Saat ini, penyakit kronis seperti kanker, diabetes melitus, dan penyakit jantung sedang menjadi masalah kesehatan global yang signifikan. Salah satu faktor risiko utama yang menjadi penyebab penyakit kronis adalah pola makan yang tidak sehat, termasuk konsumsi makanan serta minuman berisiko. Di Indonesia dan banyak negara berkembang lainnya, pola konsumsi masyarakat telah mengalami banyak perubahan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir, di mana makanan dan minuman berisiko tinggi seperti makanan manis, berlemak, dibakar, minuman berkarbonasi, dan minuman berenergi semakin populer untuk dikonsumsi. Perubahan ini diyakini telah meningkatkan prevalensi penyakit kronis di negara ini.
Namun, hubungan sebenarnya antara konsumsi makanan dan minuman berisiko tinggi dengan prevalensi penyakit kronis di Indonesia belum sepenuhnya dipahami. Dalam konteks ini, analisis korelasi kanonik dipilih karena memungkinkan peneliti untuk menyelidiki hubungan kompleks antara dua gugus variabel yang saling terkait, yakni konsumsi makanan dan minuman berisiko dengan prevalensi penyakit kronis. Dengan mengidentifikasi pola-pola korelasi ini, intervensi yang lebih efektif dan tepat sasaran dapat dirancang untuk mengurangi risiko penyakit kronis di Indonesia.
Data yang dianalisis merupakan data sekunder berupa Proporsi Konsumsi Makanan dan Minuman Berisiko, serta Prevalensi Penyakit Kronis pada 34 Provinsi di Indonesia. Data tersebut diperoleh melalui Laporan Nasional Riskesdas Tahun 2018 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Adapun data yang digunakan terdiri dari beberapa variabel sebagai berikut:
\(X_{1}\) : Proporsi Kebiasaan Konsumsi Makanan Manis
\(X_{2}\) : Proporsi Kebiasaan Konsumsi Makanan Berlemak
\(X_{3}\) : Proporsi Kebiasaan Konsumsi Makanan yang Dibakar
\(X_{4}\) : Proporsi Kebiasaan Konsumsi Minuman Berkarbonasi
\(X_{5}\) : Proporsi Kebiasaan Konsumsi Minuman Berenergi
\(Y_{1}\) : Prevalensi Penyakit Kanker berdasarkan Diagnosis Dokter
\(Y_{2}\) : Prevalensi Penyakit Diabetes Melitus berdasarkan Diagnosis Dokter
\(Y_{3}\) : Prevalensi Penyakit Jantung berdasarkan Diagnosis Dokter
> head(data,10)
# A tibble: 10 × 9
Provinsi X1 X2 X3 X4 X5 Y1 Y2 Y3
<chr> <dbl> <dbl> <dbl> <dbl> <dbl> <dbl> <dbl> <dbl>
1 Aceh 44.1 20.7 4.6 2.1 1.7 2 1.7 1.6
2 Sumatera Utara 34.3 21.4 5.3 2.2 1.4 1.55 1.4 1.3
3 Sumatera Barat 43.4 38.1 5.6 1.6 1 2.47 1.2 1.6
4 Riau 37 36 4.9 2.2 1.5 1.67 1.3 1.1
5 Jambi 36.3 19 3 2.2 1.3 1.32 1 0.9
6 Sumatera Selatan 40.3 32 4.9 2.6 1.8 1.54 0.9 1.2
7 Bengkulu 33.2 24.7 3.4 2.2 1.2 1.37 0.9 1.3
8 Lampung 40.2 36.6 3.6 2.2 1.3 1.4 1 1.2
9 Bangka Belitung 38.2 19.1 3.9 1.8 2.3 1.49 1.8 1.5
10 Kepulauan Riau 41.9 23.3 3.7 3.3 2.6 1.87 1.2 1.5Analisis korelasi kanonik merupakan teknik statistika untuk mengukur keeratan hubungan antara dua gugus peubah, yakni gugus peubah independen dan gugus peubah dependen. Misalkan terdapat sebuah himpunan peubah dependen \(X\) yang terdiri dari \(p\) buah peubah dan sebuah himpunan peubah dependen \(Y\) yang terdiri \(q\) buah peubah, bentuk dasar analisis korelasi kanoniknya yaitu: \[ Y_1 + Y_2 + \dots + Y_q = X_1 + X_2 + \dots + X_p \] (Irianingsih et al., n.d.).
Selain untuk mengukur keeratan hubungan antara dua gugus peubah, analisis korelasi kanonik juga bertujuan untuk menguraikan struktur hubungan dalam gugus peubah independen maupun gugus peubah dependen (Mattjik dan Sumertajaya, 2011), yang nantinya akan mengarahkan kepada tujuan akhir yaitu mencari kombinasi linier dari \(p\) peubah independen yang berkorelasi maksimum dengan kombinasi linier \(q\) peubah dependen. Kombinasi linier dari kedua himpunan peubah tersebut sebagai berikut:
\[ U = a^TX = a_1X_1 + a_2\_X_2 + \dots + a_pX_p \] \[ V = b^TY = b_1Y_1 + b_2Y_2 + \dots + b_qY_q \] di mana pasangan kombinasi linier \(a^TX\) dan \(b^TY\) disebut sebagai peubah acak kanonik.
Adapun beberapa asumsi yang harus terpenuhi dalam analisis korelasi kanonik di antaranya sebagai berikut.
Berdasarkan latar belakang kasus dan metode yang telah diuraikan sebelumnya, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.
Apakah terdapat hubungan antara konsumsi makanan dan minuman berisiko dengan prevalensi penyakit kronis di Indonesia?
Variabel konsumsi makanan dan minuman berisiko apa yang memiliki hubungan paling erat terhadap hasil korelasi kanonik antara konsumsi makanan dan minuman berisiko dengan prevalensi penyakit kronis di Indonesia?
Variabel prevalensi penyakit kronis apa yang memiliki hubungan paling erat terhadap hasil korelasi kanonik antara konsumsi makanan dan minuman berisiko dengan prevalensi penyakit kronis di Indonesia?
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut.
Untuk mengetahui hubungan antara konsumsi makanan dan minuman berisiko dengan prevalensi penyakit kronis di Indonesia menggunakan analisis korelasi kanonik.
Untuk mengetahui variabel konsumsi makanan dan minuman berisiko apa yang memiliki hubungan paling erat terhadap hasil korelasi kanonik antara konsumsi makanan dan minuman berisiko dengan prevalensi penyakit kronis di Indonesia.
Untuk mengetahui variabel prevalensi penyakit kronis apa yang memiliki hubungan paling erat terhadap hasil korelasi kanonik antara konsumsi makanan dan minuman berisiko dengan prevalensi penyakit kronis di Indonesia.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait, diantaranya sebagai berikut.
Bagi Peneliti
Dapat menerapkan teori terkait analisis korelasi kanonik beserta asumsinya dalam kasus nyata yang terjadi di masyarakat.
Bagi Masyarakat
Dapat memberikan pemahaman bagi masyarakat tentang hubungan antara pola makanan dan minuman berisiko dengan risiko penyakit kronis sehingga masyarakat dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang lebih efektif, seperti menerapkan pola makan sehat.
Bagi Pemerintah
Dapat menjadi landasan untuk merencanakan program-program pencegahan penyakit kronis, seperti melalui penyuluhan kesehatan masyarakat yang difokuskan pada mengubah perilaku konsumsi makanan dan minuman yang berisiko.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat memberikan tambahan referensi dan membantu dalam penyajian informasi yang berkaitan dengan penelitian-penelitian yang menggunakan metode analisis korelasi kanonik.
> library(readxl)
> library(car)
> library(CCA)
> library(candisc)Penjelasan:
library(readxl) menyediakan beberapa fungsi untuk
membaca data dari file Excel dengan format .xls atau .xlsx.library(car) menyediakan beberapa fungsi untuk
melakukan analisis regresi beserta pemodelan statistik lainnya.library(CCA) menyediakan beberapa fungsi yang digunakan
untuk melakukan analisis korelasi kanonik.library(candisc) menyediakan beberapa fungsi yang
digunakan untuk memvisualisasikan analisis korelasi kanonik dan analisis
diskriminan kanonikal yang digeneralisasi.> data <- read_excel("D:/SEMESTER 5/ANALISIS MULTIVARIAT I/Mini Project/Data R.xlsx")
> summary(data)
> X <- data[,2:6]
> Y <- data[,7:9]
> dataCCA <- cbind(Y,X)
> CCA <- as.matrix(dataCCA)
> rata2 <- colMeans(CCA)
> n <- nrow(dataCCA)
> p <- ncol(dataCCA)
> kovarian <- cov(CCA)
> d <- mahalanobis(CCA,rata2,kovarian)
> qqplot(qchisq(ppoints(n),df=p),d, xlim=c(1,20),pch=20,col="black",
+ ylim=c(0, 30),main="QQ-Plot Data", ylab="Jarak Mahalanobis")
> abline(a=0,b=1,col="red")
> model=lm(Y1+Y2+Y3~X1+X2+X3+X4+X5,data=dataCCA)
> vif(model)
> korelasi <- matcor(X,Y)
> korelasi
> img.matcor(korelasi, type=2)
> analisis <- candisc::cancor(X,Y)
> summary(analisis)
> hasil <- cc(X,Y)
> plot(hasil$cor,type="b")
> hasil$cor
> hasil$xcoef
> hasil$ycoef
> hasil$scores Penjelasan:
data <- read_excel("D:/SEMESTER 5/ANALISIS MULTIVARIAT I/Mini Project/Data R.xlsx")
digunakan untuk mengimpor data dari file Excel yang berada di lokasi
D:/SEMESTER 5/ANALISIS MULTIVARIAT I/Mini Project ke dalam objek
data.summary(data) digunakan untuk menampilkan ringkasan
statistik masing-masing peubah yang digunakan berupa nilai minimum,
kuartil bawah, median atau kuartil tengah, rata-rata, kuartil atas, dan
nilai maksimum.X <- data[,2:6] dan Y <- data[,7:9]
digunakan untuk mendefinisikan gugus peubah independen \(X\) yang diambil dari kolom ke-2 sampai
ke-6 objek data serta gugus peubah dependen \(Y\) dari kolom ke-7 sampai ke-9 objek
data.dataCCA <- cbind(Y,X) digunakan untuk menggabungkan
kolom dua gugus peubah \(Y\) dan \(X\) ke dalam objek bernama
dataCCA.CCA <- as.matrix(dataCCA) digunakan untuk
mengonversi objek dataCCA ke dalam bentuk matriks berukuran
\(n×p\).rata2 <- colMeans(CCA) digunakan untuk menghitung
rata-rata atau titik pusat dari masing-masing kolom dalam
matriksCCA.n <- nrow(dataCCA) dan
p <- ncol(dataCCA) digunakan untuk mendefinisikan
variabel n sebagai banyaknya baris serta variabel p sebagai banyaknya
kolom dalam objek data(CCA).kovarian <- cov(CCA) digunakan untuk menghitung
matriks kovarian dari matriks CCA.d <- mahalanobis(CCA, rata2, kovarian)digunakan
untuk menghitung jarak mahalanobis dari semua baris dalam matriks
CCA dengan pusat dari semua pengamatan dengan memperhatikan
matriks kovarian yang ada.qqplot(...) digunakan untuk membuat QQ-plot dengan
kuantil chi-kuadrat berada pada sumbu horizontal dan jarak mahalanobis
berada pada sumbu vertikal.abline(a=0,b=1,col="red") digunakan untuk menambahkan
garis linier berwarna merah pada plot dengan nilai intersep 0 dan slope
1.model=lm(Y1+Y2+Y3~X1+X2+X3+X4+X5,data=dataCCA)
digunakan untuk membuat model regresi linier dengan peubah-peubah dalam
gugus peubah \(X\) sebagai peubah
prediktor dan peubah-peubah dalam gugus peubah \(Y\) sebagai peubah respon.vif(model)digunakan untuk menghitung nilai Variance
Inflation Factor (VIF) bagi masing masing peubah \(X\) untuk memeriksa multikolinieritas dalam
model regresi.korelasi <- matcor(X,Y) dan korelasi
digunakan untuk menghitung matriks korelasi antara gugus peubah
independen \(X\) dan gugus peubah
dependen \(Y\) kemudian mencetak
nilainya pada konsol RStudio.img.matcor(korelasi, type=2) digunakan untuk
menampilkan visualisasi berupa gambar dari matriks
korelasi.analisis <- candisc::cancor(X,Y) digunakan untuk
melakukan analisis korelasi kanonik pada kedua gugus peubah \(X\) dan \(Y\).summary(analisis) digunakan untuk menampilkan ringkasan
dari hasil analisis korelasi kanonik.hasil <- cc(X,Y) digunakan untuk menghitung nilai
korelasi kanonik antar gugus peubah dengan peubah kanonik.plot(hasil$cor,type="b") digunakan untuk membuat plot
dari nilai korelasi kanonik dengan jenis plot yang digunakan adalah
garis.hasil$... digunakan untuk memanggil nilai-nilai yang
ada pada objek hasil.> summary(data)
Provinsi X1 X2 X3
Length:34 Min. :26.50 Min. :10.30 Min. : 2.500
Class :character 1st Qu.:36.55 1st Qu.:25.07 1st Qu.: 3.625
Mode :character Median :40.25 Median :33.20 Median : 4.900
Mean :40.07 Mean :33.17 Mean : 6.600
3rd Qu.:42.83 3rd Qu.:39.00 3rd Qu.: 9.050
Max. :54.80 Max. :53.00 Max. :17.400
X4 X5 Y1 Y2
Min. :1.300 Min. :1.000 Min. :0.850 Min. :0.600
1st Qu.:1.950 1st Qu.:1.400 1st Qu.:1.393 1st Qu.:1.000
Median :2.300 Median :1.850 Median :1.565 Median :1.300
Mean :2.518 Mean :2.315 Mean :1.700 Mean :1.376
3rd Qu.:3.000 3rd Qu.:2.475 3rd Qu.:2.125 3rd Qu.:1.600
Max. :4.200 Max. :6.500 Max. :2.860 Max. :2.600
Y3
Min. :0.700
1st Qu.:1.225
Median :1.450
Mean :1.438
3rd Qu.:1.600
Max. :2.200 Berdasarkan hasil deskripsi data di atas, terlihat bahwa variabel yang memiliki rentang nilai cukup jauh hanya proporsi kebiasaan konsumsi makanan berlemak \((X_{2})\), sedangkan variabel lainnya tidak. Karena rentang nilai tidak terlalu jauh, maka tidak perlu dilakukan standarisasi.
> qqplot(qchisq(ppoints(n),df=p),d, xlim=c(1,20),pch=20,col="black",
+ ylim=c(0, 30),main="QQ-Plot Data", ylab="Jarak Mahalanobis")
> abline(a=0,b=1,col="red")Berdasarkan plot di atas, terlihat bahwa sebaran data masih berada di sekitar garis lurus. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara deskriptif data yang digunakan menyebar secara normal multivariat atau asumsi normalitas multivariat terpenuhi.
> vif(model)
X1 X2 X3 X4 X5
1.312832 1.189893 2.975639 3.319217 5.023185 Karena nilai Variance Inflation Factor (VIF) masing-masing variabel independen konsumsi makanan dan minuman beresiko \((X)\) kurang dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas atau asumsi non-multikolinieritas terpenuhi.
> korelasi
$Xcor
X1 X2 X3 X4 X5
X1 1.0000000 0.3287469 0.1758572 0.3196221 0.2246139
X2 0.3287469 1.0000000 -0.1012416 -0.1003145 -0.0785283
X3 0.1758572 -0.1012416 1.0000000 0.6676555 0.8139316
X4 0.3196221 -0.1003145 0.6676555 1.0000000 0.8190970
X5 0.2246139 -0.0785283 0.8139316 0.8190970 1.0000000
$Ycor
Y1 Y2 Y3
Y1 1.0000000 0.5548984 0.6106428
Y2 0.5548984 1.0000000 0.7054145
Y3 0.6106428 0.7054145 1.0000000
$XYcor
X1 X2 X3 X4 X5 Y1
X1 1.000000000 0.3287469 0.17585718 0.3196221 0.2246139 0.01493828
X2 0.328746912 1.0000000 -0.10124164 -0.1003145 -0.0785283 0.36428107
X3 0.175857179 -0.1012416 1.00000000 0.6676555 0.8139316 -0.31734492
X4 0.319622094 -0.1003145 0.66765553 1.0000000 0.8190970 -0.44789897
X5 0.224613942 -0.0785283 0.81393163 0.8190970 1.0000000 -0.36589294
Y1 0.014938279 0.3642811 -0.31734492 -0.4478990 -0.3658929 1.00000000
Y2 -0.005965722 0.4938876 -0.30754808 -0.3891255 -0.2976521 0.55489842
Y3 0.407530698 0.5145280 -0.08734868 -0.0809859 -0.1382523 0.61064285
Y2 Y3
X1 -0.005965722 0.40753070
X2 0.493887567 0.51452798
X3 -0.307548083 -0.08734868
X4 -0.389125533 -0.08098590
X5 -0.297652118 -0.13825228
Y1 0.554898417 0.61064285
Y2 1.000000000 0.70541450
Y3 0.705414501 1.00000000
> img.matcor(korelasi, type=2)Berdasarkan hasil korelasi di atas, diperoleh informasi sebagai berikut.
> summary(analisis)
Canonical correlation analysis of:
5 X variables: X1, X2, X3, X4, X5
with 3 Y variables: Y1, Y2, Y3
CanR CanRSQ Eigen percent cum scree
1 0.7537 0.56806 1.31515 68.536 68.54 ******************************
2 0.6004 0.36051 0.56374 29.378 97.91 *************
3 0.1962 0.03849 0.04003 2.086 100.00 *
Test of H0: The canonical correlations in the
current row and all that follow are zero
CanR LR test stat approx F numDF denDF Pr(> F)
1 0.75370 0.26559 2.96646 15 72.176 0.001032 **
2 0.60042 0.61488 1.85813 8 54.000 0.086170 .
3 0.19619 0.96151 0.37361 3 28.000 0.772668
---
Signif. codes: 0 '***' 0.001 '**' 0.01 '*' 0.05 '.' 0.1 ' ' 1
Raw canonical coefficients
X variables:
Xcan1 Xcan2 Xcan3
X1 0.091565 -0.074354 0.103889
X2 -0.023173 -0.065384 -0.064395
X3 0.099474 -0.035885 0.142459
X4 1.144911 0.146216 -0.776627
X5 -0.521196 0.272761 -0.525733
Y variables:
Ycan1 Ycan2 Ycan3
Y1 -1.3867 -0.20190 2.319931
Y2 -2.0811 -0.20735 -2.011777
Y3 3.5783 -2.46158 0.038207Uji Signifikansi
Berdasarkan hasil analisis di atas, korelasi kanonik antara pasangan pertama sebesar 0.7537 dengan nilai \(R^2\) sebesar 0.56806 yang merepresentasikan korelasi tertinggi yang mungkin terjadi antara beberapa kombinasi linier dari prevalensi penyakit kronis serta beberapa kombinasi linier dari konsumsi makanan dan minuman berisiko. Kontribusi keragaman yang dijelaskan oleh fungsi kanonik pertama menjelaskan keragaman total sebesar 68.536%, sedangkan fungsi kanonik kedua sebesar 29.378% dan, fungsi kanonik ketiga sebesar 2.086%.
Dengan menggunakan kriteria batas minimal kontribusi keragaman sebesar 70% (Mattjik dan Sumertajaya, 2011), maka kontribusi yang paling mendekati hanya fungsi kanonik pertama, sehingga cukup untuk mengambil fungsi kanonik yang pertama saja.
Hasil uji parsial menggunakan uji rasio kemungkinan (Likelihood Ratio) menunjukkan bahwa p-value dari pasangan peubah kanonik pertama sebesar 0.001032 < \(\alpha\) (0.05), sehingga pasangan peubah kanonik pertama berbeda nyata dengan nol, sedangkan pasangan peubah kanonik kedua dan ketiga tidak berbeda nyata dengan nol pada taraf nyata 5%. Hal ini berarti hanya pasangan peubah kanonik pertama memiliki korelasi yang signifikan dan dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara gugus peubah prevalensi penyakit kronis dengan konsumsi makanan dan minuman beresiko.
Plot Korelasi Kanonik
> plot(hasil$cor,type="b")Berdasarkan plot di atas, terlihat bahwa hanya satu fungsi kanonik yang baik untuk digunakan dalam menjelaskan hubungan antara gugus peubah prevalensi penyakit kronis dengan konsumsi makanan dan minuman beresiko.
Nilai Korelasi Pasangan Peubah Kanonik
> hasil$cor
[1] 0.7536992 0.6004229 0.1961868Nilai korelasi pasangan peubah kanonik pertama sebesar 0.7536992, pasangan kedua sebesar 0.6004229, dan pasangan ketiga sebesar 0.1961868. Dengan demikian pasangan peubah kanonik pertama paling layak digunakan untuk menjelaskan hubungan antara gugus peubah prevalensi penyakit kronis dengan konsumsi makanan dan minuman beresiko.
Korelasi Kanonik untuk Peubah Konsumsi Makanan dan Minuman Beresiko \((X)\)
> hasil$xcoef
[,1] [,2] [,3]
X1 0.09156542 -0.07435394 0.10388903
X2 -0.02317262 -0.06538359 -0.06439544
X3 0.09947449 -0.03588500 0.14245852
X4 1.14491104 0.14621608 -0.77662675
X5 -0.52119591 0.27276078 -0.52573327Berdasarkan hasil di atas, diperoleh urutan kontribusi relatif gugus peubah independen pada variate pertama (sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya) dari yang terbesar ke yang terkecil adalah adalah proporsi kebiasaan konsumsi minuman berkarbonasi \((X_{4})\) \(\rightarrow\) proporsi kebiasaan konsumsi minuman berenergi \((X_{5})\) \(\rightarrow\) proporsi kebiasaan konsumsi makanan yang dibakar \((X_{3})\) \(\rightarrow\) proporsi kebiasaan konsumsi makanan manis \((X_{1})\) \(\rightarrow\) proporsi kebiasaan konsumsi makanan berlemak \((X_{2})\).
Korelasi Kanonik untuk Peubah Prevalensi Penyakit Kronis \((Y)\)
> hasil$ycoef
[,1] [,2] [,3]
Y1 -1.386663 -0.2018953 2.31993053
Y2 -2.081111 -0.2073526 -2.01177743
Y3 3.578273 -2.4615844 0.03820714Berdasarkan hasil di atas, diperoleh urutan kontribusi relatif gugus peubah dependen pada variate pertama (sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya) dari yang terbesar ke yang terkecil adalah adalah prevalensi penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter \((Y_{3})\) \(\rightarrow\) prevalensi penyakit diabetes melitus berdasarkan diagnosis dokter \((Y_{2})\) \(\rightarrow\) prevalensi penyakit kanker berdasarkan diagnosis dokter \((Y_{1})\).
Korelasi Kanonik antara Gugus Peubah dengan Fungsi Kanonik
> hasil$scores
$xscores
[,1] [,2] [,3]
[1,] 0.30112728 0.358612587 1.58408151
[2,] -0.27195265 0.949186515 0.70067051
[3,] -0.27431595 -1.026939787 1.28966364
[4,] -0.45495562 -0.164539511 -0.06855934
[5,] -0.20987927 1.012658697 0.78791636
[6,] 0.24150638 -0.008058456 0.06348554
[7,] -0.53390661 0.828839331 0.20836308
[8,] -0.20092750 -0.449603916 0.14519886
[9,] -0.92785551 1.046825704 0.89199606
[10,] 0.85472443 0.805434399 -0.34522721
[11,] -1.00935233 -0.366721770 -0.24947199
[12,] 1.13107227 -2.127678901 -0.34352598
[13,] -1.44714039 -1.677684486 -0.24858255
[14,] -1.86766513 -1.304898878 -0.59677467
[15,] -2.28712231 -0.654183523 -1.03838468
[16,] -0.49364449 -1.098703294 -0.93918544
[17,] -1.11825281 0.579974617 -0.52944348
[18,] -0.36801740 0.690198448 -1.22367795
[19,] -1.65274528 2.059424908 1.39058033
[20,] -0.01693058 0.907465000 -0.86408569
[21,] 1.28929785 -0.337950880 -0.91310940
[22,] 0.58705843 -1.349755487 1.79586352
[23,] -0.68081131 -0.505167078 0.70222354
[24,] 1.61262638 -0.624162026 0.06100264
[25,] 0.63289077 -0.639913382 0.14908556
[26,] 0.94118062 -0.050135518 0.27332020
[27,] 0.10221482 0.036310724 1.18994123
[28,] 1.06863915 0.249254066 1.23830013
[29,] 0.11494419 -0.812842974 -1.76113138
[30,] 1.24814791 -0.216991645 1.61688103
[31,] 1.47304226 0.434317732 -1.26438327
[32,] 1.03033270 -0.072864340 -1.03101286
[33,] 0.74256503 1.347668616 -1.62034604
[34,] 0.44410466 2.182624505 -1.05167183
$yscores
[,1] [,2] [,3]
[1,] -0.51005359 -0.5257914 0.05060822
[2,] -0.33520365 0.3657426 -0.40128943
[3,] -0.12122959 -0.5170059 2.14686429
[4,] -1.00914675 0.8545674 0.07063855
[5,] -0.61513582 1.4797534 -0.14544533
[6,] 0.36139139 0.7175963 0.57757927
[7,] 0.95495147 0.5057601 0.18701179
[8,] 0.34741310 0.7251264 0.05161125
[9,] -0.36879379 -0.1974016 -1.33755480
[10,] 0.35294105 -0.1497102 0.75108526
[11,] -1.76717081 -1.5175095 -0.98295225
[12,] 1.14052233 -0.3237321 -0.51343982
[13,] -0.45447540 -0.5272646 0.50697833
[14,] -1.72805272 -1.8292019 0.65278714
[15,] -1.72794711 -0.3761609 -0.16235753
[16,] -0.17173250 0.1104169 -1.17101308
[17,] -1.12549006 0.2411133 1.47023830
[18,] -0.37962638 1.5331737 -1.63816817
[19,] -0.73407864 2.0206891 1.04601240
[20,] 0.28912979 0.4279484 0.20224380
[21,] 0.55259581 0.4663085 -0.23854300
[22,] -0.93135720 0.2693786 1.14544802
[23,] 0.07742631 -1.2776358 -2.42095788
[24,] 1.62315540 -2.0143100 0.64589914
[25,] -0.64093347 -1.0839702 -1.82159666
[26,] 0.66071814 -1.2692321 0.99800987
[27,] 0.53309562 -0.1139148 -0.09967303
[28,] 1.39597859 0.2717154 0.05163667
[29,] 0.31112388 -1.5992591 1.08666051
[30,] 1.37940684 -0.0289548 0.68183863
[31,] 2.73856015 0.1498045 -0.49335864
[32,] 0.62745087 1.0641567 -1.01937751
[33,] -0.16598728 0.6790723 -0.73751642
[34,] -0.55944597 1.4687311 0.86009209
$corr.X.xscores
[,1] [,2] [,3]
X1 0.6720763 -0.5859842 0.1426604
X2 -0.1452918 -0.8816496 -0.4317061
X3 0.5571741 0.2292314 -0.2265892
X4 0.7947890 0.2551212 -0.5466899
X5 0.5016628 0.3083490 -0.5549158
$corr.Y.xscores
[,1] [,2] [,3]
Y1 -0.3569615 -0.4081515 0.109864458
Y2 -0.3933282 -0.4590109 -0.074248278
Y3 0.0871789 -0.5963024 -0.003392542
$corr.X.yscores
[,1] [,2] [,3]
X1 0.5065434 -0.3518383 0.02798809
X2 -0.1095063 -0.5293626 -0.08469505
X3 0.4199416 0.1376358 -0.04445382
X4 0.5990318 0.1531806 -0.10725336
X5 0.3781028 0.1851398 -0.10886717
$corr.Y.yscores
[,1] [,2] [,3]
Y1 -0.4736127 -0.6797735 0.5599991
Y2 -0.5218636 -0.7644793 -0.3784570
Y3 0.1156680 -0.9931374 -0.0172924Berdasarkan hasil di atas, diperoleh beberapa informasi sebagai berikut.
Korelasi Kanonik antara Peubah Konsumsi Makanan dan Minuman Beresiko \((X)\) dengan Fungsi Kanonik
Variabel konsumsi makanan dan minuman berisiko yang berhubungan paling erat dengan fungsi kanonik pertama adalah proporsi kebiasaan konsumsi minuman berkarbonasi \((X_{4})\) dengan nilai korelasi positif sebesar 0.7947890.
Korelasi Kanonik antara Peubah Prevalensi Penyakit Kronis \((Y)\) dengan Fungsi Kanonik
Variabel prevalensi penyakit kronis yang berhubungan paling erat dengan fungsi kanonik pertama adalah prevalensi penyakit diabetes melitus berdasarkan diagnosis dokter \((Y_{2})\) dengan nilai korelasi negatif sebesar -0.5218636.
Korelasi Silang antara Peubah Konsumsi Makanan dan Minuman Beresiko \((X)\) dengan Fungsi Kanonik Peubah Prevalensi Penyakit Kronis \((V)\)
Korelasi silang antara variabel-variabel independen terhadap fungsi kanonik menunjukkan bahwa proporsi kebiasaan konsumsi minuman berkarbonasi \((X_{4})\) berhubungan paling erat dengan fungsi kanonik pertama dengan nilai korelasi positif sebesar 0.5990318.
Korelasi Silang antara Peubah Prevalensi Penyakit Kronis \((Y)\) dengan Fungsi Kanonik Peubah Konsumsi Makanan dan Minuman Beresiko \((U)\)
Korelasi silang antara variabel-variabel dependen terhadap fungsi kanonik menunjukkan bahwa prevalensi penyakit diabetes melitus berdasarkan diagnosis dokter \((Y_{2})\) berhubungan paling erat dengan fungsi kanonik pertama dengan nilai korelasi negatif sebesar -0.3933282.
Berdasarkan analisis korelasi kanonik yang telah dilakukan, diperoleh kombinasi linier dari kedua gugus peubah sebagai berikut: \[ U = 0.09156542X_1 - 0.02317262X_2 + 0.09947449X_3 + 1.14491104X_4 - 0.52119591X_5 \] \[ V = -1.386663Y_1 - 2.081111Y_2 + 3.578273Y_3 \]
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang diperoleh terkait hubungan antara konsumsi makanan dan minuman berisiko dengan prevalensi penyakit kronis di Indonesia pada tahun 2018, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.
\[ U = 0.09156542X_1 - 0.02317262X_2 + 0.09947449X_3 + 1.14491104X_4 - 0.52119591X_5 \] \[ V = -1.386663Y_1 - 2.081111Y_2 + 3.578273Y_3 \]
Variabel konsumsi makanan dan minuman berisiko yang berhubungan paling erat dengan fungsi kanonik yang dipilih atau hasil korelasi kanonik adalah proporsi kebiasaan konsumsi minuman berkarbonasi \((X_{4})\) dengan nilai korelasi positif sebesar 0.7947890.
Variabel prevalensi penyakit kronis yang berhubungan paling erat dengan fungsi kanonik yang dipilih atau hasil korelasi kanonik adalah prevalensi penyakit diabetes melitus berdasarkan diagnosis dokter \((Y_{2})\) dengan nilai korelasi negatif sebesar -0.5218636.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa saran yang sekiranya dapat digunakan oleh pihak-pihak yang terkait dengan hasil penelitian. Adapun saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya perlu mempertimbangkan penambahan variabel baru yang mungkin berkontribusi signifikan terhadap hubungan antara konsumsi makanan dan minuman berisiko dengan prevalensi penyakit kronis sehingga peubah kanonik yang dihasilkan dapat menjelaskan keragaman data dengan lebih baik.
Bagi Masyarakat
Masyarakat disarankan untuk merubah pola makan dengan mengurangi konsumsi makanan dan minuman beresiko khususnya minuman berkarbonasi demi mencegah terjadinya penyakit-penyakit kronis, seperti kanker, diabetes melitus, dan jantung.
Bagi Pemerintah
Pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sebaiknya terus melakukan pemantauan dan pembaruan data sehingga penelitian selanjutnya dapat lebih akurat dan relevan dalam menggambarkan kondisi masyarakat saat ini.
Irianingsih, I., Gusriani, N., Kulsum, S., & Parmikanti, K. (n.d.). Analisis Korelasi Kanonik Perilaku Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMP (Studi Kasus Siswa SMPN 1 Sukasari Purwakarta). Universitas Padjadjaran.
Mattjik, A.A. & Sumertajaya, I., (2011). Sidik Peubah Ganda Dengan Menggunakan SAS. Bogor: IPB Press.
Riskesdas. (2019). Laporan Nasional Riskesdas 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.