Memuat Paket yang Akan di Gunakan
library(leaflet)
library(dplyr)
library(readr)
library(ggplot2)
library(factoextra)
library(sf)
library(DT)
Import Dataset
indonesia <- read_tsv("C:/Users/User/Documents/Portofolio/Rpubs/katalog_gempa_v2.tsv")
head(indonesia)
## # A tibble: 6 × 38
## ...1 eventID datetime latitude longitude magni…¹ mag_t…² depth
## <dbl> <chr> <dttm> <dbl> <dbl> <dbl> <chr> <dbl>
## 1 0 bmg2008vkye 2008-11-01 00:31:25 -0.604 98.9 2.99 MLv 20
## 2 1 bmg2008vlag 2008-11-01 01:34:29 -6.61 129. 5.51 mb 30
## 3 2 bmg2008vlaj 2008-11-01 01:38:14 -3.65 128. 3.54 MLv 5
## 4 3 bmg2008vlbt 2008-11-01 02:20:05 -4.20 128. 2.42 MLv 5
## 5 4 bmg2008vlcd 2008-11-01 02:32:18 -4.09 128. 2.41 MLv 10
## 6 5 bmg2008vldw 2008-11-01 03:24:09 -3.76 127. 2.94 MLv 10
## # … with 30 more variables: phasecount <dbl>, azimuth_gap <dbl>,
## # location <chr>, agency <chr>, datetimeFM <dttm>, latFM <dbl>, lonFM <dbl>,
## # magFM <dbl>, magTypeFM <chr>, depthFM <dbl>, phasecountFM <dbl>,
## # AzGapFM <dbl>, scalarMoment <dbl>, Mrr <dbl>, Mtt <dbl>, Mpp <dbl>,
## # Mrt <dbl>, Mrp <dbl>, Mtp <dbl>, varianceReduction <dbl>,
## # doubleCouple <dbl>, clvd <dbl>, strikeNP1 <dbl>, dipNP1 <dbl>,
## # rakeNP1 <dbl>, strikeNP2 <dbl>, dipNP2 <dbl>, rakeNP2 <dbl>, …
Pemrosesan Data Awal Gempa
indonesia.f <- indonesia %>% filter(! is.na(magnitude))
Memastikan bahwa informasi mengenai kekuatan gempa (magnitude) tersedia dan bukan NA
indonesia.f$magnitude <- round(indonesia.f$magnitude, 1)
Membulatkan nilai dalam kolom ‘magnitude’ ke dalam satu angka desimal. Misalnya, jika magnitude awalnya adalah 6.123, maka nilainya akan menjadi 6.1
Grafik
Dari kedua grafik tersebut, kita dapat memahami karakteristik gempa yang sering terjadi di Indonesia. Kebanyakan gempa memiliki kekuatan yang rendah hingga sedang dan terjadi pada kedalaman yang dangkal. Informasi ini sangat penting untuk memahami risiko dan potensi dampak gempa di Indonesia, serta untuk perencanaan dan upaya mitigasi di masa depan.
Kedalaman dan kekuatan gempa bumi bisa memengaruhi seberapa besar dampak yang dirasakan di permukaan. Gempa yang dangkal cenderung menyebabkan kerusakan yang lebih besar karena episenternya (titik asal gempa) dekat dengan permukaan. Dengan memahami pola ini, kita bisa lebih siap dalam menghadapi risiko gempa di masa mendatang.