentang suatu kondisi atau peristiwa tertentu dimana data diambil. Data disajikan agar dapat diambil makna tertentu berdasarkan penggambaran sehingga lebih mudah untuk dipahami.

1.3 Analisis Cluster

Analisis cluster merupakan statistika multivariat yang memungkinkan dilakukan pengelompokan berdasarkan kesamaan karakteristiknya. Objek yang memiliki karakteristik yang sama dalam satu kelompok memiliki tingkat kesamaan yang tinggi, sedangkan perbedaan karakteristik antar kelompoknya rendah. Tujuan dari analisis cluster adalah untuk mengelompokkan objek menjadi beberapa kelompok yang memiliki sifat berbeda antar kelompok, sehingga objek yang berada dalam satu kelompok memiliki karakteristik homogen. Analisis cluster memiliki dua metode utama, yaitu motode hierarki dengan penentuan banyak kelompok yang terbentuk dilihat berdasarkan hasil dendogram dan metode non-hierarki dengan penentuan banyak kelompok ditentukan di awal penelitian.

1.3.1 Asumsi

  • Uji sampel representatif dilakukan untuk memastikan bahwa sampel representatif. Sampel representatif adalah keadaan dimana sampel yang diambil dapat mewakili populasi yang ada. Salah satu uji yang dapat digunakan adalah uji KMO. Jika nilai KMO sebesar 0,5 sampa 1 maka sampel telah representatif.
  • Uji non-multikolinieritas digunakan untuk memastikan bahwa tidak terjadi multikolinieritas antar variabel yang diteliti.

1.3.2 Jarak Analisis Cluster

Konsep dasar pengukuran analisis cluster adalah pengukuran jarak dan kesamaan. Jarak merupakan ukuran jarak pisah antar objek sedangkan kesamaan merupakan ukuran kedekatan. Simamora (2005), jarak yang paling umum digunakan adalah jarak Euclidean, yang mengukur jarak sesungguhnya menggunakan mata manusia. Menurut Nishom (2019) pengukuran jarak Euclidean menunjukkan hasil yang baik dari pengukuran jarak Manhattan dan Minkowski.

1.3.3 Metode Analisis Cluster Hierarki

Metode ini memulai pengelompokkan dengan dua atau lebih objek yang mempunyai kesamaan paling dekat. Kemudian operasi diteruskan ke objek lain yang mempunyai kedekatan kedua. Demikian seterusnya sehingga cluster akan membentuk ‘pohon’ di aman ada hierarki (tingkatan) yang jelas antar objek, dari yang paling mirip sampai paling tidak mirip. Metode ini terdapat dua macam proses yaitu aglomerative dan divissive.

  • Metode aglomerative dimulai dengan setiap objek dalam suatu cluster yang terpisah, cluster dibentuk dengan mengelompokkan objek yang semakin membersar (semakin banyak elemen atau objek yang menjadi anggotanya). Proses ini dilanjutkan sampai semua objek menjadi anggota dari suatu cluster tunggal. Menurut Simamora (2005), ada lima metode penggabungan (aglomerative) dalam pembentukan cluster, yaitu
    1. Single Linkage Metode single linkage jarak antar cluster ditentukan oleh jarak paling dekat.

    2. Complete Linkage Metode complete linkage jarak antar cluster ditentukan oleh jarak paling jauh,

    3. Average Linkage Metode average linkage akan mengelompokkan objek berdasarkan jarak antara dua cluster yang dianggap sebagai jarak rata-rata antara semua anggota dalam satu cluster dengan semua anggota cluster.

    4. Ward’s Method Ward’s Method jarak antara dua cluster yang terbentuk adalah jumlah kuadrat diantara dua cluster tersebut.

    5. Centroid Method Centroid Method jarak yang digunakan adalah jarak kuadrat euclidean antara titik pusat dua kelompok. Titik pusat kelompok adalah nilai tengah objek setiap peubah dalam satu kelompok.

  • Metode Divissive Metode divissive bekerja dari arah yang berlawanan. Satu kelompok objek awal dibagi menjadi dua kelompok sehingga objek dalam satu subkelompok jauh dari objek yang lain. Subkelompok ini kemudian dibagi menjadi sub kelompok yang berbeda. Proses tersebut hingga masing-masing objek membentuk suatu kelompok.

1.3.4 Koefisien Korelasi Cophenetic

Koefisien korelasi cophenetic adalah koefisien korelasi antara elemen-elemen asli matriks ketidakmiripan (matriks jarak squared euclidean) dan elemen-elemen yang dihasilkan oleh dendogram (matriks cophenetic). nilai koefisien korelasi cophenetic berkisar antara -1 dan 1, nilai yang mendekati 1 berarti solusi yang dihasilkan dari proses clustering baik.

1.3.5 Dendogram

Dendogram adalah visualisasi dari prosedur yang dilakukan dengan menggunakan analisis cluster hierarki. Titik-titik pada dendogram mewakili cluster, sedangkan panjang batangnya merupakan jarak objek-objek digabung dalam cluster. Pemotongan dendogram dilakukan pada selisih jarak penggabungan terbesar ataupun pada gerombol yang dihasilkan lebih bermakna.

1.4 Data

Pada kasus ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik di Jawa Timur tentang indikator pembangunan ekonomi tahun 2023. Variabel yang digunakan adalah Tingkat Pengangguran Terbuka (X1), Banyak Usaha/Perusahaan Industri Pengolahan Mikro dan Kecil (X2), Pengeluaran Per Kapita (X3), dan Indeks Pembangunan Manusia (X4)

Tabel 1. Data Indikator Pembangunan Ekonomi Provinsi Jawa Timur 2023
Kabupaten/Kota X1 X2 X3 X4
Pacitan 1.83 46807 9681 70.94
Ponorogo 4.66 21739 10658 73.18
Trenggalek 4.52 28358 10465 71.96
Tulungagung 5.65 26359 11565 74.65
Blitar 4.91 33932 11499 72.84
Kediri 5.79 20159 11952 74.68
Malang 5.70 39721 10791 73.00
Lumajang 3.67 16981 9720 69.37
Jember 4.01 46452 10277 70.42
Banyuwangi 4.75 29902 12820 73.79
Bondowoso 4.15 36717 11255 70.56
Situbondo 3.27 33822 10702 70.65
Probolinggo 3.24 27660 11756 70.36
Pasuruan 5.48 31350 11239 71.91
Sidoarjo 8.05 16151 15311 81.88
Mojokerto 4.67 21972 13467 76.23
Jombang 4.66 28640 11999 75.16
Nganjuk 4.68 12366 12821 74.70
Madiun 5.14 8925 12259 74.02
Magetan 4.16 20723 12495 76.30
Ngawi 2.41 24468 11897 73.28
Bojonegoro 4.63 48419 10776 71.80
Tuban 4.40 18608 11174 71.40
Lamongan 5.46 26474 12019 75.29
Gresik 6.82 19351 13870 78.44
Bangkalan 6.18 20344 9438 66.82
Sampang 2.72 15389 9363 66.19
Pamekasan 1.74 67609 9420 70.32
Sumenep 1.71 31691 9807 69.13
Kota Kediri 4.06 4073 13276 80.97
Kota Blitar 5.24 3600 14548 80.78
Kota Malang 6.80 10837 17222 84.00
Kota Probolinggo 4.53 3224 12999 76.93
Kota Pasuruan 5.64 5371 14250 78.30
Kota Mojokerto 4.73 2009 14422 80.90
Kota Madiun 5.85 3073 17115 83.71
Kota Surabaya 6.76 18127 18977 83.99
Kota Batu 4.52 3094 13603 79.07

2 SOURCE CODE

2.1 Library yang dibutuhkan

> library(readxl)
> library(magrittr)
> library(knitr)
> library(ggplot2)
> library(factoextra)
> library(cluster)
  • Library readxl digunakan untuk membuka dan membaca file data bertipe xlxs dari dalam R.
  • Library magrittr digunakan untuk menguarangi waktu pengembangan dan meningkatkan keterbacaan serta memelihara kode.
  • Library knitr digunakan untuk mengintegrasikan komputasi dan pelaporan.
  • Library ggplot2 digunakan untuk membuat visualisasi data yang lebih menarik.
  • Library factorextra digunakan untuk mengekstrak dan memvisualisasikan cluster dan menentukan jumlah cluster optimum.
  • Library cluster dugunakan untuk melakukan analisis cluster.

2.2 Import Data

> Data_IPE <- read_excel("D:/kuliah/semester 5/analisis multivariat 1/rpubs/data.xlsx")
> summary(Data_IPE)

Mengimport file data dari excel ke R dapat menggunakan fungsi read_excel, yang kemudian disimpan dalam variabel Data_IPE, serta summary digunakan untuk melihat gambaran data secara keseluruhan.

2.3 Asumsi

Uji Sampel Representatif

> Data <- data.frame(Data_IPE)
> kmo <- KMO(Data[,2:5])
> kmo

Nilai KMO lebih dari 0,5 dapat disimpulkan bahwa sampel telah representatif.

Uji Non Multikolinieritas

> korelasi <- cor(Data[,2:5], method = 'pearson')
Error: object 'Data' not found
> korelasi
Error: object 'korelasi' not found

Nilai Korelasi kurang dari 0,8 dapat disimpulkan bahwa tidak terjai multikolinieritas antar variabel.

2.4 Standarisasi Data dan Perhitungan Jarak

> Datastand <- scale(Data_IPE[2:5])
> Datastand %>% head(38) %>% kable(caption = "Hasil standariasai Data Indikator Pembangunan Ekonomi Jawa Timur 2023")
> Data <- data.matrix(Datastand, 1:4)

Melakukan standarisasi menggunakan fungsi scale dengan argument yang berisi data awal dari kolom 2 sampai kolom 5, standarisasi dilakukan untuk menyamakan satuan peubah yang berbeda. Untuk menampilkan data ke bentuk data frame dapat menggunakan operator pipa (%>%) yang ada di library magrittr dan fungsi kable yang ada di library knitr.

> jarak <- dist(Datastand, method = "euclidean")

Perhitungan jarak menggunakan jarak euclidean.

2.5 Korelasi

> d1 <- dist(Data_IPE[,2:4])
> #Single Linkage
> heirs <- hclust(dist(Data_IPE[,2:4]), method = "single")
> #korelasi cophenetic
> hc1 <- hclust(d1, "single")
> d2 <- cophenetic(hc1)
> cors <- cor(d1,d2)
> cors
> #Complete Linkage
> heirs <- hclust(dist(Data_IPE[,2:4]), method = "complete")
> #korelasi cophenetic
> hc2 <- hclust(d1, "complete")
> d3 <- cophenetic(hc2)
> corcom <- cor(d1,d3)
> corcom
> #Average Linkage
> hierave <- hclust(dist(Data_IPE[,2:4]), method = "ave")
> #korelasi cophenetic
> hc3 <- hclust(d1, "ave")
> d4 <- cophenetic(hc3)
> corave <- cor(d1,d4)
> corave
> #Ward's Method
> heirward <- hclust(dist(Data_IPE[,2:4]), method = "ward.D")
> #korelasi cophenetic
> hc4 <- hclust(d1, "ward.D")
> d5 <- cophenetic(hc4)
> corward <- cor(d1,d5)
> corward
> #Centroid Method
> heircen <- hclust(dist(Data_IPE[,2:4]), method = "centroid")
> #korelasi cophenetic
> hc5 <- hclust(d1, "centroid")
> d6 <- cophenetic(hc5)
> corcen <- cor(d1,d6)
> corcen

Untuk mencari metode terbaik yang akan digunakan dapat melihat perbandingan nilai korelasi cophenetic dari masing-masing metode, nilai korelasi cophenetic terbesar akan dipilih.

2.6 Plot K Optimum

> fviz_nbclust(Data, hcut, method = "silhouette")

Fungsi fviz_nbclust digunakan untuk menentukan jumlah cluster optimum, dimana argument yang diisikan adalah data hasil standarisasi, hierarki cluster dengan menggunakan metode Silhouette untuk memvalidari.

2.7 Proses Clustering

> clus_hier = eclust(Data, FUNcluster = "hclust", k = 2, hc_method = "ave", graph = TRUE)
> dend = fviz_dend(clus_hier, rect = TRUE, show_labels = TRUE, cex = 0.5)
> 
> idclus = clus_hier$cluster
> idobs = as.numeric(names(idclus))
> print(dend)
> 
> n <- length(idclus)
> idclus = clus_hier$cluster
> c1 = c(); c2 = c();
> for (i in 1:n){
+   if(idclus[i] == 1){c1 = c(c1,i)}
+   else if (idclus[i] == 2){c2 = c(c2,i)}
+ }
> clustering = list(Cluster1 = c1, Cluster2 = c2)
> clustering$Cluster1
> clustering$Cluster2

Fungsi eclust digunakan untuk menerapkan clustering yang berisi argumen data yang sudah di standarisasi, menerapkan metode cluster hierarki, dengan cluster optimum sebanyak 2 cluster dan metode average sebagai metode terbaik yang dipiih untuk melakukan clustering, serta graph = TRUE yang artinya akan memunculkan grafik dari hasil clustering yang kemudian disimpan pada variabel clus_hier. Fungsi fviz_dend digunakan untuk memvisualisasikan hasil clustering berbentuk dendogram yang berisi argument dari clus_hier, react = TRUE dengan menampilkan label.
Kemudian untuk mendapatkan anggota tiap cluster, mendefinisikan idclus dengan hanya memanggil cluster pada variabel clus_hier, lalu mendefinisikan c1 dan c2 dengan c() dan menggunakan looping for, dimana i untuk mengevaluasi setiap elemen dari 1 sampai n, di dalam loop digunakan if else if untuk menguji dan menyeleksi setiap elemen vektor data i=1 akan masuk ke cluster 1, jika bukan maka looping i=2 akan masuk ke cluster 2. Mendefinisikan clustering dengan fungsi list untuk cluster1 = c1 dan cluster2 = c2.

3 PEMBAHASAN

3.1 Statistika Deskriptif

Statistika deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk memberikan gambaran umum dan menyajikan data Indikator Pembangunan Ekonomi pada variabel Tingkat Pengangguran Terbuka (X1), Banyak Usaha/Perusahaan Industri Pengolahan Mikro dan Kecil (X2), Pengeluaran Per Kapita (X3), dan Indeks Pembangunan Manusia (X4).

 Kabupaten/Kota           X1              X2              X3       
 Length:38          Min.   :1.710   Min.   : 2009   Min.   : 9363  
 Class :character   1st Qu.:4.082   1st Qu.:13122   1st Qu.:10720  
 Mode  :character   Median :4.665   Median :21231   Median :11924  
                    Mean   :4.663   Mean   :23013   Mean   :12287  
                    3rd Qu.:5.600   3rd Qu.:30988   3rd Qu.:13419  
                    Max.   :8.050   Max.   :67609   Max.   :18977  
       X4       
 Min.   :66.19  
 1st Qu.:71.06  
 Median :73.91  
 Mean   :74.68  
 3rd Qu.:77.96  
 Max.   :84.00  
  • Provinsi Jawa Timur memiliki 38 Kabupaten/Kota, setiap Kabupaten/Kota mempunyai Tingkat Pengangguran Terbuka, wilayah yang memiliki Tingkat Pengangguran Terbuka terendah adalah Sumenep yaitu sebesar 1,71%, sedangkan wilayah yang memiliki Tingkat Pengangguran Terbuka tertinggi adalah Sidoarjo sebesar 8,05%.
  • Provinsi Jawa Timur memiliki 38 Kabupaten/Kota, setiap Kabupaten/Kota mempunyai Usaha/Perusahaan Industri Pengolahan Mikro dan Kecil, wilayah yang memiliki Banyak Usaha/Perusahaan Industri Pengolahan Mikro dan Kecil terendah adalah Kota Mojokerto yaitu sebanyak 2009 usaha, sedangkan wilayah yang memiliki Banyak Usaha/Perusahaan Industri Pengolahan Mikro dan Kecil terbanyak adalah Pamekasan sebanyak 67609 usaha.
  • Provinsi Jawa Timur memiliki 38 Kabupaten/Kota, setiap Kabupaten/Kota mempunyai Pengeluaran Per Kapita yang disesuaikan, wilayah yang memiliki Pengeluaran Per Kapita terendah adalah Sampang yaitu sebesar Rp 9393, sedangkan wilayah yang memiliki Pengeluaran Per Kapita tertinggi adalah Kota Surabaya sebesar Rp 18977.
  • Provinsi Jawa Timur memiliki 38 Kabupaten/Kota, setiap Kabupaten/Kota mempunyai Indeks Pembangunan Manusia, wilayah yang memiliki Indeks Pembangunan Manusia terendah adalah Sampang yaitu sebesar 66,19%, sedangkan wilayah yang memiliki Indeks Pembangunan Manusia tertinggi adalah Kota Malang sebesar 84%.

3.2 Asumsi

Uji Sampel Representatif

> Data <- data.frame(Data_IPE)
> kmo <- KMO(Data[,2:5])
Error in KMO(Data[, 2:5]): could not find function "KMO"
> kmo
Error: object 'kmo' not found

Nilai KMO lebih dari 0,5 dapat disimpulkan bahwa sampel telah representatif.

Uji Non Multikolinieritas

> korelasi <- cor(Data[,2:5], method = 'pearson')
> korelasi
           X1         X2         X3         X4
X1  1.0000000 -0.4266271  0.6333147  0.6060380
X2 -0.4266271  1.0000000 -0.5939283 -0.5977117
X3  0.6333147 -0.5939283  1.0000000  0.9378152
X4  0.6060380 -0.5977117  0.9378152  1.0000000

Nilai Korelasi pada variabel X3 dan X4 lebih dari 0,8 maka dapat disimpulkan terjadi multikolinieritas antar variabel.

3.3 Standarisasi Data

Tabel 2. Hasil standariasai Data Indikator Pembangunan Ekonomi Jawa Timur 2023
X1 X2 X3 X4
-1.9826695 1.6073706 -1.1514613 -0.7942952
-0.0020260 -0.0860689 -0.7197825 -0.3188352
-0.1000083 0.3610699 -0.8050578 -0.5777911
0.6908494 0.2260298 -0.3190326 -0.0068146
0.1729426 0.7376150 -0.3481941 -0.3910032
0.7888317 -0.1928040 -0.1480400 -0.0004469
0.7258431 1.1286841 -0.6610176 -0.3570418
-0.6949013 -0.4074901 -1.1342295 -1.1275416
-0.4569441 1.5833890 -0.8881240 -0.9046698
0.0609627 0.4653730 0.2354781 -0.1893573
-0.3589617 0.9257524 -0.4560033 -0.8749535
-0.9748509 0.7301841 -0.7003415 -0.8558502
-0.9958471 0.3139173 -0.2346409 -0.9174053
0.5718708 0.5631910 -0.4630728 -0.5884040
2.3705471 -0.4635597 1.3361044 1.5278172
0.0049728 -0.0703289 0.5213493 0.3285544
-0.0020260 0.3801201 -0.1272735 0.1014374
0.0119715 -0.7192510 0.2359199 0.0037983
0.3339136 -0.9517037 -0.0123948 -0.1405377
-0.3519630 -0.1547036 0.0918797 0.3434126
-1.5767426 0.0982855 -0.1723413 -0.2976093
-0.0230222 1.7162674 -0.6676452 -0.6117525
-0.1839932 -0.2975800 -0.4917925 -0.6966561
0.5578733 0.2337985 -0.1184367 0.1290311
1.5097020 -0.2473875 0.6994113 0.7976466
1.0617826 -0.1803065 -1.2588287 -1.6688018
-1.3597816 -0.5150358 -1.2919668 -1.8025249
-2.0456582 3.0126255 -1.2667818 -0.9258957
-2.0666544 0.5862268 -1.0957893 -1.1784838
-0.4219504 -1.2794750 0.4369576 1.3346616
0.4039010 -1.3114279 0.9989796 1.2943324
1.4957045 -0.8225408 2.1804628 1.9778061
-0.0930096 -1.3368282 0.3145676 0.4771357
0.6838506 -1.1917901 0.8673109 0.7679304
0.0469652 -1.4189061 0.9433076 1.3198035
0.8308242 -1.3470288 2.1331858 1.9162510
1.4677096 -0.3300734 2.9558941 1.9756835
-0.1000083 -1.3456102 0.5814397 0.9313697

3.4 Koefisien Korelasi Cophenetic

Tabel 3. Hasil Koefisien Korelasi Cophenetic
Metode Korelasi.Cophenetic
Single Linkage 0.7317167
Complete Linkage 0.6423605
Average Linkage 0.7800783
Centroid 0.7777137
Ward 0.5822808

Koefisien Korelasi dengan Single Linkage yaitu sebesar 0,7317167
Koefisien Korelasi dengan Complete Linkage yaitu sebesar 0.6423605
Koefisien Korelasi dengan Average Linkage yaitu sebesar 0.7800783
Koefisien Korelasi dengan Centroid Linkage yaitu sebesar 0.7777137
Koefisien Korelasi dengan Ward’s Method yaitu sebesar 0.5822808

Nilai korelasi yang paling mendekati 1 adalah dengan metode Average Linkage, sehingga terpilih sebagai metode terbaik.

3.5 Cluster Optimum

Berdasarkan plot diatas, dengan menggunakan metode silhouette untuk memvalidasi jumlah cluster, didapat jumlah cluster optimum sebanyak 2 cluster.

3.6 Proses Clustering

Dengan melihat selisih terpanjang dari gambar diatas terlihat bahwa pemotongan yang tepat akan menghasilkan 2 cluster, dimana pada cluster 1 sebanyak 37 anggota dan cluster 2 sebanyak 1 anggota.

> n <- length(idclus)
> idclus = clus_hier$cluster
> c1 = c(); c2 = c();
> for (i in 1:n){
+   if(idclus[i] == 1){c1 = c(c1,i)}
+   else if (idclus[i] == 2){c2 = c(c2,i)}
+ }
> clustering = list(Cluster1 = c1, Cluster2 = c2)
> clustering$Cluster1
 [1]  1  2  3  4  5  6  7  8  9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
[26] 26 27 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
> clustering$Cluster2
[1] 28

Berdasarkan hasil clustering, diperoleh anggota tiap cluster sebagai berikut:

Tabel 4. Anggota Cluster
Cluster Anggota
1 Pacitan, Ponorogo,Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Kediri, Malang, Lumajang, Jember, Banyuwangi, Bondowoso, Situbondo, Probolinggo, Pasuruan, Sidoarjo, Mojokerto, Jombang, Nganjuk, Madiun, Magetan, Ngawi, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik, Bangkalan, Sampang, Sumenep, Kota Kediri, Kota Blitar, Kota Malang, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan, Kota Mojokerto, Kota Madiun, Kota Surabaya, Kota Batu
2 Pamekasan

3.7 Karakteristik Tiap Cluster

> aggregate(Data, list(idclus), mean)
  Group.1          X1          X2          X3          X4
1       1  0.05528806 -0.08142231  0.03423735  0.02502421
2       2 -2.04565821  3.01262546 -1.26678185 -0.92589567

Tingkat Pengangguran Terbuka (X1), Banyak Usaha/Perusahaan Industri Pengolahan Mikro dan Kecil (X2), Pengeluaran Per Kapita (X3), dan Indeks Pembangunan Manusia (X4)

  • Cluster 1 variabel Tingkat Pengangguran Terbuka (X1), Pengeluaran Per Kapita (X3), dan Indeks Pembangunan Manusia (X4) memiliki karakteristik yang lebih tinggi dibandingkan cluster 2.
  • Cluster 2 variabel Banyak Usaha/Perusahaan Industri Pengolahan Mikro dan Kecil (X2) lebih tinggi dibandingan cluster 1.

4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis diperoleh anggota cluster 1 memiliki Indeks Pembangunan Ekonomi yang lebih tinggi dibandingan anggota cluster 2.

4.2 Saran

Untuk peneliti lain sebaiknya menambahkan variabel indikator pembangunan ekonomi yang lain agar dapat membandingkan hasil penelitian.

4.3 Daftar Pustaka

Apriliana & Widodo, E. 2023. Analisis Cluster Hierarki untuk Pengelompokan Provinsi di Indonesia berdasarkan Jumlah Base Transceiver Station dan Kekuatan Sinyal. Konvergens Teknologi dan Sistem Informasi. 3(2).
Febriana, S., Diartho, H., C., Istiyani, N. 2019. Hubungan Pembangunan Ekonomi Terhadap Kualitas Lingkungan Hidup du Provinsi Jawa Timur. Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan. 2(2).
Hasan, M. & Aziz, M. 2018. Pembangunan Ekonomi & Pemberdayaan Masyarakat. CV Nur Lina. Goreti, M., Yuki, N., M., Wahyuningsih, S. 2016. Perbandingan Hasil Analisis Cluster dengan Menggunakan Metode Single Linkage dan Metode C-Means. Jurnal EKSPONENSIAL. 7(1).
Martias, L., D. 2021. Statistika Deskriptif sebagai kumpulan informasi. Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi. 16(1).
Pratiwi, S., I., Widiharih, T., Hakim, A., R. 2019. Analisis Klaster Metode Ward dan Average Linkage dengan Validasi Dunn Index dan Koefisien Korelasi Cophenetic. Jurnal Gaussian. 8(4).