[DRAFT] Pengembangan Tipologi Wilayah Berdasarkan Karakteristik Modal Penghidupan Desa: Provinsi Sulawesi Tengah

1 Pendahuluan

Proyek LASSO/SOLUSI bertujuan untuk menekan laju degradasi lanskap darat dan laut di Indonesia, meningkatkan ketahanan ekosistem dan mendukung mata pencaharian yang tahan terhadap perubahan iklim. Para pemangku kepentingan nasional, sub-nasional, dan lokal akan meningkatkan perencanaan ruang dan pembangunan dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip ekonomi hijau dan biru untuk perlindungan, pemulihan, dan pengelolaan ekosistem alami serta semi-alami. Upaya juga mencakup penanganan polusi air, promosi model bisnis berkelanjutan, ekowisata, pengelolaan sampah terintegrasi di situs ekowisata, akses ke keuangan berkelanjutan, dan kemitraan rantai pasok. Semua ini bertujuan menciptakan pengelolaan berkelanjutan sistem akuatik dan lahan pertanian serta agroforestri dari punggungan bukit hingga terumbu karang.

Proyek LASSO/SOLUSI mencakup intervensi di tingkat nasional dan regional di tiga provinsi: Jawa Tengah, Kepulauan Bangka-Belitung, dan Sulawesi Tengah. Ketiga wilayah ini menjadi fokus Bappenas dalam pendekatan terintegrasi dari lanskap darat hingga laut. Masing-masing provinsi memiliki keragaman tahapan konservasi, pemulihan, dan pengembangan sosial-ekonomi, serta dinamika pengelolaan sumber daya pesisir-laut dan perubahan penggunaan lahan di kepulauan Indonesia yang beragam. Keanekaragaman hayati tinggi terdapat di ketiga provinsi tersebut, dengan banyak spesies endemik. Namun, tekanan degradasi di area pesisir dari ekspansi akuakultur di ekosistem mangrove, penggunaan lahan industri, dan penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan menjadi tantangan utama. Ancaman lainnya meliputi penambangan mineral dan pasir yang tidak berkelanjutan serta pengelolaan sampah yang tidak tepat, yang berdampak pada ekosistem darat dan laut di semua provinsi, menyebabkan banyak spesies terancam punah.

Dalam konteks Provinsi Sulawesi Tengah, fokus diberikan pada kecamatan dengan fitur biofisik dan sosial-ekonomi yang serupa, terutama di Kabupaten Pasigala yang mencakup Palu, Sigi, Donggala, dan Parigi Moutong. Pendekatan ini membantu dalam mengidentifikasi risiko serupa di antara kecamatan. Area homogen atau ‘tipologi’ ini didefinisikan dengan menggunakan pengelompokan hierarchical clustering, yang berdasarkan pada indikator biofisik dan sosial-ekonomi.

Tujuan analisis ini adalah untuk mengidentifikasi ‘tipologi’ kecamatan dengan karakteristik sosial-ekonomi dan lingkungan yang serupa di Provinsi Sulawesi Tengah. Pengelompokan hierarchical clustering digunakan pada data yang disederhanakan oleh PCA. Dengan demikian, diharapkan dapat mengembangkan tipologi desa dalam konteks lokal, termasuk karakteristik sosial, ekonomi, dan biofisik, serta potensi intervensi lanskap darat dan laut untuk semua desa di kabupaten sasaran. Hal ini akan menjadi dasar pemilihan lokasi dan peningkatan skala.

Bagaimana variabilitas desa-desa dalam hal lima modal, tata kelola, program, opsi mata pencaharian, bahaya, konteks, dan masalah lingkungan yang krusial untuk mata pencaharian pedesaan? - Apa saja indikator yang menjelaskan banyak perbedaan antar kelompok desa variabilitas utama yang ada? - Apakah terdapat pola, termasuk pola spasial, yang membentuk tipologi potensi desa?

2 Deskripsi wilayah & Metodologi

Unit analisis terkecil: Desa

Proposed indcators nama_variabel_input Unit Kategori Indikator Tersedia?
1 Keberadaan (luas) kawasan hutan lindung kawasan_lindung Hektar social Yes
2 Keberadaan (luas) kawasan hutan konservasi kawasan_konservasi Hektar social Yes
3 Keberadaan (luas) lahan tahura tahura Hektar social Yes
4 Keberadaan(luas) kawasan hutan produksi hutan_produksi Hektar social Yes
5 Keberadaan (luas) kawasan APL apl Hektar social Yes
6 Keberadaan (luas) lahan kritis lahan_kritis fraction biophysical Yes
7 Keberadaan (luas) lahan perhutanan sosial indikatif_piaps Hektar social Yes
8 Keberadaan (luas) lahan perhutanan sosial: PKK pkk Hektar social Yes
9 Keberadaan (luas) lahan perhutanan sosial: PPHD pphd Hektar social Yes
10 Keberadaan (luas) lahan perhutanan sosial: PPH KM pph_km Hektar social Yes
11 Keberadaan (luas) lahan perhutanan sosial: HTR htr Hektar social No
12 RTRW Provinsi: Pertanian rtrw_pertanian fraction social Yes
13 RTRW Provinsi: Pariwisata (jarak ke area RTRW pariwisata) rtrw_pariwisata Meter social Yes
14 RTRW Provinsi: Permukiman rtrw_permukiman fraction social Yes
15 RTRW Provinsi: Kawasan Lindung diluar kawasan hutan rtrw_kwslindung fraction social Yes
16 RZWP3K: Pemanfaatan umum laut rzwp_pftumumlaut Meter social No
17 RZWP3K: KSNT laut rzwp_kznt Meter social No
18 RZWP3K: Konservasi laut rzwp_konservasilaut Meter social Yes
19 Tutupan Lahan pertanian pertanian Hektar biophysical Yes
20 Tutupan Lahan tidak produktif lahan_tidak_produktif Hektar biophysical Yes
21 Tutupan Lahan terbangun lahan_terbangun Hektar biophysical Yes
22 Tutupan Badan Air badan_air Hektar biophysical Yes
23 Tutupan Hutan Alam hutan_alam Hektar biophysical Yes
24 Tutupan Hutan Tanaman hutan_produksi Hektar biophysical Yes
25 Tutupan Perkebunan perkebunan Hektar biophysical Yes
26 Keberadaan (luas) hutan mangrove → konservasi melalui pengayaan dan ecotourism mangrove Hektar biophysical Yes
27 Keberadaan ekosistem karst ekosistem_karst fraction biophysical Yes
28 Posisi desa terhadap bentang lahan: hulu-tengah-hilir hulu_tengah_hilir Meter biophysical Yes
29 Daerah dengan resiko deforestasi deforestasi Hektar social Yes
30 Peta resiko bencana banjir risiko_banjir indeks biophysical No
31 Peta resiko bencana kekeringan risiko_kekeringan indeks biophysical No
32 Peta resiko bencana tanah longsor risiko_longsor indeks biophysical No
33 Jumlah petani yang mengusahakan komoditas X/ Jenis mata pencaharian di desa penghasilan_utama kategorikal economy Yes
34 Kelembagaan Desa: BUMDES+Koperasi total_koperasi Jumlah economy Yes
35 Institusi Keuangan: Bank BPR, Swasta, dan Negeri total_bank Jumlah economy Yes
36 Komoditi unggulan di desa X / Data sebaran komoditas unggulan komoditi_unggulan kategorikal economy Yes
37 Infrstruktur pemrosesan komoditi X atau jarak ke fasilitas pemrosesan komoditi X total_imk Jumlah economy Yes
38 Keberadaan tambak laut_budidaya kategorikal economy Yes
39 Kelembagaan kelompok tani total_poktan Jumlah social Yes
40 Jaringan jalan jaringan_jalan Meter economy Yes
41 Jaringan Sungai jaringan_sungai Meter biophysical Yes
42 Elektrifikasi (Rasio) rasio_elektrifikasi Persen economy Yes
43 Potensi timbulan sampah/Sebaran bank sampah total_bank_sampah Jumlah social Yes
44 Potensi timbulan sampah/Sebaran bank sampah sampah_diangkut kategorikal social Yes
45 Potensi timbulan sampah/Sebaran bank sampah sampah_lubang_bakar kategorikal social Yes
46 Potensi timbulan sampah/Sebaran bank sampah sampah_badan_air kategorikal social Yes
47 Potensi timbulan sampah/Sebaran bank sampah sampah_drainase kategorikal social Yes
48 Potensi timbulan sampah/Sebaran bank sampah sampah_lainnya kategorikal social Yes
49 Total KK total_kk Jumlah social Yes
50 Luas Tambak tambak Hektar economy Yes
51 Luas Kebun Campur kebun_campur Hektar economy Yes
52 Keberadaan (luas) lahan perhutanan sosial: hutan adat hutan_adat Hektar social Yes
53 Konsesi PBPH + Hutan Tanaman konsesi_pbph fraction social Yes
54 KK density kk_dens household/ 100 hectares social Yes

2.1 Intisari Hasil PCA

2.1.1 Interpretasi Komponen Utama (PCs)

2.1.2 Interpretasi Komponen Utama (PCs): Biplots


2.1.3 Hierarchical Clustering Evaluation Criterion

Titik ‘siku’ dari sebuah elbow plot adalah titik di mana menambahkan penambahan jumlah kluster tidak banyak memberikan tambahan informasi baru.

Plot siluet yang mendekati +1 menunjukkan pengelompokan yang baik, sementara nilai yang mendekati 0 atau nilai negatif menunjukkan pengelompokan yang tumpang tindih atau tidak baik.

Plot choicealpha menampilkan dua kurva yang mewakili informasi yang dijelaskan oleh data sosial-ekonomi-biofisik (D0) dan jarak geografis (D1) pada berbagai nilai alpha, membantu dalam memilih nilai alpha yang seimbang antara data dan pengelompokan berdasarkan jarak geografis.

  • Sumbu x,y dan z dari diagram pencar merupakan tiga komponen utama teratas dari hasil PCA.
    • PC1: Predominan xxxx
    • PC2: Predominan xxxxx
    • PC3: Predominan xxxx
  • Tiap-titiknya mewakili sebuah desa di Kabupaten proyek SOLUSI di Sulawesi Tengah
  • Titik yang berwarna sama berarti tergolong dalam tipologi yang sama.

3 Hasil Sementara (Draft)

3.1 Peta sebaran tipologi

Tabel statistik deskriptif

Apa itu rata-rata dan standar deviasi?

Rata-Rata

Rata-rata adalah angka yang sering kita gunakan untuk mengetahui gambaran umum dari sekelompok data. Misalnya, jika rata-rata jarak ke jalan terdekat di daerah urban cuma 0,24 km, ini menunjukkan bahwa umumnya daerah tersebut dekat dengan jalan raya.

Standar Deviasi

Standar deviasi (SD) memberitahu kita seberapa besar variasi atau perbedaan antar angka dalam sekelompok data. Semakin tinggi SD, makin besar juga variasinya. Misalnya, rata-rata jarak ke jalan terdekat di daerah urban adalah 0,24 km dengan SD 0,45 km. Ini artinya yang sangat dekat dengan jalan, tetapi juga ada yang jauh—bahkan lebih dari dua kali lipat dari rata-rata.

Nilai standar deviasi (SD) yang besar, seperti contoh diatas, menjadi indikasi bahwa, rata-rata mungkin tidak memberikan gambaran yang mewakili suatu tipologi. Dalam hal ini, standar deviasi memberikan konteks tambahan yang penting untuk memahami sejauh mana data bervariasi.

Kode warna pada tabel dibawah menunjukkan rentang nilai dari variabel yang diberikan untuk masing-masing tipe wilayah. Warna biru gelap menunjukkan nilai yang lebih tinggi, sementara warna yang lebih merah terang menunjukkan nilai yang lebih rendah.