1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisis regresi logistik merupakan analisis yang menjelaskan korelasi antara satu atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikan yang merupakan variabel dikotomis. Berbeda dengan regresi linier yang memprediksi nilai numerik, regresi logistik memprediksi probabilitas kejadian dari suatu peristiwa. Dengan menggunakan regresi logistik, maka dapat mengidentifikassi dan mengukur pengaruh dari berbagai faktor atau variabel indipenden terhadap probabilitas hasil tertentu

Peranan analisis regresi logistik dalam berbagai bidang cukup luas seperti pada bidang kedokteran, pemasaran dan juga bidang ilmu sosial. Tujuan dari analisis regresi logistik adalah menangani variabel indipenden yang bersifat kontinyu dan kategorikan, serta tidak mengharuskan hubungan linier antara variabel independen dan dependen.

1.2 Tinjauan Pustaka

  1. Regresi Logistik

    Regresi logistik (logistic regression) merupakah suatu bentuk regresi yang digunakan pada saat variabel tak bebas (dependent variable) bersifat kategorik (berskala nominal atau ordinal). Regresi logistik memungkinkan peneliti untuk memahami bagauimana variabel indipendent mempengaruhi probabilitas hasil tertentu. Berikut persamaan untuk analisis regresi logistik :

    \[Y=\beta_{0}+\beta_{1}X_{1}+\beta_{2}X_{2}+...+ \beta_{p}X_{p}\]

    Keterangan :

    \(Y=\) Variabel Respon (yang dipengaruhi)

    \(Xi=\) Variabel Prediktor (yang mempengaruhi)

    \(\beta_{0}=\) Intercept

    \(\beta_{1}=\) Koefisiensi regresi variabel prediktor

  2. Regresi Logistik Biner

    Regresi logistik biner merupakan metode statistik yang digunakan untuk menghubungkan antara satu atau lebih variabel prediktor(independen) dan variabel respon biner(dependen) yang hanya memilki dua kategori, seperti “ya” atau “tidak”, “sukses” atau “gagal”, dan “benar” atau “salah”. Berikut persamaan untuk analisis regresi logistik biner:

    \[\pi_{i}(x)= \frac{exp(\beta_{0}+\beta_{1i}X_{1i}+\beta_{2i}X_{2i}+...+ \beta_{p}X_{pi})}{1+ exp(\beta_{0}+\beta_{1i}X_{1i}+\beta_{2i}X_{2i}+...+ \beta_{p}X_{pi})})\]

    menjadi \[g(x)=ln (\frac{\pi(x)}{1-\pi(x)})\]

    \[g(x)=\beta_{0}+\beta_{1}X_{1}+\beta_{2}X_{2}+...+ \beta_{p}X_{p}\]

    Keterangan:

    \(P(Y=1)\) = Probabilitas bahwa variabel dependen Y sama dengan 1

    \(\beta_{0}=\) Intercept model

    \(\beta_{1},\beta_{2},...,\beta_{k}=\) Koefisien regresi untuk variabel prediktor X1 ,…, Xk

  3. Asumsi Linieritas pada Logit

    Asumsi pada model regresi logistik penting dikarenakan jika tidak terpenuhi, maka model dapat memberikan hasil yang tidak akurat. Asumsi linieritas dalam model regresi logistik mengacu pada hubungan linier antara variabel indipenden dan logit dari probabilitas kejadian.

  4. Uji Kelayakan Model

    Uji ini dinilai dengan menggunakan Hosmer dan Lemeshow’s yang diukur dengan nilai chi-square. Model ini menguji dengan hipotesis \(H_{0}\) = Model layak versus \(H_{1}\)= Model tidak layak. Pengambilan keputusan terkait uji kelayakan model adalah jika nilai probabilitis (p-value) 0,05 ≤ (nilai signifikasi), maka tolak \(H_{0}\) artinya terdapat perbedaan signifikasi antara model dengan nilai observasinya, sehingga Goodness of Fit Test tidak bisa mempredrediksi nilai observasinya. Jika nilai probabilitas (p-value) \(≥\) 0,05 (nilai signifikasi), maka terima \(H_{0}\) artinya model sesuai dengan nilai observasinya, sehingga Goodness of Fit Test bisa mempredrediksi nilai observasinya.

  5. Uji Signifikasi Keseluruhan Model

    Uji signifikasi model adalah teknik untuk menguji apakah model regresi yang dibuat menunjukkan efek signifikan secara statistika pada variabel dependen. Uji ini juga dapat menguji apakah model regresi memenuhi persyaratan asumsi untuk analisis regresi.

  6. Uji Parsial Parameter Model

    Pengujian parsial ini dilakukan dengan menguji setiap \(\beta_j\) secara parsial. Hasil dari pengujian ini akan menunjukkan apakah suatu variabel bebas layak unruk masuk dalam model atau tidak. Uji parsial ini menguji dengan hipotesis \(H_{0}= \beta_j\) (tidak terdapat pengaruh variabel bebas ke-j terhadap variabel terikat) versus \(H_{1}=\beta_j≠0\) (terdapat pengaruh variabel bebas ke-j terhadap variabel terikat).

    Pengambilan keputusan terkait uji kelayakan model adalah jika nilai probabilitis (p-value) ≤ 0,05(nilai signifikasi), maka tolak \(H_{0}\). Jika nilai probabilitas (p-value) ≥ 0,05 (nilai signifikasi), maka terima \(H_{0}\).

  7. Koefisien Determinasi (R-Squared)

    Koefisien Determinasi pada regresi logistik dilihat dari Nagelkerke R Square. Nagelkerke R-Square merupakan modisikasi cox dan snell untuk memastikan bahwa nilai akan bervariasi dari 0 sampai 1.

    Pengambilan keputusan koefisiensi determinasi adalah jika R-Squared mendekati 0 maka kemampuan variabel-variabel dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas, sedangkan R-Squared mendekati 1 maka variabel independen mampu memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabilitas variabel dependen.

  8. Odds Ratio

    Odds Ratio (OR) merupakah ukuran kekuatan asosiasi antara dua kejadian. Odds ratio di dalam regresi logistik menunjukkan seberapa besar kemungkinan terjadinya peristiwa (kejadian) untuk setiap unit perubahan dalam variabel indipenden.

  9. Klasifikasi

    Klasifikasi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memprediksi kelas dari suatu objek berdasarkan variabel yang ada. Klasifikasi ini menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi logistik untuk mempredeksi kemungkinan terjadinya kejadian.

1.4 Tujuan

Tujuan dari analisis ini untuk mengidentifikasi faktor yang signifikan mempengaruhi hasil biner. Selain itu, analisis ini juga bertujuan untuk mengembangkan model prediktif yang dapat digunakan memperkirakan probabilitas kejadian suatu peristiwa di masa depan. Diharapkan hasil analisis ini dapat memberikan wawasan yang berharga bagi pengambil keputusan untuk merumuskan strategi yang lebih efektif.

2 SOURCE CODE

2.1 Library

Berikut merupakan library yang digunakan untuk analisis regresi logistik:

> #Library
> library(knitr)
> library(rmarkdown)
> library(tinytex)
> library(prettydoc)
> library(generalhoslem)
> library(pscl)
  • library knitr digunakan untuk mengubah dokumen yang berisi format lain seperti HTML, PDF, atau Word.
  • library rmarkdown digunakan untuk membuat dan merender dokumen dari R Markdown (.Rmd) menjadi beberapa format seperti HTML, PDF, atau Word.
  • library tinytex digunakan untuk mengelola instalasi LaTeX dan membuat proses render dokumen R Markdown ke format PDF.
  • library prettydoc digunakan untuk membuat dokumen HTML dari R Markdown dengan tampilan yang lebih menarik dan profesional.
  • library generalhoslem digunakan untuk melakukan uji kelayakan model Library generalhoslem memanggil function logistgof
  • library pscl digunakan untuk menilai kekuatan prediksi dari model regresi logistik Library pscl memanggil function pR2

2.2 Impor Data

> #Import Data
> Y <- c(0,0,1,1,1,1,1,1,1,1,1,1,
+        0,1,0,1,0,1,1,1,1,0,1,0,
+        0,1,0,1,0,1,1,0,1,0,0)
> Y
 [1] 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0
> 
> X <- c(45,15,40,83,90,25,35,65,
+        95,35,75,45,50,75,30,25,
+        20,60,70,30,60,61,65,15,
+        20,45,15,25,15,20,40,15,
+        135,20,40)
> X
 [1]  45  15  40  83  90  25  35  65  95  35  75  45  50  75  30  25  20  60  70
[20]  30  60  61  65  15  20  45  15  25  15  20  40  15 135  20  40
> #Membuat data frame
> data <- data.frame (Y,X)
> data
   Y   X
1  0  45
2  0  15
3  1  40
4  1  83
5  1  90
6  1  25
7  1  35
8  1  65
9  1  95
10 1  35
11 1  75
12 1  45
13 0  50
14 1  75
15 0  30
16 1  25
17 0  20
18 1  60
19 1  70
20 1  30
21 1  60
22 0  61
23 1  65
24 0  15
25 0  20
26 1  45
27 0  15
28 1  25
29 0  15
30 1  20
31 1  40
32 0  15
33 1 135
34 0  20
35 0  40
> 
> str(data)
'data.frame':   35 obs. of  2 variables:
 $ Y: num  0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 ...
 $ X: num  45 15 40 83 90 25 35 65 95 35 ...
> head(data)
  Y  X
1 0 45
2 0 15
3 1 40
4 1 83
5 1 90
6 1 25
  • Function data.frame digunakan untuk membuat data frame. Argument yang diisikan dalam function adalah Y dan Y. Argument ini digunakan untuk memanggil data yang akan di input pada data frame.
  • Function str digunakan untuk membuat data frame. Argument yang diisikan dalam function adalah Y dan Y. Argument ini digunakan untuk memanggil data yang akan di input pada data frame.
  • Function head digunakan untuk membuat data frame. Argument yang diisikan dalam function adalah Y dan Y. Argument ini digunakan untuk memanggil data yang akan di input pada data frame.

2.3 Model Regresi Logistik

> #Analisis Regresi Logistik
> regresi_logistik <- glm(Y~X, family=binomial, data=data)
> summary(regresi_logistik) 

Call:
glm(formula = Y ~ X, family = binomial, data = data)

Coefficients:
            Estimate Std. Error z value Pr(>|z|)   
(Intercept) -2.01671    0.94613  -2.132  0.03305 * 
X            0.06541    0.02511   2.605  0.00918 **
---
Signif. codes:  0 '***' 0.001 '**' 0.01 '*' 0.05 '.' 0.1 ' ' 1

(Dispersion parameter for binomial family taken to be 1)

    Null deviance: 46.180  on 34  degrees of freedom
Residual deviance: 34.468  on 33  degrees of freedom
AIC: 38.468

Number of Fisher Scoring iterations: 5

Function glm digunakan untuk melakukan regresi linear umum pada data. - Argument yang diisikan dalam function glm adalah Y~X . Argument ini digunakan untuk menentukan bahwa variabel dependen adalah ‘Y’ dan variabel indipenden adalah ‘X’ - Argument yang diisikan dalam function glm adalah family=binomial Argument ini digunakan untuk menentukan model regresi logistik yaitu binomial. - Argument yang diisikan dalam function glm adalah data=data Argument ini digunakan untuk menentukan data yang akan digunakan berasal dari mana. Function summary digunakan untuk menampilkan ringkasan model regresi. Argument yang diisikan dalam function digunakan untuk menampilkan nilai yang ingin dimunculkan.

2.4 Asumsi Linieritas pada Logit

> #Asumsi Linieritas pada Logit 
> long_x <- log(X) 
> long_x
 [1] 3.806662 2.708050 3.688879 4.418841 4.499810 3.218876 3.555348 4.174387
 [9] 4.553877 3.555348 4.317488 3.806662 3.912023 4.317488 3.401197 3.218876
[17] 2.995732 4.094345 4.248495 3.401197 4.094345 4.110874 4.174387 2.708050
[25] 2.995732 3.806662 2.708050 3.218876 2.708050 2.995732 3.688879 2.708050
[33] 4.905275 2.995732 3.688879
> interaction <- long_x*X  
> model<- glm(Y~X + interaction, family = binomial, data=data)
> summary(model)

Call:
glm(formula = Y ~ X + interaction, family = binomial, data = data)

Coefficients:
            Estimate Std. Error z value Pr(>|z|)
(Intercept) -4.11235    2.78589  -1.476    0.140
X            0.33502    0.32049   1.045    0.296
interaction -0.05706    0.06632  -0.860    0.390

(Dispersion parameter for binomial family taken to be 1)

    Null deviance: 46.180  on 34  degrees of freedom
Residual deviance: 33.913  on 32  degrees of freedom
AIC: 39.913

Number of Fisher Scoring iterations: 5
  • Variabel long_x <- log(X) merupakan hasil dari menghitung logaritma natural dari variabel X
  • Variabel interaction <- X*long_x merupakan hasil dari menghitung hasil perrkalian antara variabel X dan logaritmanya.

2.5 Uji Kelayakan Model

> #Uji Kelayakan Model 
> logitgof(Y,fitted(regresi_logistik))

    Hosmer and Lemeshow test (binary model)

data:  Y, fitted(regresi_logistik)
X-squared = 9.1722, df = 7, p-value = 0.2405
  • Function logitgof digunakan untuk mengubah long-odds ke oods. Argument yang diisikan dalam function adalah (regresi_logistik) digunakan untuk mengevaluasi apakah model regresi logistik yang dihasilkan memiliki kesesuaian yang baik dengan data.

2.6 Uji Signifikasi Keseluruhan Model

> #Uji Signifikansi Keseluruhan Model
> pR2(regresi_logistik)
fitting null model for pseudo-r2
        llh     llhNull          G2    McFadden        r2ML        r2CU 
-17.2339498 -23.0899065  11.7119135   0.2536154   0.2843944   0.3881402 
> qchisq(0.95,34)
[1] 48.60237
  • Function pR2 digunakan untuk menguji signifikasi dari keseluruhan model regresi logistik. Argument yang diisikan dalam function adalah (regresi_logistik) digunakan untuk menampilkan data yang akan digunakan pada function ini.
  • Function qchisq digunakan untuk menampilkan chi-square tabel. Argument yang diisikan dalam function adalah 0,95 dan 34 digunakan untuk menyebutkan taraf signifikan dan df yang akan digunakan.

2.7 Uji Parsial Parameter Model

> #Uji Parsial Parameter Model
> summary(regresi_logistik)

Call:
glm(formula = Y ~ X, family = binomial, data = data)

Coefficients:
            Estimate Std. Error z value Pr(>|z|)   
(Intercept) -2.01671    0.94613  -2.132  0.03305 * 
X            0.06541    0.02511   2.605  0.00918 **
---
Signif. codes:  0 '***' 0.001 '**' 0.01 '*' 0.05 '.' 0.1 ' ' 1

(Dispersion parameter for binomial family taken to be 1)

    Null deviance: 46.180  on 34  degrees of freedom
Residual deviance: 34.468  on 33  degrees of freedom
AIC: 38.468

Number of Fisher Scoring iterations: 5

2.8 Koefisien Determinasi (R-Squared)

> #R-Square
> summary(regresi_logistik)

Call:
glm(formula = Y ~ X, family = binomial, data = data)

Coefficients:
            Estimate Std. Error z value Pr(>|z|)   
(Intercept) -2.01671    0.94613  -2.132  0.03305 * 
X            0.06541    0.02511   2.605  0.00918 **
---
Signif. codes:  0 '***' 0.001 '**' 0.01 '*' 0.05 '.' 0.1 ' ' 1

(Dispersion parameter for binomial family taken to be 1)

    Null deviance: 46.180  on 34  degrees of freedom
Residual deviance: 34.468  on 33  degrees of freedom
AIC: 38.468

Number of Fisher Scoring iterations: 5
> R2 <- 1 -(34.468/46.180)
> R2
[1] 0.2536163

Argument R2 <- 1 -(34.468/46.180) digunakan untuk menghitung nilai R-Squared. Dimana R-Squared diperoleh dari 1 - (Residual Deviace/Null Deviace). Nilai Residual dan Null deviace diperoleh dari function summary(regresi_logistik).

2.9 Odds Ratio

> #Odds Ratio
> beta <-(coef(regresi_logistik))
> beta
(Intercept)           X 
-2.01670655  0.06540861 
> 
> OR_beta <-exp(beta)
> OR_beta
(Intercept)           X 
  0.1330931   1.0675952 
> 
> sk_OR_beta <- exp(confint(regresi_logistik))
> sk_OR_beta
                 2.5 %    97.5 %
(Intercept) 0.01641163 0.7298772
X           1.02397186 1.1323864
> 
> cbind(beta,OR_beta)
                   beta   OR_beta
(Intercept) -2.01670655 0.1330931
X            0.06540861 1.0675952
  • Function coef digunakan untuk mengambil estimasi parameter(koefiensi) dari model regresi logistik. Argument yang diisikan dalam function adalah (regresi_logistik) digunakan untuk menampilkan data yang akan digunakan pada function ini.
  • Function exp digunakan untuk mengubah long-odds ke oods. Argument yang diisikan dalam function adalah (regresi_logistik) digunakan untuk menampilkan data yang akan digunakan pada function ini.
  • Function exp digunakan untuk mengubah long-odds ke oods. Function confint digunakan untuk menghitung interval kepercayaan untuk koefisien. Argument yang diisikan dalam function adalah (regresi_logistik) digunakan untuk menampilkan data yang akan digunakan pada function ini.
  • Function cbind digunakan untuk menggabungkan hasil ke dalam satu tabel. Argument yang diisikan dalam function adalah beta, odds ratio dan selang kepercayaan.

2.10 Klasifikasi

> #Membentuk klasifikasi
> yp_hat <- fitted(regresi_logistik)
> kelas <- table(Y,yp_hat >0.5)
> kelas
   
Y   FALSE TRUE
  0     9    4
  1     5   17
  • Function fitted digunakan untuk mendapatkan nilai yang diperediksi dari model regresi logistik. Argument yang diisikan dalam function adalah (regresi_logistik) digunakan untuk menampilkan data yang akan digunakan pada function ini.
  • Function table digunakan untuk mengubah long-odds ke oods. Argument yang diisikan dalam function digunakan untuk membandingkan nilai aktual Y dengan nilai prediksi dari yp_hat.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Model Regresi Logistik

> summary(regresi_logistik)

Call:
glm(formula = Y ~ X, family = binomial, data = data)

Coefficients:
            Estimate Std. Error z value Pr(>|z|)   
(Intercept) -2.01671    0.94613  -2.132  0.03305 * 
X            0.06541    0.02511   2.605  0.00918 **
---
Signif. codes:  0 '***' 0.001 '**' 0.01 '*' 0.05 '.' 0.1 ' ' 1

(Dispersion parameter for binomial family taken to be 1)

    Null deviance: 46.180  on 34  degrees of freedom
Residual deviance: 34.468  on 33  degrees of freedom
AIC: 38.468

Number of Fisher Scoring iterations: 5

Berdasarkan perhitungan didapatkan, nilai \(\beta_{0}= -2,01671\) dan \(\beta_{1}= 0,06541\). Sehingga model regresi logistik untuk kasus tersebut sebagai berikut:

\[g(x)=ln (\frac{\pi(x)}{1-\pi(x)})=-2,01671+06541x\]

Interpretasi:

  • Nilai long-odds bagi kejadian positif sakit tenggorokan atau (Y=1) bagi durasi operasi ketika durasi nol menit atau (X=0) sebesar -2,01671. Mungkin secara klinis hal ini tidak masuk akal tetapi ini merupakan titik referensi untuk model.

  • Koefisiensi untuk menunjukkan perubahan long-odds  untuk setiap tambahan satu menit dalam durasi operasi sebesar 0,06541. Ini menunjukkan bahwa setiap tambahan satu menit dalam durasi operasi maka akan meningkatkan long-odds dari positif sakit tenggorokan (Y=1) sebesar 0,06541.

3.2 Asumsi Linieritas pada Logit

> #Asumsi Linieritas pada Logit 
> summary(model)

Call:
glm(formula = Y ~ X + interaction, family = binomial, data = data)

Coefficients:
            Estimate Std. Error z value Pr(>|z|)
(Intercept) -4.11235    2.78589  -1.476    0.140
X            0.33502    0.32049   1.045    0.296
interaction -0.05706    0.06632  -0.860    0.390

(Dispersion parameter for binomial family taken to be 1)

    Null deviance: 46.180  on 34  degrees of freedom
Residual deviance: 33.913  on 32  degrees of freedom
AIC: 39.913

Number of Fisher Scoring iterations: 5

Interpretasi:

Berdasarkan perhitungan di atas didapatkan nilai p-valueinteraction’ sebesar 0,390 lebih besar dari α(0,05), sehingga memberikan keputusan tolak \(H_0\). Maka dari itu dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan linier antara durasi operasi dan logit dari sakit tenggorokan.

3.3 Uji Kelayakan Model

> #Uji Kelayakan Model 
> logitgof(Y,fitted(regresi_logistik))

    Hosmer and Lemeshow test (binary model)

data:  Y, fitted(regresi_logistik)
X-squared = 9.1722, df = 7, p-value = 0.2405

Interpretasi:

Berdasarkan output diatas dapat dilihat bahwa variabel \(X\) (Durasi Operasi) memiliki p-value sebesar 0,2405 atau lebih besar dari \(\alpha\) (0,05), sehingga memberikan keputusan tolak \(H_0\). Maka dari itu dapat diambil kesimpulan bahwa durasi operasi berpengaruh signifikan terhadap terjadinya sakit tenggorokan.

3.4 Uji Signifikasi Keseluruhan Model

> pR2(regresi_logistik)
fitting null model for pseudo-r2
        llh     llhNull          G2    McFadden        r2ML        r2CU 
-17.2339498 -23.0899065  11.7119135   0.2536154   0.2843944   0.3881402 
> qchisq(0.95,33)
[1] 47.39988

Interpretasi:

Berdasarkan perhitungan di atas dapat dilihat nilai \(G^2\) sebesar 11,7119 lebih besar dari \(\chi^2\) sebesar 15,50731, sehingga memberikan keputusan tolak \(H_0\). Maka dari itu dapat diambil kesimpulan bahwa model signifikan.

3.5 Uji Parsial Parameter Model

> #Uji Parsial Parameter Model
> summary(regresi_logistik)

Call:
glm(formula = Y ~ X, family = binomial, data = data)

Coefficients:
            Estimate Std. Error z value Pr(>|z|)   
(Intercept) -2.01671    0.94613  -2.132  0.03305 * 
X            0.06541    0.02511   2.605  0.00918 **
---
Signif. codes:  0 '***' 0.001 '**' 0.01 '*' 0.05 '.' 0.1 ' ' 1

(Dispersion parameter for binomial family taken to be 1)

    Null deviance: 46.180  on 34  degrees of freedom
Residual deviance: 34.468  on 33  degrees of freedom
AIC: 38.468

Number of Fisher Scoring iterations: 5

Interpretasi:

Berdasarkan output diatas dapat dilihat bahwa variabel X (Durasi Operasi) memiliki p-value sebesar 0,00918 atau lebih besar dari \(\alpha\) (0,05), sehingga memberikan keputusan tolak \(H_{0}\) . Maka dari itu dapat diambil kesimpulan bahwa durasi operasi berpengaruh signifikan terhadap terjadinya sakit tenggorokan.

3.6 Koefisien Determinasi (R-Squared)

> #Koefisien Determinasi(R Squared)
> R2
[1] 0.2536163

Interpretasi:

Durasi operasi dapat menjelaskan sakit tenggorokan sebesar 25,3%.

3.7 Odds Ratio

> #Odds Ratio
> OR_beta
(Intercept)           X 
  0.1330931   1.0675952 

Interpretasi:

Apabila terjadi peningkatan satu menit pada durasi operasi, maka kecenderungan seseorang positif sakit tenggorokan atau Y=1 meningkat sebesar 1,330931 kali lipat daripada negatif sakit tenggorokan atau Y=0. Ini menunjukkan bahwa durasi operasi memiliki dampak signifikan terhadap kemungkinan pasien mengalami positif sakit tenggorokan setelah operasi.

3.8 Klasifikasi

> #Membentuk klasifikasi
> kelas
   
Y   FALSE TRUE
  0     9    4
  1     5   17

Interpretasi:

  • Dari 13 amatan Y=0 yang dihasilkan, hanya 4 amatan yang terklasifikasi sebagai benar.

  • Dari 22 amatan Y=1 yang dihasilkan, terdapat 17 amatan yang terklasifikasi sebagai benar.

4 KESIMPULAN

Dari hasil perhitungan analisis regresi yang sudah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa prediktor (Jenis Perangkat) cukup berpengaruh terhadap variabel respons (Sakit Tenggorokan) yang berarti bahwa pasien harus memilih jenis perangkat untuk operasi yaitu Laryngeal Mask Aiway atau (X=1) untuk meminimalisir terjadinya sakit tenggorokan setelah operasi.

5 DAFTAR PUSTAKA

Willey.(1998).Encylopedia of Biostatistic. New York

Enddy Roffin, Freza Riana, Ensiwin Munarsih, Pariyana, Iche Liberty.(2023) Regresi Logistik Biner dan Multinomial. NEM

Ghozali, I. (2016) Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS 23. Edisi 8. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hosmer, D. W. and Lemeshow, S. (2000). Applied Logistic Regression. John Wiley and Sons, Inc. USA.

Suhermin Ari Pujianti. 2002. Perbandingan Metode Klasifikasi Analisis Deskrriminan, Regresi Logistik dan Jaringan Saraf Tiruan Pada Kasus Pengelompokan Bunga. Pasca Sarjana Jurusan

Ayungtyas, Deisi Antika (2017) Klasifikasi Menggunakan Metode Regresi Logistik Dan Support Vector Machine. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.