Pendahuluan
Provinsi Papua merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan tingkat partisipasi sekolah yang masih tergolong rendah dibandingkan dengan provinsi lain. Hal ini terlihat dari data Angka Partisipasi Sekolah (APS) Papua pada tahun 2021 yang menunjukkan bahwa APS untuk usia 7-12 tahun sebesar 83.43%, untuk usia 13-15 tahun sebesar 80.02%, serta untuk usia 16-18 tahun sebesar 63.98%.
Perbedaan APS antar kelompok usia tersebut menunjukkan adanya kesenjangan akses pendidikan di Provinsi Papua. Kesenjangan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti faktor ekonomi, sosial, budaya, dan geografis. Memahami pola APS antar kelompok usia di Papua menjadi penting untuk merumuskan kebijakan yang tepat dalam meningkatkan akses pendidikan dan partisipasi sekolah. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perbandingan APS di Provinsi Papua antara usia 7-12 tahun, 13-15 tahun, dan 16-18 tahun pada tahun 2021.
Landasan Teori
Angka Partisipasi Sekolah
Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan indikator penting untuk mengukur tingkat partisipasi penduduk usia sekolah dalam menempuh pendidikan. Di Indonesia, APS menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan pendidikan. APS adalah gambaran penduduk yang bersekolah menurut kelompok umur. Kegiatan bersekolah tidak saja bersekolah di jalur formal akan tetapi juga termasuk bersekolah di jalur non formal seperti paket A setara SD/MI, paket B setara SMP/MTs dan paket C setara SM/MA. Di Papua, APS menjadi perhatian khusus karena masih tertinggal dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia.
Uji Kruskal Wallis
Uji Kruskal Wallis merupakan pengembangan dari uji Wilcoxon dengan kategori lebih dari dua variabel yang saling independen. Uji ini juga merupakan pengembangan dari metode anova satu arah untuk kondisi dimana beberapa persyaratan tidak bisa terpenuhi untuk analisis parametik (Lukiastuti & Hamdani, 2012). Statistik uji Kruskal Wallis dapat dituliskan dengan persamaan berikut: \[ T = \frac{12}{N(N+1)} \sum_{i=1}^k \frac{{R_i}^2} {n_i} - 3(N+1) \] keterangan:
N: jumlah sampel
\({R_i}\): jumlah peringkat pada kelompok i
\({n_i}\): jumlah sampel pada kelompok i
Metode Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan yang diteliti, metode yang kami gunakan adalah metode kuantitatif dimana metode kuantitatif merupakan metode penelitian yang berbentuk angka untuk menguji suatu hipotesis dengan jenis data adalah data primer yang didapat dari website Badan Pusat Statistik (BPS). Adapun analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah uji statistik nonparametrik yaitu Uji Kruskal Wallis.
Data
Penelitian ini menggunakan Data yang diambil dari Website Badan Pusat Statistik Papua yaitu Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Papua pada tahun 2021. Variabel data yang digunakan adalah variabel Independent. Berikut keterangan variabel independent data sebagai berikut :
\(X_1\) : Angka Partisipasi Sekolah Kelompok Usia 7-12 di Papua pada tahun 2021
\(X_2\) : Angka Partisipasi Sekolah Kelompok Usia 13-15 di Papua pada tahun 2021
\(X_3\) : Angka Partisipasi Sekolah Kelompok Usia 16-18 di Papua pada tahun 2021
# Membaca Data
library(readxl)
DataSIM <- read_excel("C:/Users/Asus/Documents/SEMESTER 4/SIM/Data SIM TBP 2.xlsx")
# Menampilkan Data
DataSIM
## # A tibble: 29 × 4
## Kabupaten `7-12` `13-15` `16-18`
## <chr> <dbl> <dbl> <dbl>
## 1 Merauke 95.8 97.2 81.8
## 2 Jayawijaya 89.7 89.0 80.1
## 3 Jayapura 96.0 95.2 84.3
## 4 Nabire 94.4 95.5 83.4
## 5 Kepulauan Yapen 93.8 95.1 78.9
## 6 Biak Numfor 97.5 97.5 89.1
## 7 Paniai 83.1 80.2 46.6
## 8 Puncak Jaya 75.7 66.0 37.6
## 9 Mimika 95.6 94.8 84.6
## 10 Boven Digoel 91.0 91 62.0
## # … with 19 more rows
Metode Analisis Data
Library
Sebelum melakukan analisis dengan uji Kruskal Wallis, terdapat beberapa library yang perlu disiapkan. Berikut merupakan library yang perlu dipersiapkan:
# Library yang Diperlukan
library(readxl)
library(dplyr)
library(stats)
Langkah Pengujian
Langkah-langkah untuk menerapkan uji Kruskal-Wallis adalah sebagai berikut :
1. Menetapkan hipotesis
\({H_0}\) : \(\mu_{1}=\mu_{2}=...=\mu_{n}\)
\({H_1}\) : \(\mu_{1}\neq\mu_{2}\neq...\neq\mu_{n}\)
2. Menentukan taraf signifikansi
\(\alpha\) = 5%
3. Menentukan daerah kritis
\({H_0}\) ditolak jika \(X^{2}_{hit}>X^{2}_{(1-\alpha;k-1)}\)
4. Menentukan statistik uji
\(X^{2}_{hit} = \frac{12}{N(N+1)} [\sum\frac{{R_i}^2} {n_i}] - 3(N+1)\)
keterangan:
\(X^{2}_{hit}\) : nilai Kruskal-Wallis dari hasil perhitungan
\({R_i}\) : jumlah rank pada kelompok i
\({n_i}\) : banyaknya data pada kelompok i
k : banyaknya kelompok
N : jumlah seluruh data
5. Membuat kesimpulan berdasarkan statistika uji dan hipotesis sebelumnya
Masing-masing nilai observasi diberi ranking secara keseluruhan dalam satu rangkaian. Pemberian ranking diurutkan dari nilai yang terkecil hingga nilai yang terbesar. Nilai yang terkecil diberi ranking 1 dan nilai yang terbesar diberi ranking N (jumlah seluruh data). Jika terdapat nilai data yang sama, maka rank untuk nilai yang sama adalah rata-rata ranking dari nilai-nilai observasi yang sama.
Hasil dan Pembahasan
Uji Normalitas
Sebelum melakukan uji Kruskal Wallis, perlu dilakukan uji normalitas untuk memastikan bahwa data telah melanggar asumsi analisis statistika parametrik.
1. Uji Hipotesis
\({H_0}\) : Data berdistribusi normal
\({H_1}\) : Data tidak berdistribusi normal
2. Tingkat Signifikansi
\(\alpha\) : 5%
3. Daerah Kritis
Dk : \({H_0}\) ditolak jika p-value < 0.05
4. Statistik Uji
shapiro.test(DataSIM$`7-12`)
##
## Shapiro-Wilk normality test
##
## data: DataSIM$`7-12`
## W = 0.87604, p-value = 0.002741
shapiro.test(DataSIM$`13-15`)
##
## Shapiro-Wilk normality test
##
## data: DataSIM$`13-15`
## W = 0.87893, p-value = 0.003181
shapiro.test(DataSIM$`16-18`)
##
## Shapiro-Wilk normality test
##
## data: DataSIM$`16-18`
## W = 0.95497, p-value = 0.2457
5. Kesimpulan
Untuk kelompok usia 7-12 tahun dan 13-15 tahun, \({H_0}\) ditolak karena p-value < 0.05 sehingga data kelompok usia 7-12 tahun dan 13-15 tahun tidak berdistribusi normal. Sementara itu, untuk kelompok usia 16-18 tahun, \({H_0}\) diterima karena p-value > 0.05 sehingga data kelompok usia 16-18 tahun berdistribusi normal.
Terdapat satu data berdistribusi normal dan dua data berdistribusi tidak normal. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam kasus ini, data dianggap melanggar asumsi analisis statistik parametrik, yaitu normalitas, sehingga dapat diteruskan dengan uji Kruskal Wallis.
Uji Kruskal Wallis
1. Hipotesis
\({H_0}\) : Tidak ada perbedaan Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Provinsi Papua antara usia 7-12 tahun, 13-15 tahun, dan 16-18 tahun pada tahun 2021.
\({H_1}\) : Ada perbedaan Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Provinsi Papua antara usia 7-12 tahun, 13-15 tahun, dan 16-18 tahun pada tahun 2021.
2. Taraf Signifikansi
\(\alpha\) : 5%
3. Daerah Kritis
\({H_0}\) ditolak jika \(p-value < \alpha = 0.05\)
4. Statistik Uji
library(stats)
kruskal.test(list(DataSIM$'7-12', DataSIM$'13-15', DataSIM$'16-18'))
##
## Kruskal-Wallis rank sum test
##
## data: list(DataSIM$"7-12", DataSIM$"13-15", DataSIM$"16-18")
## Kruskal-Wallis chi-squared = 19.264, df = 2, p-value = 6.559e-05
5. Kesimpulan
Keputusan diambil berdasarkan daerah kritis yang dituliskan sebelumnya, yaitu \({H_0}\) ditolak jika \(p-value < \alpha = 0.05\). Berdasarkan hasil pengujian melalui software, didapatkan nilai \(p-value\) sebesar \(6.559 × 10^{-5}\). Nilai \(p-value\) ini lebih besar dari \(\alpha\) : 0.05, sehingga dapat dikatakan bahwa \({H_0}\) ditolak yang artinya ada perbedaan Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Provinsi Papua antara usia 7-12 tahun, 13-15 tahun, dan 16-18 tahun pada tahun 2021.
Penutup
Metode Kruskal Wallis digunakan untuk membandingkan Angka Partisipasi Sekolah (APS) di antara kelompok usia 7-12, usia 13-15, dan usia 16-18 tahun. Data APS dikumpulkan dari sumber-sumber yang relevan dan diolah untuk analisis statistik. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara APS usia 7-12, usia 13-15, dan usia 16-18 tahun.
Adanya perbedaan yang signifikan disebabkan oleh beberapa faktor, seperti tingkat partisipasi sekolah yang lebih baik pada kelompok usia yang lebih muda dan kecenderungan tingkat drop out yang lebih tinggi pada kelompok usia yang lebih tua.
Untuk meningkatkan APS di Provinsi Papua, dapat melalui langkah peningkatan aksestabilitas terhadap sekolah, penyediaan bantuan keuangan kepada keluaraga yang membutuhkan, peningkatan kualitas pendidikan, dan pengembangan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan lokal.
Referensi
Haryanto, I. A., Divaio, P. A., & Indrasetianingsih, A. 2024. Analisis Kruskal-Wallis untuk Mengetahui Kemampuan Literasi Siswa SMP Miftahurrohman Gresik Berdasarkan Asesmen Kompetensi Minimum. Indonesian Journal of Multidisciplinary on Social and Technology, 2(1), 32-36.
Junaidi, J. (2010). Statistik Uji Kruskal-Wallis. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Jambi, 1-5.